Perempuan Kuat si Mama Raja Ampat

2 Desember 2019 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para 'Mama' Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Para 'Mama' Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
ADVERTISEMENT
"Sapa ko pu nama?" ujar Adea. Matanya berbinar, senyum terus melingkar, terus-terusan ia mengacak-acak rambut anaknya, Nikolas.
ADVERTISEMENT
"Marcia, Mama. Sa senang sekali di sini," saya menjawab dengan dialeg sekenanya.
Nikolas sedang telanjang bulat dan ingusan ketika saya ingin memeluknya atau sekadar foto bersama. Dengan sigap, Mama Nikolas langsung mengelap ingus bocahnya itu. Sayang, momen hanya berlangsung kurang dari lima menit.
Para 'Mama' Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
Di saat bersamaan, Chacha menghampiri. Chacha tak takut dengan kedatangan orang baru, dikibaskan ekornya itu seraya menggonggong kecil menjawab panggilan saya. Chacha juga tak segan menerima pelukan. Adea dan Nikolas tersenyum, kami larut tertawa bersama.
Tak berapa lama, sekelompok mama lainnya di Desa Saporkren, Raja Ampat, turut menyambut kedatangan kami --para wartawan, tim Bappenas. Mereka diundang ikut berdiskusi soal COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program). Delapan hingga sepuluh mama meriung bersama, berkumpul dengan para suami antusias mendengar paparan Tonny Wagey, penyelenggara program.
Para 'Mama' Desa Saporkren, Raja Ampat, bersama Kasubit Tata Kelola Laut dan Pesisir Bappenas. Foto: Marcia Foto: Marcia Audita/kumparan
Desa Saporkren akan menjadi salah satu lokasi penerapan COREMAP. Warga desa di Raja Ampat, Papua itu akan mendapat pengetahuan soal bersahabat dengan laut. Mereka --laki-laki dan perempuan-- diajarkan cara menangkap hasil laut tanpa perlu merusak ekosistem laut, terutama terumbu karang yang sedang mendapat perhatian dunia.
ADVERTISEMENT
COREMAP kini sudah memasuki fase III yang berlangsung hingga 2022. Raja Ampat dan Laut Sawu di NTT, menjadi dua lokasi restorasi terumbu karang dan biota laut.
Anak anak di Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
Ketika ditanya apa saja yang mereka dapat dari COREMAP fase I dan II, warga mengaku telah mendapat pengetahuan tentang budidaya. Termasuk sosialisasi tapal batas dan solar panel untuk menerangi desa. Namun, ketika pertanyaan dikerucutkan ke para mama, mereka serempak menjawab: "Kami tra (tidak) dapat pelatihan dan tra dilibatkan."
Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar untuk COREMAP III. Padahal, perempuan Raja Ampat begitu kuat. Mereka sungguh terampil, bisa mengerjakan banyak tugas sekaligus mengurus anak dan anjing. Bukan hanya pria. Para Mama juga jago melaut.
Kerajinan para 'Mama' Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
Kedudukan perempuan dan Raja Ampat memang tak bisa dipisahkan. Santer mitos sejak dulu, konon, Raja Ampat berasal dari seorang perempuan yag menemukan enam telur. Dalam Lost in Raja Ampat dan Sorong karya Gelbo Cayi, empat butir di antaranya menetas menjadi empat pangeran dan berpisah.
ADVERTISEMENT
Masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur, dan Misool Barat. Sedangkan satu telur lainnya menjadi perempuan yang pindah ke Biak. Dan satu telur yang tersisa tidak menetas lalu menjadi batu. Batu inilah yang diyakini sebagai pusat penduduk raja ampat.
"Mama-mama di sini semuanya jago menangkap ikan, sama seperti kami (laki-laki). Malam sering memancing dekat pantai untuk dijual dan dimakan," kata Yoel, salah satu warga, menjawab pertanyaan diskusi.
Mendengar itu, tiga hingga empat mama membenarkan pujian Yoel. Sambil saling sahut diselingi tawa bibir merekah imbas kunyahan pinang, para mama mengaku biasa memancing ikan. Keuntungannya amat lumayan.
Diskusi bersama warga Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
Akses ke Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
"Sehari bisa Rp 400 ribu," tutur salah satu dari mereka ketika dijumpai usai diskusi.
ADVERTISEMENT
Ada juga mama yang lihai membuat kue dan memasak. Sesekali dijualnya kue macam keripik pisang dan sukun ke pasar, cukup untung meski tak sebanyak untung yang didapat dari memancing ikan.
Usai diskusi, saya menghampiri seorang mama yang sedang menggendong anaknya. Mama itu adalah satu dari beberapa perempuan yang terampil membuat anyaman dari bambu.
Aplin, nama si mama, ikut kelas menganyam dengan sekelompok mama di Desa Saporkren. Kelas bernama 'Matoa' itu dibuat atas inisiatif sendiri, tanpa difasilitasi pemerintah.
"Ini sa ikut dan buat kalau senggang. Dijual di pasar sekitar Rp 50 ribu, ada yang Rp 70 ribu, beragam," kata Aplin.
Tony Wagey yang sempat berdiskusi dengan warga Saporkren menampung keluh kesah mereka. Di antaranya soal kekurangan modal para nelayan, hingga pelatihan keterampilan dan pengetahuan menangkap ikan untuk para mama.
ADVERTISEMENT
"Apa bapak siap menjaga terumbu karang?" kata Tony.
"Kami pastikan jaga terumbu karang, ada batas zona inti, masyarakat sudah tahu, namun pendampingan bisa terus dilakukan. Termasuk pemahaman untuk ibu-ibu," kata Yoel.
Salah satu mama, Alexandria, menyebut Desa Saporkren setidaknya memiliki enam resort. Mama Alex sebetulnya ingin rumahnya turut dijadikan resort. Sayang, renovasi dan penunjang penginapan butuh biaya yang tidak sedikit.
"Kami ingin tambah resort cuma modalnya memang belum ada. Jadi kami tetap memancing dulu, besar-besar dapatnya," kata Mama Alex.
"Untungnya anak sa juga sudah kuliah dan memberikan uang," tambahnya.
Sebagai gambaran, COREMAP merupakan tahap jangka panjang yang terdiri dari tiga fase. Fase pertama (Inisiasi, 1998-2001), untuk menetapkan landasan kerangka kerja sistem nasional terumbu karang; fase II (Akselerasi, 2001-2007), untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas, dan fase III (Pelembagaan, 2007-sekarang): menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal dan operasional, terdesentralisasi, dan telah melembaga.
Peluncuran COREMAP oleh Bappenas di Desa Saporkren, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
Dermaga Waiwo, Raja Ampat. Foto: Marcia Audita/kumparan
COREMAP fase III kali ini melibatkan masyarakat untuk mengaplikasikan ide perbaikan terumbu karang. Mereka diminta untuk mengajukan proposal penelitian untuk dikombinasikan dengan rancangan kerja yang telah dibuat tim.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, seluruh stakeholders hingga warga Raja Ampat --baik perempuan dan laki-laki, akan dilibatkan dalam menjaga lautan Raja Ampat. Termasuk membuat warga Raja Ampat kian sejahtera.