Perhimpunan Dokter Patklin Jelaskan Alasan Tes PCR Mahal, Tak Semurah di India

27 Oktober 2021 12:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemkab Bantul jemput bola melakukan swab PCR di Dusun Lopati. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemkab Bantul jemput bola melakukan swab PCR di Dusun Lopati. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi meminta agar harga tes PCR dapat diturunkan menjadi Rp 300 ribu. Hal tersebut justru menimbulkan kritik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn).
ADVERTISEMENT
Dalam setiap satu kali tes PCR, terdapat sejumlah komponen penyusun yang membutuhkan biaya tak sedikit. Saat ini harga yang berlaku tertinggi yaitu Rp 495 ribu di Jawa-Bali dan Rp 525 di luar Jawa Bali. Sebelum Agustus 2021, tarif tertinggi dikenakan sebesar Rp 900 ribu.
PDS PatKLIn menjelaskan ada tiga tahap yaitu pra-analitik (tahap persiapan dan pengambilan bahan/spesimen), analitik (tahap pemeriksaan bahan/spesimen), dan Pasca-analitik (tahap pelaporan hasil pemeriksaan).
Di tahap pra-analitik, komponen biaya tersebut meliputi termasuk tenaga swabber, APD, alat swab, hingga wadah spesimen. Kemudian pada analitik terdapat biaya untuk laboratorium, reagen, tenaga analis, dan juga alat pendukung seperti pipet khusus. Kemudian pada tahap terakhir biaya meliputi tenaga administrasi dan juga tenaga validasi hasil PCR.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDS PatKLIn Prof Aryati mengatakan, bahwa masih ada biaya-biaya lain yang juga harus dimasukkan ke dalam biaya tes PCR. Misal seperti biaya overhead dan juga pengelolaan limbah medis.
"Ini dari perhimpunan kami. Saya menekankan di kualitas dan keamanan. Belum lagi kan jasa swabber-nya, jasa penginput NAR (laporan 24 jam ke Kemenkes), BHP bahan habis pakai, overhead listrik air, maintenance alat, pengolahan limbah, APD, LIS, dll," kata Aryati kepada kumparan, Rabu (27/10).
Selain itu, hal paling penting yang membuat harga tes PCR ini masih belum dapat ditekan hingga serendah mungkin lantaran bahan-bahan yang digunakan sebagian besar masih impor. Misalnya seperti bahan reagen PCR.
"Kita, lho, masih impor semua. Mau kayak India Rp 95 ribu maunya. Di India, kan, semua produk dalam negeri, subsidi pemerintah," katanya.
ADVERTISEMENT
Sehingga penurunan harga PCR ini akan menyulitkan pihak swasta yang mengadakan tiap komponen tersebut secara mandiri.
"Ini, kan, harga untuk swasta yang mau naik pesawat. Kalau RS pemerintah dan lab pemerintah semua subsidi dan sudah gratis," tutup Aryati.
----------------------------------------------------------------------------------
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.