Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Perludem Sebut Beking Hasyim Kuat: Kalau Tidak, Tak Mungkin Selamat Berkali-kali
12 Juli 2024 14:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kasus asusila Hasyim Asy'ari membuka sejumlah tabir tentang bagaimana KPU saat ini. Kasus ini memang bukan yang pertama kali dihadapi Hasyim dan selama ini selalu lolos. Tak heran bila muncul dugaan Hasyim punya beking kuat.
ADVERTISEMENT
"Saya katakan iya," kata Anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini, dalam talkshow Info A1 kumparan dikutip Jumat (12/7).
"Kalau tidak kuat kan tidak mungkin selamat berkali-kali," ujar dia.
Hasyim dan KPU sudah beberapa kali dilaporkan ke DKPP. Di awal masa jabatan, ada laporan soal manipulasi dan proses verifikasi partai politik. Saat itu, DKPP hanya memberi sanksi kepada staf KPU bukan komisioner.
Khusus untuk Hasyim, laporan atas kasus asusila serupa pernah juga ditujukan padanya. Titi mengingatkan soal kasus dengan Hasnaeni atau dikenal dengan wanita emas.
Dia menilai, DKPP sebenarnya punya kesempatan besar untuk memberi sanksi lebih tegas kepada Hasyim Asy'ari. Sebab, 90% laporan atas kasus asusila yang dilaporkan kepada penyelenggara pemilu mendapatkan sanksi tegas.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak kepada Hasyim. Dia hanya mendapat peringatan keras terakhir.
"Jadi ada merasa, mungkin, terlalu percaya diri, hegemoni, lepas dari satu penegakan hukum akhirnya, bukan menjadi sebuah pertobatan tapi justru menjadi kepercayaan diri untuk terus mengulangi begitu," tambah dia.
Begitu kuatnya Hasyim di KPU juga terlihat dari cara mengelol organisasi. Pertama saat, konferensi pers usai dipecat DKPP, Hasyim didampingi komisioner KPU lengkap.
Mereka menyebut itu bagian dari solidartias terhadap Ketua KPU. Tapi, kata Titi, mereka lupa Hasyim baru saja dipecat atas kasus asusila.
"Yang saya dengar pengakuannya, solidaritas untuk pimpinan tapi ini juga menjadi sebuah ironi, artinya memang ada problem laten soal kepedulian pada perempuan, hak-hak perempuan dari sisi kelembagaan dan keanggotaan KPU karena isu ini kan korbannya perempuan," kata Titi.
ADVERTISEMENT
"Hegemonik tanpa ada kritik, tanpa ada proses yang egaliter. Jadi bagi saya sih kemarin ketika melihat seorang yang sudah diberhentikan untuk perkara yang asusila masih didampingi dan ditemani artinya memang kita sedang krisis integritas di penyelenggara pemilu kita," ucap dia.