Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Perahu Nelayan Pembawa 200 Migran Afrika Hilang di Samudra Atlantik
10 Juli 2023 10:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Perahu nelayan yang mengangkut lebih dari 200 migran asal Afrika dilaporkan hilang lebih dari sepekan lalu di lepas pantai Kepulauan Canary.
ADVERTISEMENT
Hingga berita ini dirilis, proses pencarian korban selamat di perairan yang dikelilingi oleh Samudra Atlantik itu masih berlangsung.
Dikutip dari BBC, misi penyelamatan ratusan migran tersebut terdiri dari tim penyelamatan maritim dari Spanyol dan tim SAR internasional Walking Borders. Kedua pihak melaporkan, sebuah pesawat juga dilibatkan dalam misi tersebut.
Menurut keterangan dari Walking Borders, kapal nelayan ini berlayar dari Kafountine โ sebuah kota pesisir di Senegal yang berjarak sekitar 200 km dari Ibu Kota Dakar.
Perahu nelayan yang membawa sekitar 200 migran ini meninggalkan Kafountine pada 27 Juni menuju Kepulauan Canary di Spanyol. Mereka diduga hendak menyelundup ke wilayah Eropa, terutama Spanyol, secara ilegal.
"Kelompok ini mengatakan banyak anak-anak yang berada di kapal tersebut," demikian laporan dari media Spanyol, Efe.
ADVERTISEMENT
Adapun pelayaran dari Afrika Barat ke Kepulauan Canary merupakan salah satu rute paling berbahaya bagi para migran ilegal. Sebab, sering kali mereka hanya menggunakan kapal nelayan berukuran kecil dan ala kadarnya โ mudah terombang-ambing oleh arus Samudra Atlantik yang kuat.
Menurut salah satu badan kemanusiaan PBB, International Organization for Migration (IOM), pada 2022 setidaknya 559 orang telah tewas di lautan setelah berupaya mencapai kepulauan Spanyol. Sementara korban tewas tercatat pada 2021 akibat percobaan serupa sebanyak 1.126 orang.
Mengutip laporan Kementerian Dalam Negeri Spanyol, IOM melaporkan kedatangan 15.682 orang secara tidak menentu di Kepulauan Canary pada 2022 โ turun sebesar 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Meskipun ada penurunan dari tahun ke tahun, arus di sepanjang rute berbahaya ini sejak tahun 2020 tetap tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ujar IOM.
ADVERTISEMENT