Perjuangan Bocah 9 Tahun di Surabaya Lawan HIV Selama 2 Tahun

22 Oktober 2024 19:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kanipah (57), nenek F bocah 9 tahun yang positif HIV saat ditemui di rumahnya, Selasa (22/10/2024). Foto:  Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kanipah (57), nenek F bocah 9 tahun yang positif HIV saat ditemui di rumahnya, Selasa (22/10/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Nasib pilu dialami oleh anak perempuan berinisial F, warga Kelurahan Mojo, Kota Surabaya. Bocah 9 tahun itu harus berjuang melawan human immunodeficiency virus (HIV) stadium akhir.
ADVERTISEMENT
F kini hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Kondisi fisiknya terus menurun.
Gadis itu tinggal dan dirawat oleh ayahnya Dani Ari Prabowo (36), neneknya Kanipah (57) dan kakeknya Harijono (65).
Neneknya, Kanipah, menceritakan awal mula F mengeluh sakit batuk dan diare pada tahun 2022. Ia kemudian dibawa ke RS Husada Utama Surabaya. Di situ, F didiagnosis tuberkulosis atau TBC. Keesokannya, ia dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya.
"Gejala awalnya diare, TBC, batuk-batuk nggak berhenti berbulan-bulan," ujar Kanipah saat ditemui di rumahnya, Selasa (21/10).
Saat dirawat di RSUD Dr Soetomo, F ternyata didiagnosis positif HIV stadium awal. Ia kemudian rawat jalan dalam pengobatan TBC dan HIV selama 6 bulan.
"Pengobatan 6 bulan dan dijalani lalu ngedrop. Lalu opname kedua langsung ke RSUD Dr Soetomo tahun 2023, sudah pucat, mulut ada jamur, dirawat 2 minggu dirawat," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Usai opname kedua, F bisa beraktivitas normal. Ia kembali bersekolah, mengaji dan bermain dengan teman-temannya.
Kanipah (57), nenek F bocah 9 tahun yang positif HIV saat ditemui di rumahnya, Selasa (22/10/2024). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Selang hampir satu tahun kemudian, kondisi fisiknya kembali menurun. F kembali dilarikan ke RSUD Dr Soetomo pada bulan September 2024 dan dirawat selama 3 minggu.
Saat perawatan ketiga di rumah sakit itu, F dinyatakan HIV stadium akhir. Berat badannya turun drastis, dari 21 kg menjadi 12,4 kg.
Pada 25 September 2024, F diperbolehkan untuk pulang rawat jalan. Akan tetapi, F mengalami sakit kulit di kaki bagian pahanya.
"Katanya kalau stadium akhir nyerang ke kulit. Tantenya ke puskesmas (terdekat). Ditangani puskesmas dikasih salep, susu, infus buat pembersih lukanya," ungkapnya.
"Semakin kurus, mulutnya mulai banyak jamur, disuapin makan mual, nggak bisa makan nasi. Dia bertahan karena obat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sejak kemarin, Senin (22/10), F kembali dibawa ke RSUD Dr Soetomo. Sebab, kondisinya semakin lemah. Ia tidak bisa jalan karena lutut bagian kiri terasa sakit.
"Kaki kanan bisa gerak, bisa mberangkang (merangkak), tangan bisa. Ngeluh kulit panas, gatel, karena keluar herpes. Setiap malam sejak pulang dari RS nggak pernah tidur," kata dia.
Lebih lanjut, Kanipah mengungkapkan bahwa cucunya didiagnosis HIV karena tertular dari ibu kandungnya.
Orang tua F sendiri telah bercerai dan F sempat ikut tinggal bersama dengan ibunya. Selama ibunya sakit, F sendiri yang merawatnya hingga akhirnya meninggal dunia pada tahun 2021.
"Ternyata mamanya meninggal karena HIV juga. Saya baru tahu mamanya meninggal karena HIV saat keluarga mamanya memberi tahu waktu F opname, jadi bukan karena penyakit kulit. Kenapa baru dikasih tahu," bebernya.
ADVERTISEMENT
Semangat F untuk sembuh dari HIV
Kendati demikian, kata Kanipah, semangat F untuk hidupnya cukup tinggi. Hampir setiap malam F selalu berdoa dan berzikir sendiri.
"F semangat hidupnya tinggi. Masih bisa diajak ngobrol. IQ ditanya, mata juga katanya bagus, jantung, paru-paru, organ dalam bagus semua. Setiap malam wiridan, dia berdoa, baca al-Fatihah, surat-surat pendek, bawa tasbih," ungkapnya.