Penyakit Leptospirosis Landa Pacitan, 6 Orang Meninggal

6 Maret 2023 16:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, dr. Erwin Ashta Triyono menyampaikan penyakit leptospirosis atau kencing tikus yang menyerang di wilayah Kabupaten Pacitan, Senin (6/3/2023).  Foto: Dinkes Pacitan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, dr. Erwin Ashta Triyono menyampaikan penyakit leptospirosis atau kencing tikus yang menyerang di wilayah Kabupaten Pacitan, Senin (6/3/2023). Foto: Dinkes Pacitan
ADVERTISEMENT
Penyakit leptospirosis (kencing tikus) menyerang sejumlah warga di Kabupaten Pacitan. Enam orang dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis, yaitu tikus, sapi, anjing, dan babi.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan melaporkan, total kasus positif Rapid Diagnostic Test (RDT) ada 133 kasus dan gangguan klinis ada 204 kasus. Kematian berjumlah 6 kasus. Data tersebut dilaporkan per 5 Maret 2023.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr. Erwin Ashta Triyono mengatakan, leptospirosis dapat menular di kawasan yang kurang bersih atau kumuh.
Tempat-tempat seperti itu merupakan tempat terbaik untuk perkembangbiakan tikus. Dari situlah, air kencing tikus dapat mengkontaminasi air yang digunakan warga untuk aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu bahwa leptospirosis ini memang endemi di dalam tubuhnya tikus, khususnya di daerah ginjal dan saluran kencing. Sehingga wajar tikus itu punya peranan penting dalam proses penularannya," ujar Erwin kepada wartawan di Gedung Grahadi Surabaya, Senin (6/3).
Data update kasus Leptospirosis di Kabupaten Pacitan per 5 Maret 2023. Foto: Dinkes Pacitan
Untuk itu, kata dia, pihaknya menginstruksikan kepada Dinkes Kabupaten/Kota seluruh Jawa Timur untuk mengamati agar penyebaran leptospirosis dapat ditekan.
"Kita sudah mendorong teman-teman kabupaten/kota untuk mendorong surveilans. 90% itu leptospirosis ringan. Hampir sama dengan gejala-gejala flu lainnya. Tetapi 10% lainnya itu bisa menjadi berat. Sehingga yang 90% penanganannya di level puskesmas," katanya.
Dinkes Jatim juga berpesan kepada masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih agar tidak terpapar penyakit ini. Mereka juga sudah melakukan sosialisasi lewat surat edaran dan pamflet.
ADVERTISEMENT
"Meskipun tiap tahun relatif kejadiannya mendekati sama. Dan itu butuh kontribusi dari masyarakat. Karena kalau kita sudah memberikan arahan dalam tanda kutip pola hidup bersih dan sehat, tetapi masyarakat belum tertarik untuk melaksanakan, ya, kita kesulitan juga," ungkapnya.

Pekerja Kebersihan dan Petani Rentan

Menurut Erwin, para pekerja kebersihan dan petani rentan terpapar penyakit ini.
"Yang paling mungkin adalah yang punya riwayat pekerjaan yang kontak dengan air-air yang tercemar. Makanya tadi saya bilang tukang sampah, petani, itu kan kakinya sering luka enggak pakai sepatu boot misalkan, itu rentan sekali tertular. Semua usia relatif bisa," ungkapnya.
Ilustrasi bakteri Leptospira, penyebab penyakit Leptospirosis atau kencing tikus. Foto: Adao/Shutterstock
Erwin menerangkan, gejala-gejala yang timbul akibat terpapar leptospirosis itu di antaranya keluhan saat buang air kecil hingga gangguan pernafasan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau ada keluhan-keluhan kuning, gangguan kencing, gangguan napas sudah dimulai kemungkinannya leptospirosis. Sehingga ketemu lebih dini diharapkan penanganannya jauh lebih baik lagi. Sehingga yang kita harapkan. Masyarakat jangan sampai sakit. Kalaupun sudah telanjur sakit, jangan sampai memberat," terang Erwin.
Penyebaran penyakit dari kencing tikus itu biasanya lebih menular saat musim hujan.
"Musim hujan yang paling sering. Kita sudah sampaikan bahwa penularannya lebih banyak karena air yang tercemar oleh kencing tikus," ujarnya.