Perselisihan Makin Meruncing, Kongo Tuduh Rwanda Lancarkan Invasi

14 Juni 2022 19:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tentara Rwanda. Foto: Simon WOHLFAHRT/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tentara Rwanda. Foto: Simon WOHLFAHRT/AFP
ADVERTISEMENT
Republik Demokratik Kongo (DRC) menuduh Rwanda telah melakukan invasi pada Senin (13/6/2022).
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu muncul usai serangan kelompok pemberontak M23 di Bunagana, Provinsi Kivu Utara. Mereka menyerbu sebuah pos perdagangan utama di perbatasan DRC-Uganda.
DRC telah berulang kali menuduh Rwanda mendukung M23. DRC lantas menuding, Rwanda telah mengambil alih Bunagana menggunakan kekuatan M23.
"M23 didukung oleh tentara dan artileri dari tentara Rwanda," tulis pernyataan tentara DRC, dikutip dari AFP, Selasa (14/6/2022).
DRC mengatakan, M23 mengalami kemunduran. Sehingga, Rwanda memutuskan untuk campur tangan secara langsung dalam operasi militer mereka.
"[Rwanda] memutuskan untuk melanggar sifat tak tersentuh dari perbatasan kita dan integritas wilayah kita. [Ini adalah] invasi, tidak lebih, tidak kurang," tegas DRC.
DRC mengatakan, Bunagana kini berada dalam kendali 'musuh'. Pasukan setempat berjumlah sekitar seratus tentara pun terdesak mundur ke Uganda.
ADVERTISEMENT
"Tentara baru saja menyerah dan menuju ke Uganda," kata kepala asosiasi masyarakat sipil, Damien Sebusanane.
"Sebuah truk tentara baru saja lewat, empat jip dan kendaraan lain yang penuh dengan tentara," jelas Sebusanane.
Tentara Misi Stabilisasi Organisasi PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO) di DRC. Foto: Alexis Huguet / AFP
Bentrokan teranyar itu telah meletus sejak Minggu (12/6/2022). Satu-satunya jalan keluar bagi pasukan DRC ialah dengan menyebrang ke Uganda.
"Seratus tiga puluh tujuh tentara Kongo dan 37 polisi telah menyerah kepada pasukan Uganda," ungkap petugas pasukan keamanan, Hajj Sadiq Sekandi.
"Mereka melarikan diri dari pertempuran dan mencari perlindungan," tambah dia.
M23 kemudian mengkonfirmasi, Bunagana berada di bawah kendalinya. Jubir M23, Willy Ngoma, menjelaskan, tindakan itu tidak direncanakan. Pendudukan Bunagana adalah respons atas serangan tentara DRC.
PBB dan Uni Afrika lalu menyerukan gencatan senjata di semua pihak. Tetapi, Rwanda menuduh, Misi Stabilisasi Organisasi PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO) sebenarnya berpihak kepada DRC.
ADVERTISEMENT
"Ketika DRC mengebom wilayah Rwanda tanpa alasan, ini adalah masalah serius yang memiliki konsekuensi, dan harus dihentikan sekali dan untuk selamanya," cuit Jubir Pemerintah Rwanda, Yolande Makolo di Twitter.
"Dengan memihak dalam konflik ini, MONUSCO telah berkontribusi secara signifikan terhadap kerasnya Pemerintah DRC dalam penembakan lintas batas wilayah Rwanda," imbuhnya.
Hubungan antara Kinshasa dan Kigali telah memanas sejak kedatangan massal Hutu asal Rwanda di DRC. Kelompok etnis itu dituduh membantai Tutsi selama Genosida Rwanda pada 1994.

Pemberontak M23

Ratusan pengungsi berkumpul untuk pembagian ember dan sabun di kamp pengungsi Rhoo. Foto: Alexis Huguet / AFP
M23 hanya satu dari lebih dari 120 kelompok bersenjata yang aktif di DRC. Mereka meluncurkan serangkaian serangan pada 2012-2013.
M23 juga sempat merebut Goma pada 2012. Namun, DRC dan PBB memadamkan pemberontakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sisa-sisa kelompok pemberontak itu diburu hingga ke negara tetangga DRC, Uganda dan Rwanda.
Kelompok itu melanjutkan pertempuran pada November 2021. M23 menuduh, DRC gagal menghormati perjanjian 2009. Kesepakatan itu menjamin tentara pemerintah akan merekrut para pejuang M23.
Sejak itu, M23 telah kembali untuk melancarkan serangan terhadap DRC. Kekerasan berkobar pada Maret 2022, hingga mendesak ribuan orang melarikan diri ke Uganda dan wilayah DRC di Ruthshuru.
"Saat ini ada lebih dari 30.000 orang Kongo di sisi perbatasan Uganda. Mereka takut untuk kembali ke rumah," ujar seorang petugas yang tidak menyebutkan namanya.
PBB mengatakan, 368 orang lainnya telah melintasi perbatasan dari Bunagana ke Uganda per Senin (13/6/2022).