Pesan Idul Fitri Haedar: Pemimpin Bangsa Harus Berjiwa Khalifatullah Fil Ardh

30 Maret 2025 14:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan untuk memanfaatkan momen Idul Fitri sebagai wahana introspeksi diri baik sebagai warga-bangsa, umat, maupun tokoh bangsa.
ADVERTISEMENT
Haedar berharap pada bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, jiwa takwa, jiwa abdullah dan jiwa khalifatu fil ardh (manusia sebagai wakil Allah di bumi) senantiasa membersamai hidup bangsa Indonesia baik dalam jiwa, alam pikiran, sikap dan tindakan.
Sehingga, baik sebagai warga, umat, maupun tokoh umat/bangsa, akan senantiasa menebar ketakwaan itu menjadi rahmat bagi semesta alam.
Selain itu, Haedar menyingkap perintah berpuasa sebagai rukun islam yang bergerak pada dimensi luas menyangkut akidah, akhlak, dan muamalah duniawiyah.
Ia mengatakan bahwa jika umat muslim mengamalkan dan merenungi perintah berpuasa dan perintah Allah lainnya baik dalam rukun islam maupun rukun iman, maka setiap muslim akan memancarkan kehanifannya dalam beragama.
"Sehingga dengan beragama menjadi manusia yang selain saleh, buah dari ibadah kepada Allah SWT dan kesalehan itu terpancar dalam jiwanya, dalam dirinya, dalam pikirannya, dalam tindakannya, tetapi juga memancar kesalehannya di keluarga, dalam masyarakat, dalam kehidupan bangsa bahkan dalam relasi kemanusiaan global," kata Haedar terkait Refleksi Idul Fitri 1446 H, dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu (30/3).
ADVERTISEMENT
Dari kesalehan itulah kemudian tercipta hidup yang damai, bersatu, harmonis, toleran terhadap perbedaan. Berkat kesalehan itu pula hidup menjadi bijaksana, bahkan lebih dari itu, ialah keberadaban.
“Hidup beradab yang akan membawa pada peradaban tinggi,” tegas Haedar.
Haedar menilai, manusia baru yang berjiwa hanif (orang yang beriman kepada Allah) dan beragama secara hanif, akan memunculkan dan menumbuhkan jiwa khalifatul fil ardh yang selalu memakmurkan bumi, mensejahterakan sesama, bahkan menciptakan kehidupan yang baik. Hal ini berlaku baik dengan sesama manusia dan makhluk Tuhan yang lain maupun dengan lingkungan semesta.
"Maka siapa pun manusia muslim sebagai warga, sebagai umat, dan lebih-lebih sebagai elite tokoh bangsa berkiprah dalam kehidupan kenegaraan, berperan sebagai pemimpin negeri dan tokoh umat, maka selain berjiwa akhlak mulia pantulan dari kesalehan tapi juga memiliki jiwa kekhalifahan di muka bumi," ucap Haedar.
ADVERTISEMENT
Dengan kesalehannya, setiap para pemimpin bangsa, pemimpin umat selalu berbuat yang benar, berbuat yang baik, berbuat yang pantas atau patut dan segala hal yang baik dalam kehidupan. Sebaliknya, menjauhi hal yang salah, buruk dan tidak pantas.
"Maka, dengan kesalehan, lebih-lebih menjadi pemimpin bangsa, pemimpin umat akan senantiasa menebar segala hal yang positif di dalam kehidupan. Mampu mensejahterakan rakyat, memajukan rakyat, mencerdaskan rakyat dengan penuh pertanggungjawaban," jelasnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: Istimewa
Menurut Haedar, di situlah letak manusia sebagai khalifah di muka bumi, yakni memiliki tanggung jawab mewakili Tuhan untuk memakmurkan kehidupan. Maka dengan kesalehan dan jiwa kekhalifahan, setiap muslim dimanapun dan diberi tanggung jawab apa pun senantiasa membawa kemaslahatan dan tidak menimbulkan kemudaratan.
"Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan sumber daya alam, konflik dan segala hal yang buruk dalam kehidupan bermula dari hawa nafsu yang tidak dikendalikan oleh agama yang hanif dan kesadaran manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Maka, ketika warga dan para pemimpin bangsa punya jiwa sebagai abdullah dan khalifatul fil ard, maka tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara akan senantiasa baik. Akan senantiasa menciptakan kemajuan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, dan segala hal yang positif di dalam kehidupan berbangsa dan negara," paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dasar negara dan konstitusi juga ditegakkan dengan baik sebab punya jiwa abdullah dan khalifatul fil ardh di dalamnya. Sebaliknya, kalau jiwa kekhalifahan luruh, luntur, dan erosi dari kehidupan, jiwa, dan alam pikiran kita, maka umat dan pemimpinannya akan bermasalah.
"Maka, saatnya Idul Fitri kita jadikan tonggak dan jalan baru untuk memulai menampilkan dan memerankan diri secara hakiki sebagai insan-insan bertakwa yang jiwanya senantiasa dekat dengan Allah SWT sebagai hamba Allah atau abdullah," jelas Haedar.
Terakhir, peran yang tidak bisa kita abaikan adalah menjadi khalifatul fil ardh yang senantiasa menebar kebaikan, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, dan hal-hal yang membawa kemaslahatan sehingga kehidupan akan menjadi lebih baik.
“Semoga idul fitri kita diterima Allah dan diberkahi,” tutupnya.
ADVERTISEMENT