Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Perjuangan Pria Asal Semarang Turunkan Berat Badan 230 Kg: Usus-Lambung Dipotong
12 Maret 2023 16:58 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Seorang penderita obesitas asal Semarang bernama Jaikishin (33) berhasil menurunkan berat badannya lebih dari 100 kilogram. Jacky bahkan sempat mengalami ketakutan karena napasnya kerap berhenti saat ia tidur.
ADVERTISEMENT
"Saya dulu berat badannya 230 kilogram. Itu saya enggak sadar, kita ngerasanya normal aja biasa aja, tiba-tiba kalau naik tangga capai, terus saya beranikan ngaca dan nimbang ternyata beratnya sudah 230 kilogram, sudah over timbangannya. Itu saya sadar waktu Oktober 2019," ujar Jacky di sela acara Run and Walk for Obesity, Minggu (12/9).
Jacky mengaku pola makannya sempat tidak terkontrol. Bahkan ia bisa makan berat 6 kali dalam sehari dengan porsi luar biasa besar. Ia juga hobi ngemil dan amat menggemari junk food.
"Saya itu makannya banyak sekali ya, sekali makan itu satu piring numpuk. Dan itu bisa 6 kali makan. Saya juga suka sekali sama junk food dan ngemil. Makanya beratnya sampai over seperti ini," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Jacky sempat mengalami ketakutan setiap kali tidur. Ia dibayang-bayangi potensi kematian mendadak karena selalu mengalami henti napas saat tidur. Tak hanya itu, dia juga selalu mendengkur saat tertidur.
"Saya selalu mengalami henti napas saat tidur. Jadi istri saya harus standby harus jaga, ketika napas saya berhenti saya harus disenggol supaya ada reflek untuk bernapas lagi. Saya juga mendengkur dan itu keras sekali mungkin bisa terdengar dari jarak beberapa meter," imbuhnya.
Jacky merasa kehidupannya kacau setelah ia menderita obesitas. Selain ruang geraknya terbatas, kesehatan Jacky juga terancam karena ia menderita beberapa penyakit.
"Saya itu ada diabetes dan penyakit bawaan darah tinggi. Hormon saya juga kacau, saya gampang lelah, pekerjaan saya terganggu, naik tangga sudah enggak bisa, menyetir mobil juga kesulitan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jacky akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi ke RSUP Dr Kariadi Semarang dan bertemu dr Abdul Mughni. Ia kemudian disarankan untuk melakukan operasi bariatrik untuk menurunkan berat badannya dengan cepat.
"Setelah operasi itu berat badan saya turun sekitar 100 kilogram. Sekarang tinggal 120 kilogram. Setelah operasi badan jauh lebih baik lagi, nafsu makan terkontrol, tidak mudah lelah. Saya juga tidak mengalami henti napas lagi saat tidur," jelasnya.
Meski begitu, Jacky tetap diwajibkan untuk terus berolahraga dan beraktivitas. Ia juga diharuskan mengontrol asupan makanan yang masuk ke lambungnya. Ia kini menghindari makanan bertepung, minuman manis, garam dan gorengan.
"Usus dan lambung saya kan dipotong, jadi cepat kenyang, tapi tetap harus jaga makan karena usus bisa melar lagi kan. Saya juga olahraga renang dan jalan kaki setiap hari untuk mempertahankan berat yang sekarang," terangnya.
Jacky juga menekankan pentingnya dukungan dari keluarga. Ia meminta penderita obesitas tak malu dan memiliki keinginan untuk berubah.
ADVERTISEMENT
"Keluarga itu sangat penting, itu support nomor 1. Bagi saya obesitas bukan aib, tapi kita juga harus berani dalam arti ayo kita semangat berolahraga, belajar mengurangi berat badan, atau kalau perlu konsultasi ke ahli gizi atau dokter," tegas Jacky.
Sementara itu, dokter spesialis bedah digestif RSUP Dr Kariadi Semarang, dr Abdul Mughni mengatakan, usus dan lambung Jacky dipotong karena ia menderita obesitas ekstrem.
"Lambungnya dipotong sampai 20 persen kemudian usus tinggal separuh, kita pendekin karena biasanya orang obesitas itu ususnya 6 sampai 6,5 meter. Itu kita potong separuhnya. Jadi tidak mudah lapar, karena di dalam lambung ada hormon lapar, ketika itu dikurangi maka laparnya juga berkurang," jelas dr Mughni.
Ia menyebut, tren obesitas dari tahun ke tahun mengalami tren kenaikan. Menurutnya, gaya hidup dan pola makan sangat mempengaruhi akan hal ini.
ADVERTISEMENT
"Peningkatannya itu 3,9 persen tiap tahun di Indonesia atau 23 persen. Itu penelitiannya dari sampel 16.000 orang dari seluruh Indonesia dan itu ada 23 persen yang obesitas. Itu jurnal dari orang Indonesia, itu yang saya inget. Paling ngaruh itu lifestyle kita ya, sekarang orang makan enak banget, ya kaya kita ini lah, malam-malam pulang kerja makan. Minuman manis. Makanya harus rajin olahraga, makan sayur supaya metaboliknya bagus," kata dr Mughni.