Perbaiki Kemunduran di Ukraina, Rusia Bakal Tingkatkan Kekuatan Angkatan Udara

11 Januari 2023 3:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, tengah, berbicara selama pertemuan dengan pejabat tingkat tinggi di Moskow. Foto: Russian Defence Ministry Press Service
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, tengah, berbicara selama pertemuan dengan pejabat tingkat tinggi di Moskow. Foto: Russian Defence Ministry Press Service
ADVERTISEMENT
Konflik antara Rusia dan Ukraina masih belum menemui titik terang meski pertempuran sudah memasuki bulan ke-11.
ADVERTISEMENT
Usai serangkaian kemundurannya di medan tempur, kini pihak Moskow berkomitmen untuk memperdalam pengembangan senjata serta meningkatkan produksi drone dan teknologi pertahanan udara yang lebih canggih.
Keterangan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dalam pertemuan yang membahas isu pertahanan, pada Selasa (10/1).
Di hadapan para jenderal militer, Shoigu mengatakan pihaknya akan berfokus terhadap kekuatan angkatan udara untuk memperdalam kemampuan serangannya secara keseluruhan.
“Rusia akan meningkatkan kemampuan tempur pasukan kedirgantaraan — baik dalam hal pekerjaan pesawat tempur dan pembom di daerah-daerah di mana sistem pertahanan udara modern sedang beroperasi, dan dalam hal meningkatkan [produksi] drone,” jelas dia, seperti dikutip dari Al Jazeera.
“Rencana langsung kami adalah untuk memperluas pabrik persenjataan modern,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Shoigu menambahkan, militer Rusia akan meningkatkan sistem komando, komunikasi, dan pelatihan bagi para prajurit angkatan udaranya yang bertempur di Ukraina seiring dengan pengembangan senjata.

Ambil Pengalaman dari Perang Saudara di Suriah

Sekutu dekat Presiden Vladimir Putin itu ingin memperbarui kinerja armada militer Rusia yang dianggap kian melemah di medan perang.
Oleh karenanya, menurut Shoigu, penting untuk mempertimbangkan pengalaman tempur Rusia dalam perang saudara di Suriah dan menerapkannya di Ukraina.
Sejak 2015, tentara Moskow telah menjadi sekutu Presiden Bashar al-Assad dan ikut bertempur di Suriah.
“Kami perlu terus menganalisis dan mensistematisasikan pengalaman tindakan kelompok kami di Ukraina dan Suriah, dan atas dasar itu untuk menyusun program pelatihan untuk personel dan rencana untuk pasokan peralatan militer,” kata Shoigu.
Kendaraan tentara Rusia parkir di Deraa, Suriah, Kamis (9/9). Foto: Yamam al Shaar/REUTERS
Meski tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia akan melibatkan kekuatan nuklir dalam perang di Ukraina, namun Shoigu menjelaskan militer Moskow tetap terus mengembangkan tiga senjata nuklir utamanya yang terdiri dari rudal balistik, kapal selam, dan pembom strategis.
ADVERTISEMENT
Pengembangan ketiga senjata nuklir tersebut, sambung Shoigu, diperlukan karena menjadi jaminan utama kedaulatan Rusia dari intervensi asing.
Sedangkan terkait persenjataan konvensional, ia mengakui bahwa ada banyak bagian yang perlu diperbaiki oleh Moskow.
Terlepas dari rencana pengembangan senjata dan perbaikan manajemen komando, Shoigu mengatakan komisariat militer — otoritas yang bertanggung jawab atas penyusunan tentara, juga perlu untuk dimodernisasi.
“Penting untuk mendigitalkan basis data, membangun interaksi dengan otoritas lokal dan regional, serta industri,” tutup dia.

Kritik terhadap Militer Rusia

Keterangan Shoigu muncul usai banyaknya kritik dari nasionalis pro-Rusia yang berdatangan — mempertanyakan kemampuan militer Moskow dalam menembus sistem pertahanan udara di Ukraina.
Mereka bertanya-tanya mengapa para jenderal komando perang bisa membuat kesalahan taktis yang begitu parah dan mengapa prajurit-prajurit mereka dikirim ke medan perang tanpa persiapan, intelijen, hingga peralatan medis yang tepat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berfoto dengan tentara Ukraina saat ia mengunjungi posisi mereka di kota garis depan Bakhmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (20/12/2022). Foto: Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Sebagai negara yang memiliki kekuatan militer berkali-kali lipat lebih besar dari Ukraina, Rusia telah dipertanyakan pula kemampuannya di medan perang karena telah mengalami serangkaian kemunduran selama beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
Para prajurit Rusia tampak mampu dilumpuhkan oleh tentara Ukraina yang jumlahnya lebih sedikit, namun disokong persenjataannya oleh Amerika Serikat dan sekutu Barat.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda gencatan senjata akan terwujud, sebaliknya kedua pihak terus berupaya meningkatkan persenjataan mereka secepat yang mereka bisa.