Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Persaingan Geopolitik Semakin Ketat, Negara ASEAN Perkuat Armada Kapal Selam
28 Desember 2022 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN telah mengembangkan akuisisi kapal selamnya di tengah persaingan geopolitik yang semakin kuat di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Langkah itu diambil guna memperkuat kemampuan pertahanan dan keamanan mereka di saat negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China sudah lebih dahulu unggul di bidang ini.
Selama ini, di antara ke-10 negara anggota ASEAN, hanya Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Myanmar yang telah memiliki kapal selamnya masing-masing. Sedangkan Thailand dan Filipina masih dalam proses untuk memperolehnya.
Beberapa analis menilai memperkuat pertahanan dan keamanan di kawasan ASEAN sebagai hal logis untuk dilakukan dan diperlukan, khususnya di tengah perubahan realitas geopolitik dunia.
Salah satu analis yang berpendapat demikian adalah Dosen Fakultas Hukum Internasional Universitas Indonesia, Aristyo Darmawan.
Menurut Aristyo, peningkatan akuisisi kapal selam negara Asia Tenggara didorong persaingan antara Amerika Serikat dan China khususnya di wilayah Laut China Selatan.
ADVERTISEMENT
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bagaimana Laut China Selatan semakin termiliterisasi,” ujarnya, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Atas dasar itulah, sambung Aristyo, kapal selam menjadi krusial bagi negara di Asia Tenggara.
Hingga saat ini, AS memiliki sebanyak 66 kapal selam yang 50 di antaranya bertenaga nuklir. Sedangkan China memiliki enam kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, enam kapal selam serang bertenaga nuklir, dan 46 kapal selam serang bertenaga diesel.
Belum lagi Unmanned Underwater Vehicles (UUV) milik AS dan China di wilayah Laut China Selatan yang turut menjadi ancaman bagi negara-negara sekitar. UUV yang dapat beroperasi tanpa penumpang terus digunakan oleh kedua negara untuk melakukan eksplorasi ilmiah atau kegiatan mata-mata.
ADVERTISEMENT
Pengembangan Kapal Selam
Pada awal Desember ini, Singapura memulai fase pengembangan kapal selam lanjutan dengan kapal selam kelas Invincible (tak terlihat) buatan Jerman.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, kapal selam ini penting bagi angkatan lautnya yang memiliki misi penting menjaga kedaulatan negara maritim tersebut.
Bagi Indonesia, perolehan kapal selam menjadi perhatian setelah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di lepas pantai Bali pada April 2021 lalu. Insiden tersebut memunculkan pertanyaan mengenai kapasitas militer dan kemampuan operasionalnya.
Indonesia pun menandatangani perjanjian kolaborasi pembangunan dua kapal selam Scorpene dengan Prancis pada Februari 2022 lalu.
Kapal selam ini dinilai memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menghindari radar, mampu bergerak cepat, dan mampu menjalankan misi, dan melepaskan serangan jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan akan kapal selam juga ditunjukkan oleh Vietnam. Pada 2009 lalu, Vietnam membeli enam kapal selam kelas Kilo senilai Rp 31 miliar dari Rusia dan menjadikan Vietnam sebagai negara pemilik armada kapal selam terbesar di Asia Tenggara.
Periset dari Institut ISEAS-Yusof Ishak di Singapura, Ian Storey, menjelaskan ada alasan strategis pengembangan kapal selam bagi Vietnam yang terlibat dalam konflik geopolitik jangka panjang dengan China.
“Enam kapal selam Vietnam akan membuat China berpikir dua kali sebelum mencoba menduduki atol Vietnam di Laut China Selatan,” kata Storey.
“Dan jika konflik pecah, kapal selam itu akan memungkinkan Angkatan Laut Vietnam untuk melarang dan menenggelamkan kapal perang Tiongkok.” tambahnya.
Namun menurut perwakilan Kerja Sama Pembangunan dan Keamanan Internasional (IDSC) di Manila, Joshua Bernard Espena, perairan Asia Tenggara yang dangkal menimbulkan tantangan taktis dan operasional bagi angkatan laut masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan pengadaan beberapa kapal selam tidak akan membawa dampak yang signifikan bagi negara-negara di Asia Tenggara.
“Pengadaan beberapa kapal selam tidak akan membuat perbedaan besar, mempertahankannya akan mahal karena pemeliharaan suku cadang, pelatihan awak, dan tindakan darurat bahaya seringkali menjadi tantangan,” kata Espeña.
Penulis: Thalitha Yuristiana.