Perang Kesaksian: Animal Defenders versus Melanie Subono cs

15 April 2017 13:27 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melanie Soebono sedih Nina mati (Foto: instagram/@melaniesoebono)
Tak kurang dari 10 video diunggah Melanie Subono via akun Instagram-nya, dan semuanya terkait Animal Defenders Indonesia, organisasi penyelamat binatang yang didirikan pada 2011 oleh Doni Herdaru Tona.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa video awal, Melanie menceritakan keputusasaannya mencoba menghubungi Doni untuk mengambil Nina, salah satu anjing kesayangannya yang belum juga kembali sejak ia titipkan ke Animal Defenders beberapa bulan sebelumnya.
Sementara pada rangkaian video yang lebih baru, Melanie memperlihatkan kegeramannya kepada Doni setelah mengetahui dari mantan pegawai Animal Defenders bahwa Nina ternyata telah mati beberapa lama, dan sepanjang waktu itu dia tak pernah diberi tahu walau kerap berkomunikasi dengan Doni via WhatsApp.
“Akhirnya gue dapat kabar dari kennel boy (pengurus anjing) yang kerja di Animal Defenders --tapi terus dipukulin sama Doni dan segala macem dan gak tahan lihat apapun di sana (lalu keluar), Nina udah meninggal beberapa bulan,” ujar Melanie sembari menangis, Selasa (11/4). [Baca juga ]
ADVERTISEMENT
Artis dan aktivis itu mengklaim, publik akan syok apabila mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik dinding shelter Animal Defenders.
“Gw menemukan dari orang yang bekerja di Animal Defenders --dulu (dia) takut bicara sekarang berani, gue ketemu langsung sama orangnya, yang terjadi pada Nina adalah dia itu digigit oleh pit bull, dan cuma diobatin pake salep. Bolong-bolong kepalanya, tiga hari kemudian meninggal,” kata Melanie, melanjutkan ceritanya pada video berikutnya.
Ia mengatakan telah mengumpulkan fakta dan bukti-bukti mengerikan tentang Animal Defenders dari belasan orang yang pernah bersinggungan dengan organisasi tersebut. [Baca ]
“(Di sana ada) kekerasan pada manusia, pada binatang. Anjing cuma punya dua kaki bisa dipukulin, dan banyak hal lain yang tidak menyenangkan. Tapi selama ini orang takut bicara karena mengalami ancaman dan intimidasi,” ucap putri promotor musik Indonesia Adrie Subono itu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ia meminta masyarakat untuk mengawal kasus dugaan kekerasan oleh Animal Defenders yang akan segera ia bawa ke ranah hukum tersebut.
“Kami (akan membuat) BAP (Berita Acara Pemeriksaan di Kepolisian) dalam beberapa hari ke depan. Bukti dan data sudah terkumpul. Banyak yang ketakutan untuk bersaksi, sekarang sudah berani maju. Tolong kalau, tolong di-protect,” kata Melanie.
Jika terjadi sesuatu pada Animal Defenders (AD) akibat pelaporan tersebut, Melanie meminta masyarakat tak resah dengan nasib anjing-anjing yang ada di shelter AD, sebab rekan-rekan dari badan fauna lain akan membantu.
Doni Herdaru Tona (Foto: Instagram/doniherdaru)
Founder Animal Defenders Indonesia, Doni Herdaru Tona, memberikan klarifikasi --juga via Instagram-- setelah Melanie mengunggah beruntun video-video tudingannya tersebut, disertai sebuah surat terbuka di blognya berjudul “Untuk Mas Doni”, yang berisi kekecewaannya karena kerap gagal mengambil anjingnya, Nina, dari Animal Defenders.
ADVERTISEMENT
Doni membuka klarifikasinya dengan permintaan maaf kepada Melanie. Ia kemudian membantah Nina mati karena digigit pit bull --seperti yang diucapkan Melanie dalam salah satu videonya. Nina, ujar Doni, justru terluka karena berkelahi dengan anjing milik Melanie lainnya yang bernama Neng.
Saat itu Melanie total menitipkan lima anjingnya --yang ia sebut “anak-anaknya”-- kepada Animal Defenders, atas tawaran baik Doni yang sudah cukup lama bersahabat dengan dia. Kelima anjing itu dititipkan karena Melanie sibuk mengurus perceraian dan pada waktu nyaris bersamaan pun mengalami kecelakaan. [Baca selengkapnya: ]
Nina, anjing Melanie Subono (Foto: Instagram @melaniesubono)
“Walau banyak anjing lain, yang tengkar hanya dua ini saja (Nina dan Neng milik Melanie). Anjing-anjing kami gak pernah ikutan. Dan tidak ada pit bull yang campur ke kelompok anjing utama pada masa Nina dan Neng ada di shelter,” kata Doni.
