Pesawat N250, N212i, dan CN235 Rancangan Habibie di Hanggar PT DI

12 September 2019 17:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat N250 Gatotkoco rancangan Habibie yang masih tersimpan di PT Dirgantara Indonesia (DI) Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat N250 Gatotkoco rancangan Habibie yang masih tersimpan di PT Dirgantara Indonesia (DI) Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Pesawat buatan Indonesia N250 yang diberi nama, Gatotkoco. masih tersimpan dan terawat dengan baik di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI). Pesawat tersebut berasal dari ide yang dicetuskan oleh BJ Habibie.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Perusahaan PT. Dirgantara Indonesia Irlan Budiman menjelaskan, N250 terdiri dari dua unit. Satu bernama Gatotkoco dan satunya lagi bernama Krincing Wesi. Nama tersebut merupakan pemberian dari Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Irlan menyebut dalam waktu dekat Gatot Kaca yang memiliki nilai sejarah itu akan dipindah ke Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Nantinya, di sana masyarakat dapat melihat secara langsung karya Habibie serta mempelajari nilai historis dari pesawat itu.
Pesawat N250 Gatotkaca rancangan Habibie yang masih tersimpan di PT Dirgantara Indonesia (DI) Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Adapun proses pengiriman N250 ke Yogyakarta akan dilakukan melalui jalur darat. Mulanya, bagian sayap akan dilepas. Sementara bagian body pesawat diangkut menggunakan kontainer.
"Kita jadikan bagian dari sejarah dari masyarakat. Biar mereka tahu karena memang saat ini, di sini juga ini kan jadi internal. Jadi nanti mereka (masyarakat) bisa manfaatkan untuk disampaikan ada karya anak bangsa, karya Pak Habibie," kata dia, Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
Irlan menambahkan, proses pengerjaan N250 dimulai sekitar tahun 1986. Pesawat itu terbang perdana tahun 1995. Dalam prosesnya, pesawat tersebut melibatkan ribuan karyawan dan teknisi dari IPTN sekarang berubah nama menjadi PT DI, yang pernah mengenyam pendidikan di Jerman.
Namun demikian, Irlan menyebut, program pendanaan N250 yang pernah terbang ke Paris itu mesti terhenti ketika Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1998. Menurut dia, ada beberapa negara yang iri atas kemajuan teknologi di Indonesia.
"Ada beberapa negara yang ketakutan bisa menyaingi. Pada akhirnya tahun 1998 krisis moneter, kemudian ada bantuan dari IMF, bagaimana cara mematikan N250 ini disetop pendanaannya. Disetop pendanaan N250, maka selesai. Program N250 dihentikan," jelas dia.
Irlan menegaskan, N250 tidak rusak. Namun, karena usianya sudah senja perlu dilakukan perbaikan yang membutuhkan biaya yang besar. Pesawat tersebut mesti dikalibrasi dan diperbaiki sistemnya. Dikarenakan biayanya besar, PT DI memilih untuk membuat pesawat baru dan diberi nama N219.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kita meneruskan cita-cita Pak Habibie dengan membuat pesawat N219," ucap dia.
Irlan mengatakan, N219 merupakan hasil riset yang dilakukan sejak tahun 2007. Riset yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi wilayah di Indonesia khususnya daerah 3T. Daerah 3T adalah akronim dari daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia. Diharapkan, pesawat tersebut dapat landing dan take off di jalan yang tidak beraspal sekalipun.
"Riset kami di Indonesia yang paling cocok itu seperti apa, untuk N219 penumpang, bisa take off dan landing tidak harus di landasan yang beraspal," kata dia.
Kini, menurut Irlan, pesawat N219 sedang disertifikasi. Jika sertifikasi terpenuhi, pesawat tersebut akan diproduksi mulai tahun depan. Dia menegaskan, pesawat itu dibuat dilandaskan pada semangat Habibie.
ADVERTISEMENT
"N219 meneruskan semangat Pak Habibie di mana Indonesia harus mampu membuat pesawat terbang. Spiritnya meneruskan cita-cita Pak Habibie," kata dia.
Di lokasi yang sama, Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT DI Adi Prastowo menyebut perusahaannya pada bulan Oktober mengirimkan dua unit pesawat bernama N212i ke Kementerian Pertanian Thailand. Pesawat tersebut akan digunakan untuk membuat hujan buatan.
"Ini pesawat N212i pesawat Kementerian Pertanian Thailand. Ada dua unit yang akan dikirimkan, tapi sekarang belum dikirimkan," ucap dia.
Pesawat N212i di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI) yang akan dieskspor ke Thailand. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Pesawat lainnya yang akan diekspor adalah CN235 ke Nepal. Adi menyebut, pesawat yang didominasi warna hijau tua itu akan digunakan sebagai pesawat militer.
Menurut Adi, dua pesawat tersebut memang cocok digunakan untuk kepentingan militer karena memiliki pintu belakang yang bisa digunakan menurunkan barang ataupun para penerjun.
Pesawat CN235 yang terparkir di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
"N212i dan CN235 itu memiliki ramp door atau pintu belakang yang bisa terbuka untuk menurunkan barang atau orang yang terjun sehingga diminati oleh militer," kata dia.
ADVERTISEMENT