Penyebab Maraknya Konten Porno: Manusia Semakin Individual dan Kontrol Lemah

8 November 2022 17:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Jagat media sosial berulang kali dihebohkan dengan viralnya berbagai konten porno. Dea Onlyfans, Siskaeee, Vina Garut hingga Kebaya Merah sempat bertengger di puncak trending topic Twitter yang semua itu merujuk ke viralnya video porno.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini dinilai sebagai dampak perkembangan teknologi yang semakin pesat. Tingkat individual manusia menjadi semakin kuat, sementara privasi semakin menipis.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono menjelaskan analisisnya terkait fenomena ini. Menurutnya ada tiga faktor mengapa konten konten porno terus laku dan menghebohkan media sosial.
Perubahan Sosial
Kondisi masyarakat saat ini diyakini semakin membuat batas-batas privasi antarmanusia menjadi tipis. Teknologi yang berkembang pesat menyebabkan tergerusnya privasi. Hal ini turut menyebabkan semakin terbukanya pembicaraan terkait seks, bahkan praktiknya pun dipertontonkan ke publik.
"Memang ada demand kebutuhan untuk pelepasan seksualitas ini dan itu dikaitkan dengan perubahan sosial. Di mana kecenderungannya hubungan antara laki-laki perempuan itu zaman sekarang itu berubah lebih otonom, lebih individual," ujar Drajat.
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nonton video porno. Foto: Getty Images
"Kalau sekarang ini hubungan privat jadi lebih longgar. Kemudian HP anak-anak di-password, kemudian kenalan pakai Facebook dan Instagram. Jadi relasi yang mengarah ke seksualitas itu lebih terbuka yang dulunya lebih privat, sekarang menjadi urusan yang lebih terbuka," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi yang semakin pesat turut memudahkan akses terhadap konten porno. Misalnya di Twitter, penggunanya bebas menonton video porno hanya dengan mengaku telah berumur lebih dari 18 tahun.
Bisnis Pornografi
Layanan berbagi konten video secara eksklusif seperti Onlyfans, turut menyuburkan peredaran video porno. Konten dapat dinikmati bila berlangganan dengan membayar sejumlah uang.
"Pornografi terkait sama bisnis. Ini tidak dilihat sebagai sekadar pornografi, ini dilihat sebagai pendapatan, baik pelaku dapat bayaran besar, produser dapat penghasilan. Sehingga diam-diam terus berkembang dan terus bertahan," ujar Drajat.
Ilustrasi Facebook dan Twitter. Foto: Thomas White/Reuters
"Selama bisnis pornografi tetap ada, dan berjejaring di dunia, maka kebutuhan untuk menciptakan video pornografi ini sangat tinggi. Ini akan sulit karena menyangkut bisnis besar. Karena di sistem bisnis pornografi itu ditempelkan untuk promosi judi online, bisnis lain, narkoba, dan lain-lain," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Kontrol Sosial
Bagi Drajat, pemerintah masih belum maksimal melakukan pengawasan terhadap penyebaran konten porno. Padahal pemerintah memiliki kuasa di internet untuk memblokir situs atau konten porno.
"Government control maupun social control dari masyarakat sendiri. Jadi nilai masyarakat yang semakin individualistik, privat, menyebabkan kontrol itu menjadi tidak mudah. Tapi negara punya kontrol kalau itu di-upload ke media sosial atau termasuk juga kalau di ruang publik negara bisa masuk," kata Drajat.
Drajat menyebut perlu ada penguatan kesadaran di lembaga sekolah, keagamaan, dan lembaga sosial. Peran pencegahan perlu diambil secara baik dan tepat oleh lembaga ini.
Ilustrasi anak bermain media sosial. Foto: Thanaphat Somwangsakul/Shutterstock
Pada akhirnya, seksualitas diakui sebagai kebutuhan mendasar bagi manusia. Tidak mungkin menghilangkan sisi seksualitas seorang manusia. Yang dibutuhkan kini adalah mengontrol segala potensi yang berkembang, termasuk kembali menebalkan dinding privasi manusia, yang sudah kadung runtuh karena media sosial.
ADVERTISEMENT