Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Penyelidikan Ungkap Kelambanan Petugas Respons Penembakan Sekolah di Texas AS
18 Juli 2022 11:04 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Parlemen Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (17/7/2022) mengecam tanggapan lambat penegak hukum terhadap penembakan di Sekolah Dasar Robb yang terjadi pada 24 Mei silam.
ADVERTISEMENT
Pihaknya merilis sebuah laporan penyelidikan setebal 77 halaman. Investigasi menunjukkan, kegagalan sistemik menewaskan 19 anak dan 2 guru dalam serangan tersebut.
Hingga 376 petugas penegak hukum bergegas menanggapi penembakan itu. Pasukan tersebut terdiri dari penjaga perbatasan, polisi negara bagian, polisi kota, hingga satuan elite.
Kendati demikian, kepemimpinan yang tidak memadai mengacaukan situasi. Anggota parlemen mengatakan, tindakan tegas seharusnya dapat menyelamatkan nyawa para korban.
Otoritas membutuhkan lebih dari satu jam untuk menaklukkan pelaku berusia 18 tahun itu. Sekitar 73 menit telah berlalu antara kedatangan petugas dan kematian penyerang.
Laporan itu mengakui, jangka waktu itu berkontribusi pada jumlah korban jiwa. Sebagian dari mereka tewas ketika dilarikan ke rumah sakit.
"Masuk akal bahwa beberapa korban bisa selamat bila mereka tidak harus menunggu 73 menit tambahan untuk penyelamatan," tulis laporan tersebut, dikutip dari AFP, Senin (18/7/2022).
ADVERTISEMENT
"[Penegak hukum] gagal mematuhi pelatihan penembak aktif mereka, dan mereka gagal memprioritaskan menyelamatkan nyawa korban yang tidak bersalah atas keselamatan mereka sendiri," lanjutnya.
Direktur Departemen Keamanan Publik Texas (DPS), Steve McCraw, telah melayangkan kritik serupa. Dia memusatkan kecamannya terhadap Kepala Kepolisian Distrik Uvalde, Pete Arredondo.
Arredondo menghadapi skorsing lantaran gagal memikul tanggung jawab komando selama insiden. Pemerintah Uvalde turut menskors Letnan Mariano Pargas. Dia merupakan kepala kepolisian kota saat hari penembakan.
Namun, laporan teranyar mencatat, ratusan petugas dari lembaga yang lebih terlatih juga gagal mengendalikan situasi.
"Terlepas dari kekacauan, petugas dari lembaga penanggap lainnya tidak mendekati [Arredondo] atau siapa pun yang dianggap memegang komando untuk menunjukkan kurangnya dan perlunya pos komando, atau untuk menawarkan bantuan khusus itu," jelas laporan itu, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
"Tempat kejadian itu kacau, tanpa ada orang yang jelas-jelas bertanggung jawab atau mengarahkan respons penegakan hukum," tambahnya.
Parlemen Texas mempublikasikan temuan itu untuk kerabat para korban. Pihaknya mengusut insiden tersebut menyusul kecaman selama berminggu-minggu.
Kerabat korban mengkritik kurangnya transparansi dari pihak berwenang mengenai peristiwa itu. Mereka menuduh, otoritas berupaya menutupi kegagalan polisi.
Kritik publik terhadap otoritas negara bagian memuncak pada pekan lalu. Sebab, media lokal merilis rekaman kamera pengintai yang membuktikan dugaan tersebut.
Rekaman itu menunjukkan bahwa petugas penegak hukum menunggu lama di lorong sebelum akhirnya memasuki ruang kelas tempat pria bersenjata itu bersembunyi.
Anak-anak yang panik di dalam ruang kelas telah menelepon layanan darurat 911 setidaknya enam kali sementara petugas menunggu di lorong. Pelaku bahkan telah menembakkan 100 peluru sebelum petugas memasuki gedung sekolah.
ADVERTISEMENT