Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Nama masoya sudah dibisikkan oleh Gubernur Maluku Said Assagaff dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen Doni Monardo ke telinga Presiden Jokowi. Kini, masoya menjadi pesona baru.
ADVERTISEMENT
"Lho kok saya tidak jadi diperlihatkan pohon langka?" kata Presiden Jokowi kepada Said Assagaff dan Doni Monardo di tangga pesawat kepresidenan 27 Februari lalu. Saat itu Jokowi akan meninggalkan Ambon setelah menghadiri Tanwir Muhammadiyah menuju Bali.
Jokowi terburu-buru karena mengejar sebuah acara yang sudah diagendakan sebelumnya di Pulau Dewata. "Saya sudah siapkan pohonnya, Pak. Ada di dekat sini. Tapi Bapak kan sudah nggak ada waktu lagi," jawab Said.
Padahal, kata Said, pohon masoya yang dimaksud Jokowi sudah disiapkan di lokasi yang hanya beberapa meter saja dari pesawat. Akhirnya Jokowi belum sempat melihat pohon yang akan jadi pesona baru ini.
Pohon masoya sudah dibisikkan Said Assagaff dan Doni Monardo ke Jokowi saat Hari Pers Nasional 9 Februari lalu. Adalah Doni yang punya inisiatif memunculkan pohon masoya ini.
ADVERTISEMENT
"Ada yang cerita ke saya soal pohon masoya ini. Ini pohon langka, yang ekstraknya sangat mahal. Tapi sekarang pohon ini sudah hampir punah. Saya sudah minta anggota cari di hutan sampai ketemu," kata Doni bercerita.
Salah satu manfaat pohon masoya adalah untuk bahan pembuatan parfum. Bahkan, Hermes memproduksi parfum beraroma masoya ini. "Parfumnya berharga mahal, sekitar Rp 2,5 juta," ujar Doni.
Doni menceritakan soal parfum masoya ini kepada Said. Tanpa lama-lama Said kemudian mencari parfum Hermes itu di Pacific Place saat tugas ke Jakarta sebagai 'barang bukti'.
"Saya cari itu parfum ke Hermes Pacific Place. Saya tanya ada parfum masoya kepada pelayan. Dan pelayan jawab ada. Tapi parfum masoya tidak ditaruh di displai. Ternyata harganya Rp 2,5 juta," kata Said saat meresmikan program pembibitan dalam rangka Pencanangan Program Emas Hijau dan Emas Biru di markas Batalion 731 Kabaresi di Pulau Seram, Masohi, Maluku, Kamis (9/3).
ADVERTISEMENT
Said kemudian membawa parfum masoya itu ke Maluku dan diberikan kepada Doni Monardo. Parfum ini pun dibawa Doni ke acara ini dan diperlihatkan kepada para bupati dan walikota se-Maluku dan Maluku Utara, serta para undangan yang hadir.
"Ini parfum masoya yang dibeli Pak Gubernur dan dihadiahkan ke saya. Silakan masing-masing mencoba parfum ini dan cium bau harumnya. Oleskan ke baju," pinta Doni. Lantas parfum Hermes itu pun berpindah-pindah ke tangan para undangan.
"Baunya khas banget, sangat harum," tutur undangan.
Ekstrak mentah masoya, kata Doni, bisa berharga sangat mahal. "Harga sebotol kecil ini bisa sampai Rp 2,4 juta," jelas Doni sambil memperlihatkan ekstrak itu. Bahkan, bila kualitasnya sangat bagus, bisa dihargai Rp 9 juta. Ekstrak masoya diambil dari kulit pohon atau daun. Namun, kadar di kulit pohon jauh lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Saat pencanangan pembibitan di Markas Batalion 731 Kabaresi, bibit pohon masoya dipamerkan. Pohon ini memiliki daun yang lebar. Apabila daunnya dipetik dan diremas-remas, bau khas memang sangat menyengat. Baunya sulit dihapus. Meski tangan dicuci, bau khasnya tetap bertahan.
Baik Said maupun Doni sepakat pohon masoya ini harus diselamatkan dan dibudidayakan. Karena itu pohon masoya menjadi salah satu pohon yang diprioritaskan untuk dibibitkan. "Jangan-jangan nama Kota Masohi ini berasal dari pohon masoya ini. Sebab, saat saya ke Papua, orang di sana menyebut pohon ini dengan nama masohi," kisah Doni.
Pohon masoya ini termasuk salah satu tanaman keras yang akan dibibitkan di lahan milik Batalion 731 yang memiliki luas 47 hektare ini. Selain masoya, akan dibibitkan juga pohon eboni, ulin, dan lain-lain. Juga akan dibibitkan tanaman buah dari banyak jenis.
ADVERTISEMENT
Pembibitan tanaman ini bagian dari program Emas Hijau yang digagas Doni Monardo sebagai upaya pelestarian lingkungan dan nilai tambah manfaat. Doni juga menggagas program Emas Biru sebagai pelestarian biota laut dan juga penambah nilai manfaat. Salah satu yang dilakukan adalah pembuatan keramba sebagai salah satu upaya untuk sumber pendapatan masyarakat dan penyediaan ikan di Maluku.