Peringati Hari Kemerdekaan Ke-75 Tahun, Junta Myanmar Gelar Parade Militer

4 Januari 2023 11:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglima Tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Foto: Lynn Bo Bo/Pool/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Panglima Tertinggi militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Foto: Lynn Bo Bo/Pool/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pasukan bersenjata dan angkatan militer berparade di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, untuk memperingati Hari Kemerdekaan ke-75 tahun negara itu, pada Rabu (4/1).
ADVERTISEMENT
Sejak junta militer menguasai pemerintahan hampir dua tahun lalu, peringatan hari besar ini sudah tidak lagi meriah dan dirayakan dengan pawai.
Menurut laporan dari koresponden AFP yang berada di Naypyidaw, beberapa unit tank, peluncur rudal, dan kendaraan berlapis baja dikerahkan di lapangan parade sejak pagi hari.
Pegawai negeri sipil dan pelajar sekolah menengah mengikuti pasukan bersenjata itu, diiringi oleh band militer.
Kedatangan Pemimpin Junta, Min Aung Hlaing, di lapangan parade itu kemudian disambut oleh 21 tembakan senjata ke udara sebagai bentuk penghormatan.
Di Myanmar, hari kemerdekaan biasanya ditandai dengan hari libur nasional dan hiburan di jalanan yang meriah — seperti pawai dan pertemuan di ruang publik.
Tetapi, sejak kudeta militer terjadi, perayaan hari libur ini sebagian besar telah lantaran warga memilih untuk berada di rumah dan tidak berpartisipasi pada upacara kemerdekaan sebagai bentuk protes terhadap junta.
Tentara berdiri di samping kendaraan militer protes kudeta militer, di Yangon, Myanmar, 15 Februari 2021. Foto: STR/REUTERS
Meski pemerintahan Myanmar di bawah junta militer tidak diakui secara internasional dan terisolir, namun terdapat negara lain yang masih memiliki hubungan baik dengan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara itu.
ADVERTISEMENT
Rusia adalah salah satunya — negara sekutu utama dan pemasok senjata ke junta militer ini merupakan satu dari segelintir pihak internasional yang masih menjalin komunikasi dengan Myanmar. Hubungan bilateral antara Myanmar dan Rusia terjalin dengan baik di tengah konflik yang masih berlangsung di Ukraina.
Dalam memandang konflik yang sudah memasuki bulan ke-11 tersebut, Myanmar membenarkan tindakan Rusia dan mendukungnya.
Atas kesamaan pandangan inilah, pemimpin kedua negara menjadi semakin dekat — ditambah Rusia juga terisolir dari dunia internasional.
“Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim salam tulus dan mengantisipasi perkembangan lebih lanjut hubungan [dengan Myanmar],” lapor media lokal Global New Light of Myanmar.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Panglima Tertinggi Myanmar, berjabat tangan dengan Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi. Foto: Stringer/REUTERS
Secara historis, Myanmar mendeklarasikan kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris yang berkuasa selama lebih dari enam dekade pada 4 Januari 1948.
ADVERTISEMENT
Kemerdekaan ini dicapai dari perjuangan yang panjang dan berdarah— di mana salah satu pejuang yang berjasa adalah Jenderal Aung San.
Aung San merupakan ayah dari pemimpin demokratis yang digulingkan oleh junta militer pada 2020, yaitu Aung San Suu Kyi. Dan hari kemerdekaan ini jatuh hanya beberapa hari usai pengadilan militer memvonis hukuman penjara final bagi Suu Kyi selama 33 tahun lamanya.
Sampai sekarang, Myanmar dilanda krisis kemanusiaan. Pertempuran antara pasukan militer junta dan kelompok pemberontak anti-kudeta masih berlangsung, yang mana otoritas tidak segan-segan bertindak keras dan menangkap mereka yang menentang junta.
Para pemberontak ini ingin mengembalikan pemerintahan demokratis pimpinan Suu Kyi, yang terpilih secara sah melalui voting hampir dua tahun lalu. Namun, perjuangan mereka dihadapkan pada penindasan dan mereka hanya bisa mengandalkan bantuan internasional.
ADVERTISEMENT