Perlintasan Gaza Kembali Buka Usai Gencatan Senjata Israel dan Jihad Islam

8 Agustus 2022 17:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina memeriksa bangunan yang terkena serangan udara Israel, di Kota Gaza, Sabtu (6/8/2022). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina memeriksa bangunan yang terkena serangan udara Israel, di Kota Gaza, Sabtu (6/8/2022). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
ADVERTISEMENT
Setelah Israel dan Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) menyetujui gencatan senjata yang ditengahi Mesir, truk bahan bakar kembali memasuki Gaza pada Senin (8/8).
ADVERTISEMENT
Israel mengatakan, pihaknya akan membuka jalanan di daerah perbatasan secara bertahap. Sebab, pembatasan akibat pertempuran telah mendorong warga berlindung di penampungan pula.
"Diputuskan untuk secara bertahap mencabut pembatasan," jelas Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip dari AFP, Senin (8/8).
Kedatangan truk-truk tersebut mengakhiri kekurangan pasokan di Gaza. Keadaan itu telah mendorong penutupan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza pada Sabtu (6/8).
Perkembangan tersebut lantas meningkatkan harapan atas berakhirnya konflik intens antara kedua belah pihak. Serangan udara masih melanda menjelang gencatan senjata.
Namun, tidak ada laporan pelanggaran sejak perjanjian itu ditandatangani pada pukul 23.30 waktu setempat. Israel mengatakan, serangan terakhir dari pihaknya terjadi lima menit sebelumnya.
Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, di atas kota Sderot, Israel, Sabtu (6/8/2022). Foto: Jack Guez/AFP
Kendati demikian, keduanya kemudian mengeluarkan peringatan. Mereka akan tetap merespons kekerasan dengan kekerasan.
ADVERTISEMENT
Kantor Perdana Menteri Sementara Israel, Yair Lapid, merilis pernyataan terkait pada Minggu (7/8). Pihaknya mengungkapkan apresiasi terhadap mediasi Mesir.
Tetapi, Israel berniat untuk tetap mempertahankan haknya dalam merespons bila menemukan pelanggaran. PIJ juga menegaskan niatan untuk mengambil tindakan serupa terhadap agresi Israel.
"Situasinya masih sangat rapuh, dan saya mendesak semua pihak untuk mematuhi gencatan senjata," seru Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland.
PIJ menambahkan, gencatan senjata juga membahas pembebasan dua tahanan kelompok itu. Mesir berusaha membantu membebaskan tokoh senior sayap politik PIJ, Bassem al-Saadi.
Israel menangkap komandan PIJ tersebut pada Jumat (5/8). Usai menangkap al-Saadi, Israel melanjutkan serangan di Gaza lantaran mengkhawatirkan pembalasan dari PIJ.
Pihaknya menewaskan para pemimpin PIJ, termasuk Taysir al-Jabari dan Khaled Mansour. Tentara Israel mengaku telah membunuh seluruh pejabat militer senior PIJ di Gaza.
Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, di atas kota Sderot, Israel, Sabtu (6/8/2022). Foto: Jack Guez/AFP
Serangan bertubi itu mengundang pembalasan berupa penembakan ratusan roket terhadap Israel. Selama beberapa hari terakhir, pertempuran sengit menewaskan 44 warga Palestina, termasuk 15 anak-anak.
ADVERTISEMENT
Hamas mencatat, 360 orang turut mengalami cedera. Kelompok tersebut merebut kendali atas Gaza dari Otoritas Palestina pada 2007. Walau bersekutu dengan Hamas, PIJ sering bertindak sendiri.
Israel bersikeras bahwa korban jiwa disebabkan oleh roket PIJ. Pihaknya menambahkan, tiga orang Israel juga terluka akibat pecahan peluru. Hingga 31 orang lainnya turut mendapati cedera ringan.
Seorang warga Gaza, Nour Abu Sultan, menggambarkan konflik tiga hari itu sebagai peristiwa mengerikan. Wanita berusia 29 tahun itu mengaku tidak bisa tidur selama roket melintasi langit.
Kesaksian serupa datang dari seorang penduduk Israel di dekat perbatasan Gaza, Dalia Harel. Dia menjelaskan, kelima anaknya mengalami trauma akibat pertempuran tersebut. Namun, Harel justru merasa kecewa ketika mendengar kabar gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
"Kami lelah menjalani operasi militer setiap tahun," ujar Harel.
"Kami membutuhkan para pemimpin militer dan politik kami untuk menyelesaikannya sekaligus. Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami tidak bisa terus seperti ini," lanjut dia.