Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Perkuat Kerja Sama Keamanan, 2 Kapal Perang Iran Berlabuh di Tanjung Priok
9 November 2022 16:32 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Dua kapal perang Angkatan Laut Iran , yakni IRIS Makran dan IRIS Dena, bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta sejak Sabtu (5/11). Kunjungan ini diadakan untuk memperkuat kerja sama antara kedua negara, khususnya dalam keamanan dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Dua tahun sebelumnya, Iran mengirimkan kapal perang IRIS Kharg. Melanjutkan misi tersebut, Iran kali ini mengerahkan dua kapal.
Kapal pangkalan IRIS Makran dan kapal fregat kelas Moudge IRIS Dena ini diperkirakan akan berlabuh sampai 10 atau 11 November.
Komandan Misi, Captain Farhad Fattahi, menjelaskan kedua negara melangsungkan saling kunjung setiap dua hingga tiga tahun sekali.
"Dua kapal dari Republik Islam Iran Bernama IRIS Dena dan IRIS Makran dengan membawa pesan perdamaian dan persaudaraan memulai perjalanan mereka dari Iran beberapa waktu yang lalu," terang Fattahi kepada wartawan di IRIS Dena pada Rabu (9/11).
Fattahi mengatakan, kehadiran kapal-kapal tersebut bertujuan melaksanakan misi yang tertuang dalam Indian Ocean Naval Symposium (IONS). Inisiatif sukarela itu meningkatkan kerja sama maritim antara negara-negara pesisir di Wilayah Samudra Hindia.
ADVERTISEMENT
Forum beranggotakan 24 negara itu meliputi Iran, Indonesia, Pakistan, Arab Saudi, Prancis, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, hingga Inggris.
Ada pun delapan negara pengamat, yakni China, Jerman, Italia, Jepang, Madagaskar, Belanda, Rusia, dan Spanyol.
IONS meminta seluruh negara yang memiliki perbatasan dengan Samudera Hindia untuk melaksanakan langkah keamanan di kawasan.
"Iran sebagai ketua dari Komite Keamanan Laut memulai perjalanannya di wilayah internasional untuk menjamin keamanan lalu lintas dan rute internasional yang komersial di berbagai perairan internasional," ujar Fattahi.
Fattahi menggarisbawahi, Iran dan Indonesia memiliki begitu banyak persamaan. Salah satunya adalah selat-selat strategis. Selat Hormuz merupakan selat strategis bagi Iran, sedangkan Selat Malaka adalah salah satu selat strategis bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kedua belah pihak menjalin hubungan erat untuk memastikan keamanan di selat-selat tersebut. Selain menjalankan resolusi IONS, Iran juga membuat kapal perang sendiri demi menjaga kapal-kapal komersialnya yang melintasi rute internasional.
"Hal yang penting berkaitan dengan keamanan di selat ini adalah negara-negara kawasan yang mengadakan dan memperluas keamanan di kawasan tersebut tanpa ikut campur dari negara di luar kawasan," tegas Fattahi.
"Pembuatan kapal dan kehadiran kapal-kapal dari Iran di perairan Hormuz juga untuk tujuan yang sama," lanjut dia.
IRIS Makran adalah kapal pangkalan pertama dan satu-satunya Angkatan Laut Iran. Kapal yang dinamai berdasarkan wilayah pesisir di Iran tenggara tersebut sudah beroperasi sejak 2021.
Sementara itu, IRIS Dena adalah kapal dengan tonase terbesar yang berhasil dibuat Iran. Kapal sepanjang 95 meter dan selebar 11 meter ini mampu melesat hingga 50 km/jam.
ADVERTISEMENT
Tetapi, kecepatan kapal bergantung pada kondisi dan cuaca, dengan rata-rata yang berkisar antara 18 km/jam sampai 16 km/jam.
IRIS Dena memiliki enam geladak kapal, serta jangkar seberat 1.000 ton. Militer Iran melengkapi kapal tersebut dengan dua jenis persenjataan dari ringan hingga berat.
IRIS Dena merupakan kapal produksi dalam negeri sepenuhnya. Sehingga, persenjataan ringannya pun berasal dari industri pertahanan Iran. Meriamnya mampu ditembakkan hingga 16 km untuk melawan ancaman yang berada di daratan dan lautan.
Terdapat kurang lebih 130 awak kapal di IRIS Dena. Mereka dapat bertahan 25 sampai 30 hari di lautan tanpa dukungan kapal logistik.
Fattahi menekankan, tidak banyak negara yang mampu memproduksi kapal yang bisa berlayar di perairan internasional dan di samudera.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja ini memerlukan industri pertahanan yang sangat baik yang mana kami adalah salah satu negara, atas arahan langsung dari Pemimpin Agung Republik Islam Iran, kami mengedepankan kemandirian dalam berbagai industri pertahanan. Salah satu di antaranya adalah untuk memproduksi kapal," ungkap Fattahi.
Tugas keamanan ini termanifestasi dalam latihan bersama dengan salah satu kapal perang Indonesia (KRI). Ketika kapal-kapal Iran bertolak dari Jakarta, mereka akan berlatih mengamankan kapal-kapal dalam kondisi darurat yang memerlukan pertolongan.
"Berdasarkan protokol, diadakan latihan pada saat kapal asing bertolak dari Indonesia. Latihan kami diagendakan pada hari keberangkatan kami. Mungkin besok. Mungkin lusa. Ini bergantung pada koordinasi kami, tetapi mungkin 24 jam sampai 48 jam ke depan kami akan bertolak," papar Fattahi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menjaga keamanan di perairan, Iran turut memanfaatkan kunjungannya untuk menempuh kerja sama pendidikan. Kedua negara tengah menempuh pembicaraan untuk pertukaran kader.
"Iran memiliki Lembaga perguruan tinggi atau universitas khusus untuk para kader yang bisa menerima kader dari Indonesia. Saya juga melihat terdapat potensi yang baik di bidang tersebut di Indonesia," kata Fattahi.
Ambisi serupa digemakan Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Khoush Heikal Azad. Dia menyinggung kerja sama dalam jalur darat atau Jalur Sutra, serta jalur laut atau Jalur Rempah.
Mohammad mengatakan, Jalur Rempah memungkinkan interaksi perdagangan, peradaban, kebudayaan berbagai negara. Persamaan dari interaksi tersebut dapat terlihat dari kata-kata seperti 'bandar' yang diserap dari bahasa Persia ke dalam bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kapal IRIS Dena dan Makran mengunjungi Indonesia dan berbagai negara sahabat lainnya untuk melanjutkan hubungan persahabatan bersejarah dan interaksi antara kedua negara yang begitu erat," jelas Mohammad.