ADVERTISEMENT
Menurut versinya, Nina suatu kali memprovokasi Neng, dan Neng memberikan respons balik yang mengakibatkan luka sobek pada perut Nina. Tapi luka itu tak dibiarkan begitu saja.
Nina dibawa ke klinik Dokter Magda untuk dirawat dan dijahit. Namun, Doni mengakui tak langsung memberi tahu Melanie jika Nina terluka. Alasannya, ia khawatir Melanie akan jadi terlalu khawatir.
“Gue beri tahukan ke Mbak Mel setelah beberapa hari kejadian, mengingat beliau cemasan dan saat itu sedang di luar kota menjalani agendanya. Pas di klinik Dokter Magda, gue WA beliau dengan nada bercanda, ‘Mbak, lagi apa?’ Beliau tanya ada apa, gue jawab ‘Gak, cuma ngetes aja,’” cerita Doni.
“Gue gak mau kakak gue ini mudah cemas pada anak-anaknya. Tanpa maksud lain-lain. Hanya agar dia tidak drop,” kata Doni.
ADVERTISEMENT
Doni juga melampirkan catatan medis Nina saat diperiksakan ke Dokter Magda. “Untuk menjawab fitnah bahwa kami hanya mengobati dengan salep cokelat.”
Soal kenapa ia tidak memberitahukan kematian Nina kepada Melanie, Doni juga beralasan untuk menjaga perasaan Melanie, karena sebelumnya ia baru saja kehilangan Rancid, anjingnya yang lain.
Anjing di markas Animal Defenders. (Foto: Instagram/animaldefender)
Orang berikutnya yang merasa menjadi korban adalah Vincy Gween. Ia menitipkan 4 anjingnya ke Animal Defenders karena pergi ke luar negeri untuk menempuh studi, dan kembali dengan mendapati mereka semua telah mati.
“Saya terus meng-update situasi saya, menanyakan keadaan anak-anak (tidak terus-terusan setiap hari karena saya paham kalian sibuk), tetapi… Bagaimana mungkin kalian tidak memberi tahu saya soal keadaan anak-anak saya yang wafat satu per satu??? Saya menitipkan 4 anak saya kepada kalian dan SEMUA wafat, dan saya tidak tahu apa-apa sampai detik di mana saya datang ke shelter kalian untuk menjemput mereka,” ujar Vincy.
ADVERTISEMENT
Ia makin marah mendengar staf Animal Defenders (AD) bercerita bahwa mereka ingin memberi tahu dia tentang kematian anjing-anjingnya, namun diberi tahu Doni untuk tak perlu mengabarkan hal tersebut.
Kemarahan Vincy tersebut direspons AD dengan memberikan klarifikasi via akun Instagram resmi mereka. AD mengatakan telah mendatangi rumah Vincy untuk menjelaskan persoalan sekaligus meminta maaf.
Kematian empat anjing Vincy, menurut AD, tak dapat dihindari meski keempatnya telah diupayakan ditolong dengan membawa mereka ke dokter hewan kepercayaan AD.
Animal Defenders pun memaparkan data dan diagnosis dokter, serta kronologi penitipan empat anjing Vincy ke Pawradiso Pet Inn milik Doni.
Cupcake, Gween, Dopey, dan Cheesy dijemput Ninis dari rumah Vincy pada 29 September 2016. Beberapa minggu kemudian, Vincy menanyakan kabar mereka ke Ninis, dan dijelaskan bahwa mereka baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Keempat anjing itu mau makan, namun yang sering berkumpul bersama hanya tiga di antaranya, kecuali Cupcake. Dari empat anjing Vincy, Gween disebut mudah kedinginan sehingga Ninis mengirimkan foto Gween sedang dipakaikan baju Superman agar tak kedinginan.
Sebulan setelah masuk ke Pet Inn, tepatnya 28 Oktober 2016, Cupcake ditemukan sudah kaku. Padahal hari sebelumnya, menurut AD, dia masih bermain seperti biasa.
“Tidak diketahui penyebabnya karena di hari-hari sebelumnya ia selalu aktif, tidak stres, makan baik, dan tidak ada tanda seperti mencret atau muntah,” kata AD.
Kondisi mendadak kaku tersebut dianggap AD hampir sama seperti serangan jantung. Cupcake yang mati pun dikremasi oleh AD.
