Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Penyebab Jalan Tol Palembang-Inderalaya Amblas sebelum Diresmikan
18 Juni 2017 19:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Amblasnya Jalan Tol Palembang-Indralaya (Palindra) akses Desa Rambutan, Kecamatan Pemulutan, Sumatera Selatan, pada Sabtu (17/6), tentu mengejutkan. Pasalnya, jalan baru itu rencananya akan diresmikan untuk umum pada Senin (19/7) besok. Apa penyebabnya?
ADVERTISEMENT
Manajer Proyek Hasan Turcahyo mengatakan kejadian jalan tol ambles sejauh 30 meter (versi Kementerian PUPR 40 meter) tepatnya berada di dekat Gerbang Tol Pemulutan, tidak akan membatalkan acara peresmian besok.
Kerusakan hanya terjadi pada satu ruas sehingga pemudik dapat memanfaatkan ruas yang satunya. "Tidak masalah masih bisa disiasati," kata Hasan dikutip dari Antara, Minggu (18/6).
Menurut Hasan, amblasnya jalan di zona ini karena disebabkan secara kontruksi memang tidak bisa sebaik konstruksi di zona lain mengingat adanya kabel SUTET.
Konstruksi tidak bisa menanam vertical drine untuk menjalankan teknologi vakum konsolidasi (memvakum kondisi yang semula rawa). Selain itu jika dipaksa memvakum dengan pompa, maka dikhawatirkan akan menggeser posisi kabel SUTET.
ADVERTISEMENT
Sebagai gantinya, dilakukan langkah lain untuk memadatkan struktur tanah, yakni dengan secara bertahap melapisi tanah lunak dengan material tambahan berupa pasir dan tanah liat, sampai konstruksinya benar-benar kuat dan aman, sehingga bisa dilakukan kegiatan pada bagian atas.
Ternyata, langkah ini tidak sesuai harapan karena terjadi pergerakan (sliding) di bagian bawah, mengingat area Tol Palindra berada di kawasan tanah lunak (rawa).
Untuk itu dilakukan perbaikan dengan cara membongkar secara total konstruksi yang ambles. Pekerjaan akan dilakukan lagi dari awal, yakni melapisi tanah lunak secara bertahap dengan material tambahan.
Akan tetapi untuk memastikan agar tidak terjadi lagi sliding, maka akan dipasang alat khusus untuk mengetahui kestabilan beban agar tidak ada lagi pergerakan tanah.
ADVERTISEMENT
"Setidaknya butuh waktu satu minggu untuk memperbaikinya," kata Hasan.
Teknologi Vakum
Jalan Tol Palembang Inderalaya (Palindra) menggunakan teknologi konsolidasi vakum yang untuk kali pertama diterapkan di Indonesia untuk pembangunan jalan bebas hambatan.
Teknologi ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi tanah lunak berkedalaman 40 meter yang sangat membutuhkan penanganan khusus.
Semula HK memiliki sejumlah pilihan, di antaranya, teknologi tiang pancang, stone column, dan cakar ayam. Namun setelah dilakukan pemantauan langsung ke Tiongkok yang telah berhasil membuat ribuan kilometer jalan tol, maka diputuskan menggunakan konsolidasi vakum.
Di Tiongkok, teknologi vakum ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1960 dan diperbaiki lagi pada 1980-an dengan membuat tenologi konsolidasi vakum, dan belakangan ada yang menerapkan teknologi konsolidasi vakum modifikasi. Dengan teknologi ini maka batas minimal elevasi konstruksi dapat dicapai, yakni kurang dari 10 cm dalam 10 tahun.
ADVERTISEMENT
"Alasan lainnya yang membuat kami bertambah yakin, yakni kebutuhan agar cepat selesai mengingat Jalan Tol Palindra ini akan dijadikan infrastruktur penunjang Asian Games," kata Kepala Divisi Pengembang Jalan Tol PT Hutama Karya, Rizal Sucipto.
Dalam teknologi ini, hanya dibutuhkan 3-4 bulan untuk mem-vakum lahan rawa, dan jika mau pada bulan ketiga sudah bisa dilakukan penimbunan pada bagian atasnya. Sementara jika memakai teknologi lain, setidaknya membutuhkan masa enam bulan untuk memastikan bahwa lahan sudah benar-benar padat dan tidak ada lagi pergerakan tanah.
Keyakinan pun bertambah dengan teknologi ini karena mampu mencapai batas boleh turun, yakni kurang dari 10 cm dalam 10 tahun. Teknologi membungkus rawa ini diawali dengan dilakukan penimbunan dengan material pengisi dengan jenis tanah apa saja, dan untuk Tol Palindra digunakan pasir yang diambil dari Sungai Musi dan Sungai Ogan.
ADVERTISEMENT
Saat akan divakum tentunya terjadi penurunan elevasi sehingga harus ditambahkan material lagi, yakni tanah berkualitas, yakni tanah liat. Kemudian, zona vakum ini dibungkus dengan plastik khusus berkualitas tinggi yang tidak mudah jebol karena kedap udara dan air.
Lalu untuk lebih memaksimalkan proses, zona vakum ini dipompa selama 3-4 bulan tanpa henti. Dampaknya, tanah menjadi terkonsolidasi dan tidak lembek lagi. "Jadi teknologi ini cepat dan murah," tegas Sucipto.
Jalan Tol Palindra sejauh 22 km dibangun dengan anggaran Rp 2,4 triliun sudah merampungkan pembangunan seksi 1 (Palembang-Pemulutan) sejauh 7 km. Sementara dua seksi lagi ditargetkan selesai pada akhir tahun 2018.
Untuk seksi 2 yang baru mencapai progres 6,0 persen akan langsung dikebut pengerjaannya setelah lebaran karena sudah membuat jalan kerja. Sementara seksi 3 yang telah mencapai 67 persen akan memasuki proses pengerasan konstruksi.
ADVERTISEMENT
Secara kesuluruhan, tidak ada lagi persoalan dengan pembangunan Tol Palindra ini mengingat teknologi yang dipilih terbilang sudah tepat. Hanya saja, persoalannya yakni cuaca karena bulan Mei diperkirakan sudah kemarau tapi nyatanya masih ada hujan.
"Kendalanya cuma satu, teknologi vakum ini membutuhkan material pengisi yang banyak, jadi otomatis setiap hari ada puluhan truk yang masuk. Ternyata jalan kerja juga jadi berlumpur dan ini sedikit mengganggu ketika ada truk yang terjebak," kata Rizal.