Perang Kembali Pecah di Sudan, Militer Upayakan Perpanjangan Gencatan Senjata

27 April 2023 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah kendaraan militer dan tentara terlihat di jalan Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto: Mohammadkhair Abdualrhman/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah kendaraan militer dan tentara terlihat di jalan Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto: Mohammadkhair Abdualrhman/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Militer Sudan kembali bertempur melawan kelompok paramiliter di pinggiran kota Khartoum pada Rabu (26/4). Pertempuran pecah di tengah kesepakatan gencatan yang sempat tercapai.
ADVERTISEMENT
Militer Sudan menegaskan, mereka sebenarnya ingin melanjutkan gencatan senjata. Bahkan, militer siap mengirimkan perwakilan ke ibu kota Sudan Selatan, Juba, demi membahas perpanjangan gencatan senjata dengan pihak bertikai lainnya.
Panglima Militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mengatakan mereka ingin gencatan senjata, yang habis pada Kamis ini , diperpanjang selama 72 jam.
Asap mengepul di Omdurman, dekat Jembatan Halfaya, saat bentrokan antara Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter dan tentara terlihat dari Khartoum Utara, Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto: Mohamed Nureldin Abdallah/REUTERS
Sementara itu, pihak bertikai lain kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) belum memberikan respons mengenai ajakan dialog di Juba. Negosiasi itu diinisiasi oleh blok regional Otoritas Intrapemerintah untuk Pembangunan (IGAD).
Meski belum ada respons dari RSF, Militer Sudan menegaskan negara-negara seperti Sudan Selatan, Kenya, dan Djibouti masih berupaya menyusun perundingan damai. Syarat yang termasuk di dalamnya adalah pembicaraan damai dan perpanjangan gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
"Jenderal Burhan berterima kasih kepada IGAD dan menyampaikan persetujuan awal terkait itu," kata pernyataan Militer Sudan seperti dikutip dari Reuters.
Kolase foto Panglima Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan (kiri) dan komandan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Daglo (Hemedti). Foto: ASHRAF SHAZLY/AFP
Kondisi terkini Sudan juga menjadi fokus pembicaraan antara Menlu Amerika Serikat Antony Blinken dan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki. Mereka sedang berdiskusi demi membantu menciptakan situasi berkelanjutan demi mengakhiri perang.
Setelah 11 hari lebih perang saudara pecah kondisi Sudan jauh dari kata kondusif. Pada Rabu kemarin pertempuran sengit pecah di Omdurman yang berlokasi dekat dengan Khartoum.
Reporter kantor berita Reuters yang berada di kota itu menyebut, bahwa pada malam hari letupan senjata serta serangan udara nyaring terdengar.
Di hari yang sama situasi Khartoum mencekam akibat rampok berkeliaran. Penjarahan besar terjadi pula di beberapa titik ibu kota.
ADVERTISEMENT
Perang saudara antara militer melawan RSF telah menewaskan 512 orang. Korban luka mencapai hampir 4.200 orang.
Beberapa rumah sakit dilaporkan hancur terkena serangan. Akibat situasi semakin mencekam distribusi bantuan kemanusiaan begitu sulit mencapai warga Sudan. Data dari organisasi kemanusiaan mau pun PBB mengungkap sepertiga dari 46 juta penduduk Sudan kini memerlukan bantuan kemanusiaan.