Sekitar sepekan kemudian, 6 November 2016, Doni melihat Gween, Dopey, dan Cheesy tak seperti biasanya, meski mereka tetap makan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Ketiga anjing itu lalu dibawa ke Dokter Nyoman di Duren Sawit, Jakarta Timur. Gween didiagnosis kekurangan enzim sehingga tubuhnya tak bisa menyerap makanan dengan baik, plus ada faktor usia yang menua. Namun Cheesy dan Dopey dinyatakan baik-baik saja, hanya perlu tambahan vitamin.
Empat hari berlalu, kondisi Gween tak membaik sementara obat, enzim, dan vitamin yang diresepkan dokter sudah mau habis. Maka 10 November malam, Gween kembali dibawa ke dokter. Kali ini ke Dokter Magda di Pluit, Jakarta Utara.
AD langsung meminta Gween rawat inap. Keesokannya, 11 November, AD dikabari bahwa Gween wafat. Gween lantas dimakamkan di klinik Drh. Magda.
Bulan berikutnya, 1 Desember 2016, giliran Dopey tak nafsu makan. Ia diperiksakan ke Dokter Nyoman. Hasil tes darah menyatakan Dopey mengalami kegagalan fungsi hati.
ADVERTISEMENT
Ia diberi obat dan diberi makanan yang lebih halus, namun akhirnya wafat pada 4 Januari 2017 dan dimakamkan di Pet Inn.
Anjing terakhir Vincy, Cheesy, kesehatannya terus naik-turun dan badannya terlihat kurus. Ia wafat hanya dua jam sebelum dijemput Vincy pada 29 Januari 2017.
“Sdri. Vincy masih bisa melihat jasadnya dan kami tawarkan kremasi. Staf kami memasukkan jasad Cheesy ke dalam freezer dan dengan kantong dogfood untuk mencegah bau, karena kami tidak memiliki formalin. Posisi yang dianggap menyedihkan oleh Sdri. Vincy adalah posisi sesuai saat Cheesy wafat,” jelas AD.
Anjing German Shepherd (Foto: pixabay)
Selain Melanie dan Vincy, masih ada orang-orang lain yang ikut buka suara soal pengalaman buruk mereka dengan Animal Defenders. [Selengkapnya: ]
ADVERTISEMENT
Anita Catherine misalnya, pada kolom komentar di Instagram Melanie Subono, menceritakan pernah menitipkan anjingnya selama tiga minggu ke Pawradiso Pet Inn, dan saat ia ambil kembali, anjing itu sekarat dan tak dapat berjalan karena mengalami malnutrisi.
Kondisi si anjing jadi begitu kurus, kutuan, sakit-sakitan, dan seperti mengalami trauma.
“Sedikit-sedikit mau gigit orang dan suka sembunyi di pojokan. Badannya juga luka-luka. Papa saya curiga dia dipukul dan disundut rokok,” ujar Anita.
Anak kaki empat milik Anita itu butuh waktu empat bulan untuk sembuh, dan tiap hari ia dibawa ke dokter hewan untuk diperiksa dan diinfus.
Kalau saja telat seminggu mengambil anjingnya, Anita yakin hewan itu sudah mati.
Jengkelnya, ujar Anita, selama tiga minggu menitipkan anjingnya ke Pet Inn milik Doni yang berafiliasi dengan Animal Defenders itu, tiap ia menanyakan kabar anjingnya empat hari sekali, selalu dijawab dengan ucapan: baik-baik saja.
Anjing di markas Animal Defenders. (Foto: Instagram/@animaldefender)
Banyaknya kesaksian yang bermunculan di jagat maya membuat posisi Animal Defenders makin tersudut. AD, dalam klarifikasinya, menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai sekaligus memahami kerja animal rescue yang tidak mudah.
ADVERTISEMENT
“Sepenuhnya pilihan setiap orang untuk memberikan dukungan pada AD atau tidak. Kami tidak pernah memaksakan atau memanipulasi. Dengan penuh kerendahan hati, kami mohon maaf,” demikian petikan klarifikasi AD via akun Instagram mereka.
Di sisi lain, Animal Defenders mencela sejumlah pihak yang menurutnya “Terus mencari celah untuk mencela dan menjatuhkan. Bahkan menggunakan kesedihan orang lain untuk terus-menerus menghasut teman-teman yang ingin bekerja bersama AD.”
Melanie Subono dan anjing peliharaannya (Foto: Instagram/@melaniesubono)
Jadi mana yang benar dan mana yang salah?
Melanie Subono berpendapat pengadilan adalah cara terbaik untuk mengungkap kebenaran. Ia bertekad membawa kasus dugaan kekerasan terhadap anjing-anjing di shelter Animal Defenders ke ranah hukum.
“Kita bertemu di pengadilan,” ujar Melanie kepada Doni, lewat video Instagram-nya.
Doni Herdaru Tona. (Foto: Instagram/doniherdaru)