Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Perjuangan Pedagang Starling di Tengah Gempuran Kopi Keliling Kekinian
4 Mei 2025 12:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Robert (30)--bukan nama sebenarnya--mengeluarkan sepeda starling merah mudanya dari petak kontrakannya di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Hari ini tanggal merah, hari libur bagi para pekerja kantoran. Namun dalam tradisi Tionghoa, merah adalah simbol cuan, keberuntungan dan kelancaran rezeki.
Meski darah Tionghoa tak mengalir dalam tubuhnya, pria kelahiran Sampang, Madura, itu tetap berharap rezeki datang lancar di tanggal merah ini.
“Minggu kan car free day, orang banyak main di taman, banyak yang haus cari minum,” kata Robert.
Robert tampak lihai mengaduk minuman instan ke gelas-gelas plastik, terkadang sambil bersenda gurau dengan pedagang kaki lima lain, terkadang sambil menonton video lucu di aplikasi Tik Tok.
Robert sudah 7 tahun menjadi barista jalanan, wilayah kekuasaannya adalah sekitaran Jalan Diponegoro Jakarta Pusat hingga Cikini. Di luar itu, sudah menjadi daerah kekuasaan barista jalanan lain kata Robert, ia tak berani melintas.
ADVERTISEMENT
Namun 2 tahun belakangan, kayuhan sepeda Robert semakin lesu, kehadirannya pelan-pelan mulai digantikan oleh kopi keliling kekinian yang mulai menjamur di Jakarta.
“Orang sekarang nyarinya yang gerobaknya bagus,” kata Robert.
“Dulu sehari Rp 200 ribu juga bisa dibawa pulang, sekarang Rp 50 ribu udah bersyukur,” tuturnya.
Harus Kucing-kuncingan dengan Satpol PP
Belum lagi aturan regulasi pemerintah daerah yang membuat Robert dan pedagang kaki lima lain harus kucing-kucingan dengan Satpol PP.
“Kalau hari biasa enggak boleh kita mangkal di sini, saya harus keliling, kalau ketangkep bisa diambil sepedanya,” ceritanya.
Ia bercerita, kini banyak rekannya sesama pedagang starling menyerah dan memilih pulang kampung ke Madura. Meski begitu Robert masih optimis starling tetap dicari dan memiliki pasarnya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Tukang parkir, ojol, orang demo, nyarinya saya,” katanya sambil tertawa.
Tak hanya tanggal merah, aksi demonstrasi atau peringatan kematian pemuka agama juga menjadi hari hoki yang ditunggu-tunggu Robert.
Bukan karena ia ikut dalam gerakan atau acara itu, Robert memilih tidak mau ikut-ikutan berpolitik. Namun ada sesuatu yang dinantinya, kerumunan adalah rezeki bagi Robert dan pedagang starling lainnya.
Seperti saat demo, semakin besar massa semakin cepat termos kopinya kosong oleh permintaan.
Di tengah kerasnya persaingan minuman keliling di jalanan Jakarta, Robert masih setia pada resep instannya, kopi dan minuman saset, air panas, lengkap dengan es batu.
Di bawah teriknya Jakarta, ia terus mengayuh sepeda merah mudanya meski perlahan meski lesu, terus berharap dahaga menjadi pintu rezekinya.
ADVERTISEMENT