Pesan Menag saat Tri Suci Waisak di Wihara Ekayana Arama

12 Mei 2025 17:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Nasaruddin Umar di Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, Senin (12/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Nasaruddin Umar di Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, Senin (12/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Semerbak aroma dupa dan gemuruh doa parrita mengiringi ribuan umat Buddha yang duduk memadati pelataran Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, Senin (12/5).
ADVERTISEMENT
Mereka menanti kehadiran sosok berkopiah hitam untuk hadir memberikan wejangan spiritual di hari suci Waisak. Sosok itu adalah Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Di hadapan para biksu, Nasaruddin mengisahkan tentang Siddharta Gautama, kontemplasi, dan pentingnya menyatu dengan nilai ajaran agama. Pidatonya selama 30 menit pun disambut hangat oleh umat Buddha.
Pagi ini, Waisak bukan hanya peringatan kelahiran dan pencerahan Sang Buddha, tapi juga selebrasi Bhinneka Tunggal Ika yang hidup di tengah keberagaman Indonesia.

Humanity Is Only One, There Is No Gods

Menteri Agama Nasaruddin Umar di Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, Senin (12/5/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Nasaruddin memberikan petuah panjang mengenai toleransi beragama. Nasaruddin mengajak seluruh umat, tidak hanya umat Buddha yang merayakan waisak untuk melihat sesama manusia sebagai satu keluarga besar tanpa dibatasi sekat-sekat agama, karena baginya nilai-nilai kemanusiaan jauh lebih penting daripada perbedaan konsep ketuhanan.
ADVERTISEMENT
Humanity is only one, there is no gods. Kemanusiaan itu satu, tidak ada bedanya. Maka itu, sama dengan Islam juga dengan agama lain, siapa pun merasa anak cucu Adam, apa pun agamanya, etniknya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, itu satu, kita,” kalimat ini menyentuh umat yang hadir, riuh tepuk tangan pun terdengar.
Tanpa menghakimi pihak mana pun, ia menekankan kesamaan ajaran Islam dan Buddha yang sama-sama menolak kebencian. Ia menyinggung bagaimana perbedaan harus disyukuri.
“Jangan memaksakan perbedaan kalau memang sesuatu itu sama, tapi juga jangan memaksakan persamaan kalau itu memang berbeda. Toleransi itu bukan memaksakan yang berbeda menjadi sama, atau yang sama menjadi berbeda,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Ia kemudian memperkenalkan inisiatif kurikulum cinta yang sedang diramu oleh Kementerian Agama. Kurikulum ini mengedepankan pendekatan pendidikan agama yang menjadikan welas asih sebagai inti ajaran.
ADVERTISEMENT
“Adakah agama menganjurkan kebencian?” tanyanya.
“Kalau ada orang mengajarkan kebencian, 'hei, itu najis'. Itu bukan mengajarkan agama,” katanya.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Yolanda (27) mendalami petuah Nasaruddin bahwa di atas keberagaman, ada satu yang pasti, bahwa kemanusiaan adalah satu dan menjadi ruang temu lintas iman.
Bagi Yolanda, wejangan Nasaruddin itu tidak sekadar bentuk toleransi, tapi sebuah penegasan bahwa nilai-nilai universal seperti welas asih dan kasih sayang hidup dalam setiap ajaran, dan perlu dihidupi bersama tanpa saling menghakimi dan mengedepankan perbedaan.
“Dalam agama Buddha, diajarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Biasanya setiap kali umat Buddha menutup rangkaian doa selalu menyebut kalimat ‘Sabbe satta bhavantu sukhitatta’ yang artinya semoga semua makhluk berbahagia,” kata Yolanda.
Yolanda pun menyoroti petuah Nasaruddin dengan kenyataan dunia saat ini, antara negara berkonflik memperebutkan kuasa dan lahan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu dunia sekarang tertuju terhadap tragedi Palestina dan Israel, tak hanya menjadi sorotan umat muslim saja pun bagi kami umat Buddha,” kata Yolanda.
“Kami ingin adanya perdamaian antara sesama makhluk, saling mengembangkan metta (cinta kasih) dan karuna (belas kasih) agar sesama makhluk dunia bisa saling merangkul. Apalagi di Indonesia sendiri yang agamanya sukunya beragam, penting untuk saling menghargai satu sama lain,” sambungnya.
Bagi Yolanda kesamaan ajaran ini menunjukkan bahwa seluruh agama di dunia mengajarkan satu hal: kedamaian dan kemanusiaan.
Sehingga baginya, tak penting siapa yang berhak memberikan wejangan waisak di hari suci ini, baginya momen seorang muslim, iman masjid terbesar di Asia Tenggara memberikan wejangan waisak adalah keindahan toleransi yang tak ternilai harganya.
ADVERTISEMENT
“Pesan yang disampaikan menag memiliki makna mendalam. Semua agama pasti mengajarkan kedamaian dan saling rukun,” tuturnya.