Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap pahlawan memiliki kisah cintanya masing-masing. Termasuk pahlawan Perang Jawa, Pangeran Diponegoro.
ADVERTISEMENT
pada usianya yang ke-27, Pangeran Diponegoro menikah untuk pertama kalinya. Dia berjodoh dengan seorang guru agama dari Sleman bernama Raden Ayu Retno Madungbrongto.
Wanita itu adalah putri kedua dari ulama terkemuka di Desa Dadapan, Kiai Gede Dadapan. Oleh karena perkawinannya inilah, Diponegoro banyak bergaul dengan kaum ulama di Yogyakarta dan Jawa.
Pernikahan Diponegoro dengan Ayu Retno lahir seorang anak laki-laki. Dia bergelar Putra Diponegoro II yang mewarisi kharisma dan kepemimpinan sang pangeran.
Hubungan pasangan itu pun begitu harmonis. Setidaknya, itu yang diungkapkan oleh Pangeran Diponegoro II dalam tulisannya ‘Babad Diponegoro Surya Ngalam’.
Pangeran Diponegoro dan Medungbrongto saling melengkapi satu sama lain. Digambarkan oleh Diponegoro II, ibunya adalah sosok setia yang selalu menemani ayahnya dalam tugas-tugas keagamaan.
ADVERTISEMENT
Namun, prahara menghampiri bahtera rumah tangga Pangeran Diponegoro. Keputusan Ayah Diponegoro yang juga Raja Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono III-lah yang menjadi pemicu.
Pada tahun 1807, Sultan Hamengkubuwono III membujuk Pangeran Diponegoro untuk menikah dengan Raden Ajeng Supadmi. Putri dari Bupati Panolan Jipang Kesultanan Yogyakarta, Raden Tumenggung Notowijoyo III. Alasannya politis, demi meneruskan kemegahan sang ayah.
Pernikahan keduanya memang dihelat berkelas dan besar-besaran pada 27 Februari 1807. Para pejabat dari Residen Belanda pun turut diundang dalam pesta tersebut.
“Salah satu hadiah resmi dari Residen Belanda adalah perkamen. Kertas tulis dari kulit binatang sepanjang 1,5 meter. Suatu hal yang memberi petunjuk bahwa kedua pasangan mempelai itu sudah melek huruf,” kata Peter Carey dalam Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (2014).
ADVERTISEMENT
Dikisahkan Peter Carey, Diponegoro bertemu untuk pertama kali dengan Supadmi hanya tiga bulan sebelum mereka menikah. Hal inilah yang kemudian membuat hubungan keduanya tidak berjalan mulus dan berumur pendek. Mereka bercerai tiga tahun setelah pernikahan.
Dari hasil pernikahannya dengan Supadmi, lahir seorang putra bernama Pangeran Diponingrat. Namun, menurut Diponegoro II, Diponingrat adalah seseorang yang arogan.
“Dalam pandangan Diponegoro II, ia juga berperilaku arogan dan tidak adil terhadap istri pertama ayahnya Madubrongto, perempuan yang berasal dari kelas sosial lebih rendah darinya,”ungkap Peter Carey.
Peter menambahkan, meski wajah Diponegoro tak setampan Arjuna, kharismanya tak dianggap sebelah mata oleh orang-orang Jawa.
Menurut sumber-sumber Belanda, Diponegoro digambarkan sebagai pria bertubuh gempal dan tingginya sedang. Namun, perawakannya tegap dan dia memiliki stamina yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
“Diponegoro seperti terbuat dari besi,” kata salah seorang opsir Belanda De Kock.
Diponegoro mempunyai daya magisnya sendiri yang kuat. Hal itu yang membuatnya tetap menawan di mata perempuan.
Bahkan, Diponegoro sendiri pernah menyebut salah satu dari sifat-sifatnya yang mengganggu adalah sering mudah tergoda oleh perempuan.
Dikutip dari ‘Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro’, selama Perang Jawa (1825-1830), Pangeran Diponegoro menganggap, salah satu penyebab kekalahannya adalah sebelum pertempuran berlangsung, dia sempat tidur dengan perempuan muda China. Perempuan yang bukan istri atau selirnya.
“Perempuan itu adalah tawanan perang di Kedaren yang kemudian ia jadikan tukang pijatnya,” ujar Peter Carey.
Bahkan sekalipun hidup di pengasingan di Manado, dia tetap bisa menaklukkan hati wanita. Meski kondisinya yang sudah tak lagi gagah, daya pikatnya ternyata belum hilang.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Pangeran Diponegoro punya keinginan untuk menikahi seorang perempuan lokal. Putri dari seorang warga Muslim terkemuka, Letnan Hasan Nur Latif.
“Seperti halnya para pejabat Belanda, pejabat setempat juga menolak lamaran itu dengan alasan apabila menikah dengan Diponegoro akan terjadi hal-hal buruk,” ujar Peter Carey.
Walau tak jadi menikah, Diponegoro sebenarnya telah hidup dengan empat orang istri resmi dan beberapa selirnya di dalam pengasingan. Salah seorang selirnya yang terakhir, disebut cukup cantik. Bahkan, mampu memikat Asisten Residen Belanda untuk Residen Yogyakarta, Chevallier.
“Pangeran setidaknya memiliki sepuluh anak, enam laki-laki dan empat perempuan dari istri-istri resminya,” tutur Carey.
Dalam masa perang,, salah satu istrinya Raden Ayu Maduretno meninggal dunia. Pada penghujung November 1827, dia kemudian menikahi tiga istri baru yang salah satunya adalah Raden Ayu Retnoningsih yang merupakan putri dari Bupati Winongo dari Karesidenan Yogyakarta..
ADVERTISEMENT
Sekalipun Pangeran Diponegoro memiliki daya tarik besar dan merupakan pribadi yang hangat apabila berhadapan dengan lawan jenis, dia tak dikenal sebagai seseorang yang humoris. Orang-orang Eropa justru menilainya sebagai pribadi yang kaku dan menakutkan.
Di balik sisi lain soal perempuan, Pangeran Diponegoro tetaplah Pangeran Diponegoro yang dicintai rakyat Jawa. Dia yang berjuang untuk kebebasan mereka yang tertindas.