Perkara "Propaganda Rusia" Tidak Pengaruhi Hubungan RI-Rusia

13 Februari 2019 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. Foto: Darin Atiandina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. Foto: Darin Atiandina/kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah "propaganda Rusia" yang diutarakan Jokowi saat berpidato sebagai capres sempat menuai protes dari pemerintah Rusia sendiri. Kendati demikian, Rusia menegaskan hubungan mereka dengan Indonesia tetap baik.
ADVERTISEMENT
Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva yang ditemui di kediamannya di Jakarta, Rabu (13/2), perkara "propaganda Rusia" telah ditutup.
“Kita telah melakukan percakapan dengan pejabat Indonesia dan saya pikir isu ini telah didiskusikan dan ditutup,” kata Vorobieva.
“Tidak mempengaruhi, sejauh ini hubungan (Indonesia-Rusia) baik dan saya tidak melihat ada alasan untuk sebaliknya,” sambungnya lagi.
Sebelumnya istilah "propaganda Rusia" disampaikan capres nomor urut 01 Jokowi dalam pidatonya di Karanganyar, Jawa Tengah, awal bulan ini. Ucapan Jokowi ini ditujuan untuk lawan politiknya yang dianggap menyebarkan kebohongan, metode propaganda Rusia.
Rusia telah menyatakan keberatannya atas istilah yang menurut mereka tidak tepat itu. Istilah itu muncul pada pemilu AS 2016, Rusia dituding melakukan kampanye hoaks di media sosial untuk memenangkan Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Vorobieva mengatakan tudingan AS itu palsu. Dia juga menegaskan Rusia tidak akan turut campur dalam pemilihan umum di Indonesia.
Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. Foto: Darin Atiandina/kumparan
Dia menambahkan, Rusia tak akan mengambil langkah lanjutan atau mengirim nota protes atas isu tersebut. “Posisi kita sudah jelas, semoga saja kerja sama kita akan mengarah ke arah yang lebih baik,” pungkas Vorobieva.
Kerja sama Indonesia dan Rusia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data pemerintah menunjukkan, nilai dagang Indonesia-Rusia meningkat 14,34 persen pada 2017 menjadi sebesar USD 2,52 miliar.
Dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin di KTT ASEAN tahun lalu, Jokowi mengatakan Indonesia punya target meningkatkan nilai dagang dengan Rusia hingga USD 5 miliar pada 2020.