Penyebab Banyaknya Ular Kobra: Masa Menetas, Tak Punya Predator

18 Desember 2019 14:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi ular kobra yang diamankan TABU Indonesia. Foto:  Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bayi ular kobra yang diamankan TABU Indonesia. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah daerah di Indonesia beberapa minggu ini digegerkan dengan kemunculan ular kobra. Hal ini juga terjadi di Depok dan beberapa daerah di Jakarta dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pengurus LSM yang peduli pada konvervasi ular Sioux Snake Rescue (SSR), Ligar Sonagar Risjoni atau Igor, mengatakan munculnya ular kobra diakibatkan mendukungnya cuaca Indonesia saat ini. Kemarau panjang menjadi salah satu hal mendasar populasi kobra berlebih.
Igor mengatakan suhu hangat menjadi sarana perkembangan yang baik bagi ular kobra untuk menetas.
Bayi ular kobra yang diamankan TABU Indonesia. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
"Jadi intinya kan ular itu khususnya kobra berkembang dengan baik dengan suhu di bawah 35 derajat di atas 28 derajat. Nah, yang sebenarnya itu saat ini sedang kita alami sekarang kemarau panjang di Indonesia, ular suka tuh suhu-suhu itu. Jadi di November dan Desember mereka bisa menetas sempurna dengan jumlah yang lumayan banyak," ujar Igor saat ditemui di markasnya di Depok, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
"Untuk bulan ini laporan itu sudah sampai 4-5 laporan dan dominan yang memang kita sering kasusnya adalah baby cobra karena memang saat ini adalah salah satunya (masa) untuk si ular itu menetas," sambungnya.
Igor menilai, kemunculan ular kobra di berbagai wilayah juga juga sangat wajar. Reptil seperti ular kobra memang berkembang biak sesuai dengan siklusnya. Dan pada November-Desember bayi-bayi kobra menetas.
"Untuk ular dewasa itu musim kawin setelah satu bulan dia ganti sisik sebanyak dua kali. Kalau tubuh bisa dikenali dari panjangnya, panjang minimalnya itu 1-2 meter," tambah Igor.
Telur ular kobra yang diamankan TABU Indonesia. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Predator Minim
Siklus menetas November-Desember ini didukung dengan minimnya predator ular kobra. Hal ini membuat populasi ular kobra semakin besar.
Kobra dan ular berbisa lainnya dinilai jumlahnya lebih banyak dibanding ular tak berbisa. Sebab, ular tak berbisa tetap memiliki predator utama termasuk ular berbisa. Sedangkan ular berbisa sudah kehabisan predator.
ADVERTISEMENT
"Secara keseluruhan semua jenis ular menetas sama bulan ini. Sampai bulan Januari ini akan ada konflik (waktu penetasan ular kobra dengan jenis ular lain). Kobra karena tidak ada predatornya, jadi ketika dia menetas, anak kobra pasti keluar dari sarang," ucap Igor.
Bayi ular kobra yang diamankan TABU Indonesia. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Sebagian pihak menilai, kemunculan ular kobra ini merupakan teror. Tapi, Igor tak setuju karena pada dasarnya populasi ular dan manusia sama-sama memiliki masa ledakan populasi.
"Jadi saya menolak tuh kata teror ular, itu populasinya aja meledak. Kenapa meledak populasinya? Ya karena pemangsanya tak ada, predatornya enggak ada," tegas Igor.