Perang Teknologi AI Antara China dan Amerika Serikat, Begini Posisi Indonesia

19 Februari 2025 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkomdigi Meutya Hafid memberikan sambutan dalam Acara Lomba Karya Inovasi Generative Siswa SMK Karawang dan Bekasi Tahun 2025, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (19/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkomdigi Meutya Hafid memberikan sambutan dalam Acara Lomba Karya Inovasi Generative Siswa SMK Karawang dan Bekasi Tahun 2025, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (19/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Perang teknologi tengah terjadi antara dua negara adidaya, China dan Amerika Serikat. Baru-baru ini China membuat teknologi kecerdasan buatan (AI) bernamakan DeepSeek.
ADVERTISEMENT
Kelahiran DeepSeek yang berbiaya rendah menjadi ancaman serius bagi NVIDIA, perusahaan chip AS. Sahamnya merosot 17 persen saat Deepseek pertama diluncurkan.
Lalu, bagaimana dengan posisi Indonesia di tengah perang teknologi tersebut?
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebutkan Indonesia tetap akan bersifat netral sesuai dengan sikap diplomasi selama ini.
“Kalau belakangan ramai perang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dengan lahirnya DeepSeek. Ke depan kurang lebih ya modelnya akan seperti itu juga. Bagaimana posisi Indonesia? Posisi Indonesia adalah tentu di tengah sesuai diplomasi negara kita,” kata Meutya di Acara Lomba Karya Inovasi Generative Siswa SMK Karawang dan Bekasi Tahun 2025, di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (19/2).
Lebih jauh, Meutya mengatakan, Indonesia akan memanfaatkan seluas-luasnya kemajuan teknologi dari berbagai negara, tanpa memandang teknologi tersebut berasal dari Blok Barat atau Timur.
ADVERTISEMENT
“Dan memanfaatkan seluasnya-luasnya kemajuan teknologi dari berbagai aspek berbagai wilayah di dunia ini untuk kemudian bisa dipakai oleh anak-anak bangsa kita. Tanpa terkecuali dan tanpa harus memilih teknologi blok mana yang kita gunakan. Kita harus memiliki akses terhadap teknologi dari semua blok tersebut,” tutur politikus Golkar tersebut.
“Tentu saja negara yang kita cintai Indonesia tidak boleh tertinggal dalam perkembangan ini untuk mewujudkan hal tersebut,” tambah dia.
Ilustrasi AI. Foto: Shutterstock
Sekilas Tentang DeepSeek
DeepSeek menjadi topik hangat dalam perbincangan. Produk AI large language model (LLM) dari startup asal China ini mampu menciptakan LLM hebat yang bahkan mampu bersanding dengan OpenAI dengan harga murah.
Kemunculan DeepSeek terjadi di tengah upaya AS membatasi penjualan chip canggih yang mendukung AI ke China. AS khawatir, startup China bakal tumbuh lebih hebat dibandingkan perusahaan asal AS dalam hal pengembangan AI global.
ADVERTISEMENT
Para pendiri startup AI China telah berbagi tugas satu sama lain dan bereksperimen dengan pendekatan baru terhadap teknologi termasuk menghasilkan model AI yang membutuhkan daya komputasi jauh lebih sedikit daripada sebelumnya.
DeepSeek menggunakan NVIDIA H800. Ini merupakan H100 versi China dengan berbagai pengurangan spesifikasi karena regulasi ekspor. GPU ini punya chip-to-chip data transfer rate 300 GBps, separuh dari H100 yang punya kecepatan 600 GBps.
Menjalankan Model AI terutama inferensi butuh banyak memori dan sangat mahal. Ketimbang cara konvensional, mereka melakukan metode Low-Rank Key-Value (KV) Joint Compression yaitu mengkompresi key-value vectors menggunakan down-projection matrix.
Cara ini mampu mengurangi penggunaan memori, mempercepat proses inferens serta memotong biaya operasional karena hardware yang digunakan tidak perlu spesifikasi mahal.
ADVERTISEMENT