Peringatan 75 Tahun Konvensi Jenewa, Singgung Kemanusiaan dalam Perang

13 Agustus 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa dirayakan di Indonesia. Acara itu mengambil tema “The One Set of Rules We All Agree On,”.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya hari yang juga disebut hari landasan hukum humaniter internasional ini diperingati setiap tanggal 12 Agustus.
Acara yang dihadiri sejumlah diplomat dan ahli hukum internasional itu berlangsung di Erasmus Huis, Jakarta Selatan, pada Senin (12/8).
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, membuka acara dengan memaparkan sejarah Erasmus Huis yang memiliki keterkaitan erat dengan Konvensi Jenewa 1949.
"Erasmus Huis bukan hanya pusat budaya Belanda di Jakarta, tetapi juga simbol dari nilai-nilai humanis yang diusung oleh Desiderius Erasmus, seorang pemikir besar dari Renaisans Utara. Seperti Erasmus, Konvensi Jenewa juga menekankan pentingnya kemanusiaan, bahkan di tengah situasi paling brutal sekalipun," ujar Grijns selaku tuan rumah.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia dalam Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
"Konvensi Jenewa menetapkan standar hukum internasional untuk perlakuan kemanusiaan dalam perang, dan di tengah banyaknya konflik saat ini, topik ini lebih relevan dari sebelumnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, mengingatkan bahwa Konvensi Jenewa lahir dari kehancuran Perang Dunia II dan masih menjadi landasan penting dalam menjaga kemanusiaan.
"Konvensi Jenewa terus menyelamatkan nyawa dengan menetapkan batas-batas kemanusiaan dalam perang. Menghormati konvensi ini adalah tanggung jawab kita bersama," kata Zehnder.
Ia juga menyoroti pentingnya perlindungan bagi warga sipil dan akses bantuan kemanusiaan yang cepat dan aman di tengah konflik yang terus berlanjut.
Zehnder menegaskan kembali pentingnya Konvensi Jenewa dalam konteks modern.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, dalam Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
"Di dunia yang penuh dengan konflik dan kekerasan, Konvensi Jenewa adalah mercusuar harapan dan bukti dari kemanusiaan kita yang terus bertahan. Konvensi ini tidak hanya sebuah dokumen hukum, tetapi juga garis hidup bagi jutaan orang yang terkena dampak perang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dosen Hukum Internasional Universitas Padjajaran, Diajeng Wulan Christianti, memberikan perspektif kritis mengenai penerapan Konvensi Jenewa, terutama dalam konteks konflik di Gaza.
Dosen Hukum Internasional Universitas Padjadjaran, Diajeng Wulan, di Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
"Kekerasan yang berlanjut di Gaza, Ukraina, Myanmar, dan Sudan menunjukkan bahwa meskipun Konvensi Jenewa memiliki tujuan mulia, efektivitasnya sering kali dipertanyakan. Apakah aturan ini benar-benar memberikan keadilan, atau hanya menambah jumlah korban?" tanyanya.
Dalam pidatonya, Penasihat Senior Kementerian Luar Negeri RI, Robert Matheus Michael Tene, juga menekankan bahwa meskipun sering terjadi pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa, aturan ini tetap relevan dan penting.
Sebagai salah satu perwakilan RI, Tene pun berbicara mengenai peran Indonesia dalam memajukan hukum humaniter internasional.
Penasihat Senior Kemlu, Robert Matheus, dalam Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
"Konvensi Jenewa bukan hanya teks hukum, tetapi juga kompas moral yang memandu tindakan kita untuk melindungi warga sipil dan kelompok paling rentan dalam setiap konflik bersenjata. Di Gaza, misalnya, semua pihak harus menghormati hukum humaniter internasional tanpa pengecualian," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Setelah serangkaian pidato dari para duta besar dan ahli hukum internasional, para tamu diajak menonton film interaktif berjudul "If War Comes to You".
Film ini membawa penonton ke dalam skenario konflik bersenjata dan menyoroti peran individu dalam menegakkan prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional.
Film Interaktif 'If War Comes to You' dalam Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa di Erasmus Huis Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Penonton diberi kesempatan untuk mempengaruhi alur cerita dengan memilih plot secara online. Film tersebut diproduksi oleh Komite Internasional Palang Merah yang didukung oleh berbagai lembaga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Eropa, termasuk Palang Merah Swiss.