Perang Saudara Sudan Membara: Militer Kuasai Ibu Kota, Pertempuran Berlanjut

27 Maret 2025 11:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Sudan atau pasukan afiliasinya berpose untuk difoto sambil mengepalkan tangan di istana presiden yang rusak setelah merebut kembali kompleks tersebut dari paramiliter RSF di Khartoum pada 21 Maret 2025.  Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Sudan atau pasukan afiliasinya berpose untuk difoto sambil mengepalkan tangan di istana presiden yang rusak setelah merebut kembali kompleks tersebut dari paramiliter RSF di Khartoum pada 21 Maret 2025. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kepala Angkatan Darat Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengumumkan ibu kota Khartoum telah bebas dari pemberontak, kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
ADVERTISEMENT
Pengumuman itu disampaikan al-Burhan di Istana Kepresidenan, yang pada pekan lalu berhasil direbut militer dari tangan RSF. Setelah istana Militer Sudan mengumumkan keberhasilan mereka merebut ibu kota.
Pernyataannya menandai puncak operasi militer pada pekan ini yang berujung kembali direbutnya bandara internasional dan lembaga negara di pusat kota.
Burhan berjalan melewati koridor istana yang porak-poranda, diapit pasukan yang meneriakkan takbir.
Kepala militer Sudan Jenderal Abdel-Fattah Burhan (tengah), disambut oleh pasukan saat tiba di Istana Republik, yang baru-baru ini direbut kembali dari kelompok paramiliter Pasukan Pendukung Cepat, di Khartoum, Sudan, Rabu (26/3/2025). Foto: AP Photo
Sejak perang pecah pada April 2023, RSF menguasai distrik pemerintahan dan memaksa pemerintah mengungsi ke Port Sudan di Laut Merah.
Meski kehilangan Khartoum, RSF belum menyerah.
Pasukan paramiliter itu mengumumkan aliansi baru dengan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara, kelompok pemberontak yang menguasai wilayah strategis di selatan.

Serangan Udara di Darfur, 54 Orang Tewas

Di tengah kemenangan tentara di Khartoum, serangan udara menghantam pasar lokal di Tora, Darfur Utara, Senin (24/3), menewaskan 54 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Menurut juru bicara Koordinasi Umum, Adam Rejal, serangan itu memicu kebakaran besar dan menghancurkan sebagian besar pasar mingguan.
Video dari Support Darfur Victims memperlihatkan bangunan terbakar dan tubuh hangus di tanah.
Juru bicara militer, Brigadir Jenderal Nabil Abdullah, membantah tuduhan bahwa serangan menargetkan warga sipil.
“Ini tidak benar. Tuduhan seperti ini selalu muncul saat pasukan kami menghadapi target musuh,” katanya, seperti diberitakan AP.
Komisioer HAM PBB Volker Turk. Foto: Louai Beshara/AFP
Serangan itu menuai kecaman dari PBB.
Kepala kemanusiaan PBB Volker Türk mengaku terkejut atas serangan tersebut, sementara koordinator kemanusiaan PBB di Sudan Clementine Nkweta-Salami menyebutnya sebagai “pengabaian nyata terhadap kehidupan manusia dan hukum humaniter internasional”.
Korban luka kesulitan mendapat perawatan medis karena banyak fasilitas kesehatan yang tutup akibat pengepungan di el-Fasher, ibu kota Darfur Utara.
ADVERTISEMENT

RSF Mundur, Warga Sipil Merayakan

Anggota 'sel keamanan gabungan' yang terdiri dari berbagai layanan militer dan keamanan yang berafiliasi dengan tentara Sudan, berkumpul saat parade di kota Gedaref, Sudan, Minggu (28/7/2024). Foto: AFP
Di Khartoum Selatan, RSF mulai mundur ke Jebel Awliya, satu-satunya jalur keluar menuju Darfur.
Di Port Sudan, ratusan orang turun ke jalan meneriakkan “satu rakyat, satu tentara”.
“RSF sudah tidak ada di sini sejak tadi malam,” kata Osama Abdel Qader, warga Sahafa Khartoum, mengutip AFP.
Video di media sosial menunjukkan pejuang sekutu tentara memeluk warga sipil, mengucapkan selamat atas berakhirnya pendudukan RSF.

Pertempuran Berlanjut, Sudan Terancam Kelaparan

Orang-orang yang melarikan diri dari kota Singa, ibu kota negara bagian Sennar di tenggara Sudan menerima makanan dari Organisasi Independen di sebuah kamp darurat setelah tiba di Gedaref di bagian timur negara yang dilanda perang, Selasa (2/7/2024). Foto: AFP
Meski tentara menguasai ibu kota, perang jauh dari usai. RSF masih bertahan di Omdurman dan pinggiran Khartoum.
Sejak perang dimulai, 28.000 orang tewas dan lebih dari 14 juta orang terpaksa meninggalkan rumah.
Beberapa daerah bahkan mengalami kelaparan ekstrem, dengan warga terpaksa makan rumput untuk bertahan hidup.
PBB dan kelompok hak asasi mendokumentasikan pembunuhan etnis dan kekerasan seksual sistematis, yang masuk dalam kategori kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Burhan dan pemimpin RSF Mohamed Hamdan Daglo sama-sama dijatuhi sanksi internasional atas dugaan kejahatan perang.