Perjuangan Aria Turunkan Berat Badan 86 Kg dalam Waktu 13 Bulan

5 Juni 2018 10:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tidak pernah terlintas dalam benak Ade dan istrinya bahwa putra kecilnya akan mengalami obesitas luar biasa di usia 10 tahun. Kala itu, pada usia 4 tahun Aria megalami diare dan seketika hilang nafsu makan. Mereka lalu membawa anak keduanya itu ke dokter untuk mendapat pengobatan.
ADVERTISEMENT
“Kita bawa ke dokter sekalian diobatin diarenya dan sekalian minta obat nafsu makan. Setelah itu terlalu manjur mungkin obatnya. Jadi pulang dari sana itu alhamdulillah sakitnya sembuh, dia inginnya makan terus,” kenang Ade kepada kumparan, Rabu (30/5).
Ade menguraikan, saat itu bibit-bibit Aria mulai gemar menyantap makanan mulai terlihat. Belum genap lima tahun sekali makan Aria bisa menyantap dua piring porsi dewasa.
Aria juga sangat menyukai minuman kemasan dan bisa menenggak sampai 20 kemasan per hari. Selain itu, dia juga hobi makan mi instan, minimal dia harus menyantap tiga bungkus mi instan plus telor setiap harinya.
“Dan yang paling sensasi itu umur 9 ke 10, dalam satu tahun dia naik berat badannya, total 72 kilogram. Dari umur lima, enam tahun sampai tujuh tahun itu ada 90 kiloan waktu masuk SD. Tujuh tahun delapan tahun semakin naik. Umur delapan tahun ada sekitar 119 kilo. Nah, umur 10 baru ada 192 kilogram,” sebut Ade.
Kondisi sekarang Arya Permana (Foto: Raga Imam/kumparan)
Dengan kondisi tersebut, Aria berubah menjadi bocah yang sangat besar. Di tangan, perut, dan kakinya menggumpal berkilo-kilo lemak.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, Aria hanya bisa terbaring lemah di rumahnya. Dia tak bisa pergi sekolah dan bermain bersama temannya lantaran tak kuat berjalan. Impiannya untuk menjadi pemain bola pun harus dia kubur sementara karena ketidakberdayaannya.
Duka lebih dalam menghampiri Aria kala dia juga harus putus sekolah saat menginjak kelas 2 semester akhir. Dia kemudian hanya menyerap ilmu dari guru-guru yang berbaik hati mengajar ke rumahnya.
Arya Permana (Foto: ANTARA/M. Ali Khumaini)
Kondisi sang anak yang demikian membuat Ade dan istrinya khawatir. Pikirannya kala itu, anak dengan obesitas akan lebih rentan terkena penyakit, lebih buruknya lagi adalah intaian kematian. Oleh karena itu, Ade bertekad memotivasi Aria untuk berubah.
“Tolong lihat anak yang lainnya. Kamu harus bisa seperti mereka, itu yang sering saya tanamkan ke Aria. Orang lain bisa kenapa kamu tidak,” ujar Ade.
ADVERTISEMENT
Jalani operasi pengecilan lambung
Program pengecilan berat badan Aria pun dimulai sekitar 2016 lalu. Orang tuanya memboyong Aria ke RS Hasan Sadikin Bandung. Di sana, Aria disarankan untuk diet dalam artian mengatur pola makan. Namun, dari program tersebut hasil yang didapatkan tidaklah seberapa.
“Selama delapan bulan bobot Aria cuma turun delapan kilo. Jadi kan sangatlah lama,” sebut Ade.
Dirasa tidak efektif akhirnya Aria menghentikan program tersebut. Tiba-tiba, sebuah media Inggris yang datang meliput memperkenalkan Aria dengan para ahli gizi.
“Sampailah kita dibawa ke rumah sakit Omni International di Alam Sutera, Tangerang, Banten. Kita dipertemukan dengan salah satu dokter bernama Handy Wing, dia spesialis bedah lambung,” urai Ade.
Aria Permana (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Aria pun dianjurkan untuk melakukan operasi pengecilan lambung. Tetapi, orang tuanya sempat menolak karena operasi bedah akan meninggalkan luka di tubuh Aria.
ADVERTISEMENT
Anggapan keluarga nyatanya salah. Operasi pengecilan lambung tak perlu dilakukan dengan membedah badan besar Aria. Mereka hanya perlu menggunakan alat sebesar bolpoin untuk melancarkan operasi.
Mendapati dirinya akan dioperasi, Aria tidaklah gentar. Dia terus bersemangat supaya tubuhnya tak lagi obesitas.
Setelah berhasil dioperasi, perlahan perubahan ada pada diri Aria. “Operasinya itu kalau makan kebanyakan muntah, penampungan makannya jadi sedikit,” kata Aria.
Aria kini harus menjaga pola makannya. Dia dilarang mengkonsumsi makanan berminyak dan minuman manis.
“Yang kasih menu-menu makanan dokter Jeni di rumah sakit Omni. Yang ngasih tips olahraga Om Ade Rai. Tipsnya olahraga yang rajin sama juga makan makanan yang teratur. Olahraganya, angkat barbel, main bulu tangkis, main bola,” sebut Aria.
Aria Permana (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Di samping itu, orang tua terus mendukung program penurunan berat badan Aria. Mereka melarang Aria mengkonsumsi makanan yang dilarang oleh dokter.
ADVERTISEMENT
“Dulu iya nangis (dilarang makan ini itu). Sekarang sudah terbiasa, minum air putih yang banyak,” ungkap Aria.
Buah kerja kerasnya, Aria lepas dari jerat obesitas luar biasa. Bobotnya kini berada di angka 106 kilogram. Dua tahun selanjutnya, berat badan Aria ditargetkan bisa menyentuh angka 80 kilogram. Bila sesuai target, Aria akan segera menjalani operasi plastik untuk menghilangkan kulitnya yang bergelambir.
Aria Permana (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Aria sempat curi-curi waktu untuk minum minuman manis setelah operasi
Sebagai seorang bocah, jiwa kekanak-kanakan masih melekat pada Aria. Menjalani diet ekstra dari kebiasaan lama membuatnya kadang tak bisa menahan diri.
“Awal-awalnya dia ingin minuman. Dia pergi sendiri, nyuri-nyuri. Pamitnya main sama teman, terus kita intai, ternyata lagi beli minuman. Itu kita nasihati baik-baik akhirnya dibuang, walau masih separo habis,” cerita ayah Aria.
ADVERTISEMENT
Aria pun mengakui bahwa tak boleh meminum minuman manis adalah hambatan terbesar baginya. “Kalau dulu kan suka minum minuman yang manis, itu saja hambatannya habis operasi,” ungkap Aria.
Aria Permana (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Terlepas dari beratnya perjuangan Aria tersebut, tim dokter terus memantau perkembangannya.
“Kalau dokter cuma sebulan sekali ke sini meriksa, kalau misal ada cek darah, Aria ke rumah sakit,” tutur Aria.
Kini, Aria bisa kembali ke sekolah. Dia juga dapat bermain sepak bola bersama kawan-kawannya.
“Intinya harus ada kemauan. Ya alhamdulillah setelah operasi ada hasil dari kemauan Aria. Apa artinya orang tua kalau enggak ada kemauan dari anaknya sendiri pasti sia-sia hasilnya.” kata Ade mengenang perjuangan sang anak.
-------------------------------------------------------
ADVERTISEMENT
Ikuti kisah perjuangan Aria mengurangi berat badannya di topik Aria Bocah Obesitas di kumparan.