Perjuangan dan Harapan Riswanto soal Nasib Anaknya yang Hilang 9 Tahun

3 September 2019 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal nelayan Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal nelayan Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Harapan Riswanto Hadiyasa tak pernah padam untuk menemukan kejelasan nasib anaknya. Anak pertama Riswanto bernama Agiel Ramadhan Putra, hilang sejak 9 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Agiel merupakan siswa SMK Negeri 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, jurusan Perikanan. Agiel bersama dua temannya, Ginanjar Nugraha Atmaji dan Andrinta Denny Murdani pergi ke Pelabuhan Benoa, Bali.
Ketiganya merupakan siswa kelas 2 SMK yang akan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di sebuah kapal pelayaran. Ketiganya berangkat pada 31 Desember 2009 lalu.
Namun, dua bulan setelahnya, Riswanto mendapat kabar bahwa anaknya turut berada di Kapal Motor Jimmy Wijaya yang hilang kontak sejak 6 Febuari 2010.
"Februari tanggal 6, saya mendapat surat dari PT Sentra Buana Utama, di situ ditujukan kepada saya Riswanto Hadiyasa, selaku orang tua Agil Ramadhan Putra, memberitahukan kapal yang bernama KM Jimmy Wijaya di mana Agil bekerja lost contact per 6 Februari 2010 pukul 04.00," jelas Riswanto saat dihubung kumparan, Selasa (3/9).
ADVERTISEMENT
Hati dan perasaan Riswanto pun syok mendengar kabar tersebut. Namun yang mengganjal di hatinya, anaknya bukan bekerja di kapal tersebut, tapi hanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang. Rupanya, Agiel dan teman-temannya dipekerjakan sebagai Anak Buah Kapal (ABK).
Riswanto Hadiyasa, orang tua Agiel Ramadhan Putra, siswa SMK Sanden yang jadi ABK di Bali. Foto: Dok. Riswanto Hadiyasa
Setelah menelusuri sendiri, Riswanto mendapatkan informasi bahwa ada calo yang menyalurkan anaknya ke perusahaan kapal di Bali.
Sejak saat itu pula, Riswanto tak berhenti berjuang demi kejelasan nasib sang anak. Mulai dari LBH, Komnas Perlindungan Anak, Sekretariat Kabinet, hingga ke Presiden Jokowi. Namun hasilnya nihil.
"Harapan saya hanya ingin dapat perhatian dari pemerintah atau lembaga yang terkait dan pihak manapun dalam rangka upaya mencari kejelasan nasib anak kami," keluh Riswanto.
Agiel Ramadhan Putra, siswa SMK Sanden yang jadi ABK di Bali. Foto: Dok. Riswanto Hadiyasa
Begitu pun dengan perasaan orang tua teman Agiel lainnya yang ikut menjadi ABK di Bali. Menurut Riswanto, selama ini keduanya menyerahkan perjuangannya kepadanya. Sebab, dua orang tua teman Agiel, tak tahu apa-apa terkait persoalan hukum.
ADVERTISEMENT
"Mereka menaruh seluruh perjuangan ini kepada saya. Mereka soalnya orang kecil tak tahu soal hukum. Hanya petani biasa," jelas Riswanto.
Riswanto dan orang tua kedua teman Agiel merasa sudah lelah, 9 tahun mencari keadilan.
Data Siswa SMK yang dipaksa jadi ABK di Bali. Foto: Dok. Istimewa
"Untuk upaya lain jujur saya sudah lelah dan sudah tidak tahu lagi harus bagaimana karena kurun waktu 9 tahun saya sudah berjuang dalam rangka temukan anak kami," ungkap Riswanto.
Saat ini Riswanto berharap ada pihak-pihak atau lembaga terkait yang mendengar kabar hilangnya anak tercintanya. Seluruh tenaga dan harta, kata Riswanto, telah ia kerahkan hingga penghabisan. Tapi tak menemukan hasilnya juga.
Surat perjanjian magang Siswa SMK Sanden Bantul. Foto: Dok. Istimewa
"Untuk keadilan hukum, saya pun sudah pasrah karena bagaimana pun juga harus ada materi untuk melawan," jelas Riswanto.
Surat pemberitahuan PT Sentral Benoa Utama soal siwa SMK yang hilang di Bali. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT