Perludem: Pemilih Harus Diedukasi, Jangan Pilih Caleg Hanya karena Artis

16 Mei 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Caleg artis PAN. Foto: Dok. PAN
zoom-in-whitePerbesar
Caleg artis PAN. Foto: Dok. PAN
ADVERTISEMENT
Sejumlah artis ikut meramaikan kontestasi Pemilu 2024 melalui parpol yang telah menyerahkan daftar nama bakal calon anggota legislatifnya ke KPU. Artis dinilai bisa menjadi pendulang suara bagi parpol karena popularitasnya.
ADVERTISEMENT
Perindo, misalnya, menyodorkan Aldi Taher, Vicky Prasetyo, hingga juri di acara Master Chef, Arnold Poernomo. Sementara Partai Gerindra memiliki Melly Goeslaw, Ahmad Dhani, Taufik Hidayat, hingga Ari Sihasale.
Partai-partai lain seperti NasDem juga mengusung artis Nafa Urbach. PAN juga mencalonkan artis Verrel Bramasta dan Uya Kuya. Adapun komedian Narji yang maju sebagai Bacaleg dari PKS.
Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, menilai popularitas artis sebagai caleg juga harus diiringi oleh tanggung jawab sebagai wakil rakyat. Sebab, banyak stigma bahwa artis nyaleg ini hanya sebagai pendulang suara bagi parpol.
“Artis memang bisa jadi pemikat yang mudah bagi pemilih untuk tertarik pada parpol tertentu di tengah banyaknya parpol yang berkontestasi dan caleg yang ikut Pemilu,” kata Titi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/5).
Aldi Taher di pendaftaran bacaleg dari Partai Perindo, di Kantor KPU Jakarta Pusat, Jumat (15/4). Foto: Haya Syahira/kumparan
Titi menyebut fenomena artis nyaleg ini juga kerap kali terjadi karena pengkaderan yang kurang baik dari internal parpol. Beberapa artis yang masuk partai politik masuk menempati posisi strategis menggeser kader internal parpol karena memiliki nama besar.
ADVERTISEMENT
“Sehingga muncul stigma artis sekadar jadi pendulang suara bagi parpol untuk memikat simpati dan dukungan pemilih di Pemilu. Sementara si artis sama sekali tidak punya pengalaman politik atau aktivitas publik yang berkaitan dengan itu,” ujarnya.
“Problem kaderisasi yang kemudian jadi masalah. Sebab mayoritas masuk panggung politik tanpa proses pengkaderan untuk menginternalisasi nilai-nilai ideologis dan garis perjuangan partai,” tambahnya.
Titi menekankan pemilih agar cermat memilih wakilnya. Pemilih harus melihat para calon tidak hanya dari sisi popularitas saja mengingat tugas yang diemban sebagai anggota dewan merupakan tanggung jawab yang besar.
“Pemilih juga harus terus diedukasi agar tak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang hanya bersifat popularitas atau simbolik,” jelasnya.
“Apalagi yang dipertaruhkan adalah aspirasi masyarakat yang akan tercermin dalam kerja-kerja mereka sebagai pejabat publik apabila terpilih nanti,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Fenomena artis nyaleg ini bukan hal baru dalam Pemilu di Indonesia. Berdasarkan catatan kumparan, ada 91 caleg artis yang mencalonkan diri pada Pileg 2019. Namun hanya 14 orang di antaranya yang berhasil meraup suara terbanyak. Artinya, sebanyak 77 artis atau 84,62 persennya gagal melenggang ke Senayan.
Seorang petugas mengangkut kotak suara Pemilu 2019 saat distribusi logistik Pemilu 2019 di GOR Kemayoran, Jakarta, Senin (15/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan