Pesan Paus pada Myanmar: Bersatulah dalam Perbedaan

28 November 2017 15:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Francis tiba di Myanmar (Foto: Reuters/Max Rossi)
zoom-in-whitePerbesar
Paus Francis tiba di Myanmar (Foto: Reuters/Max Rossi)
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus bertemu sejumlah pemimpin agama di Myanmar. Pertemuan dilakukan saat pria asal Argentina melakukan lawatan resmi ke negara yang sedang menghadapi krisis kemanusiaan Rohingya.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan resmi Vatikan, Paus melakukan pertemuan selama 40 menit di Yangon dengan pemimpin agama Buddha, Hindu, Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Pertemuan dipakai untuk menyampaikan pesan persatuan di antara perbedaan di tengah ketegangan keamanan yang melanda Myanmar dalam beberapa waktu belakangan.
"Persatuan adalah produk dari perbedaan," sebut Paus di Yangon, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/11).
"Setiap orang punya nilai, mereka kaya sama seperti juga perbedaan yang ada, setiap agama punya kekayaan sendiri, tradisi sendiri, dan kekayaan tersebut adalah untuk dibagi. Dan, hanya bisa terwujud jika kita hidup damai, kedamaian dibangun dari paduan perbedaan," tambah dia.
Seorang tokoh Muslim ternama Myanmar Aye Lwin, mengatakan pertemuan itu dipakainya untuk menyampaikan pesan penting pada Paus.
ADVERTISEMENT
"Saya meminta beliau, untuk memberi tahu pemimpin politik segera menyelamatkan agama dari orang-orang yang ingin membajaknya untuk tujuan pribadi," papar Lwin.
Sebelum bertemu pemimpin lintas agama, Paus bertemu dengan Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing.
Paus Fransiskus Mengunjungi Myanmar. (Foto: AFP/Ye Aung Thu)
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus Mengunjungi Myanmar. (Foto: AFP/Ye Aung Thu)
Pada kesempatan tersebut, Aung Hlaing menyatakan negaranya tidak pernah melakukan diskriminasi terhadap satu kelompok agama tertentu.
Sebelum tiba, Paus didesak Gereja Katolik Myanmar untuk menghindari penggunaan kata "Rohingya". Mereka beralasan, kata tersebut, sangat sensifif bagi pemerintah, masyarakat, dan militer.
Dalam satu kesempatan, Paus pernah menggunakan kata Rohingya dalam doanya. Dia mengaku begitu sedih mendengar kelompok Rohingya mendapat penyiksaan. Pria asal Argentina itu mengharapkan di masa mendatang kelompok Rohinngya bisa menikmati hak-haknya sebagai warga negara.