Pesta Kembang Api: Hiburan bagi Manusia, Ancaman bagi Lingkungan

31 Desember 2017 18:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kembang api pada malam tahun baru di Australia (Foto: Reuters/David Gray)
zoom-in-whitePerbesar
Kembang api pada malam tahun baru di Australia (Foto: Reuters/David Gray)
ADVERTISEMENT
Setiap tahun baru, kota-kota di berbagai penjuru dunia akan mengadakan pesta kembang api untuk menyambut datangnya tahun baru. Dalam beberapa menit di awal tahun, orang-orang akan dimanjakan dengan indahnya bunga-bunga cahaya berlatarkan gelap langit malam.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, euforia sesaat tersebut hanya dapat dinikmati oleh manusia. Bumi sendiri --dengan segala macam penghuninya termasuk hewan dan tumbuhan-- tidak terlalu menyambut baik perayaan tahunan yang melibatkan bubuk mesiu dan logam berat.
Mengutip ThoughtCo, berdasarkan penelitian yang dilakukan di 300 tempat di seluruh Amerika Serikat, persentase partikel polutan meningkat tajam sebanyak 42 persen setiap perayaan 4th of July atau hari kemerdekaan AS. Hari tersebut identik dengan pesta kembang api yang memang menjadi inti perayaan.
Bersdasarkan sebuah ulasan di National Geographic, The American Pyrotechnics Asociation mencatat ada 14 ribu kembang api yang dinyalakan di seluruh Amerika Serikat pada malam perayaan 4th of July saja. Bayangkan perayaan malam tahun baru yang dirayakan di seluruh dunia, berapa banyak kembang api yang menyala dan seberapa besar dampaknya terhadap lingkungan?
Perayaan Tahun Baru di Depok. (Foto: Marcia Audita)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Tahun Baru di Depok. (Foto: Marcia Audita)
Mengutip Newsweek, menurut David E. Chavez, seorang ilmuwan kimia dari Los Alamos National Laboratory, perchlorate dan beberapa zat pewarna lain dalam kembang api adalah zat beracun. Dari situ, menyalakan kembang api menjadi sama saja melepaskan racun ke lingkungan.
ADVERTISEMENT
Layaknya racun pada umumnya, zat tersebut berbahaya juga bagi manusia. Sisa pembakaran perchlorate bisa mendampak manusia saat kembang api meluncur ke udara sebelum akhirnya meledak dan jatuh ke tanah.
Apabila terhirup manusia, perchlorate akan terserap oleh kelenjar tiroid. Zat tersebut kemudian akan memengaruhi produksi hormon tiroid, yang sangat berpengaruh dalam mengatur metabolisme tubuh dan perkembangan mental. Lebih jauh, perchlorate bahkan dapat membahayakan kesehatan janin.
Selain pencemaran udara, perchlorate juga dapat mencemari air. Masih mengutip Newsweek, sebuah penelitian yang dilakukan pada 2009 lalu menunjukan bahwa konsentrasi perchlorate di sebuah danau di Ada, Oklahoma, AS, meningkat 1.000 kali lipat setelah pesta kembang api. Itu jauh melebihi batas aman kandungan partikel berat untuk sumber air minum. Butuh waktu 20 sampai 80 tahun untuk kembali memurnikan suatu sumber air.
Ilustrasi kembang api (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kembang api (Foto: Wikimedia Commons)
Selain perchlorate, logam berat yang digunakan untuk mewarnai kembang api seperti barium juga memberi dampak buruk bagi lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Zat-zat tersebut dapat menguap dan terhirup, atau terserap ke tanah atau air," ujar Chavez. Kalau terhirup, barium dapat menyebabkan masalah pernapasan. Seperti dilansir Newsweek, menurut penelitian lain, kandungan barium di udara meningkat 1.000 kali lipat setelah sebuah festival kembang api di India.
Mengutip ThoughtCo, The Ecologist, majalah dan jurnal lingkungan berpengaruh dari Inggris, menyatakan pada perayaan milenium tahun 2000 silam, pesta kembang api sampai menyebabkan polusi lingkungan dalam lingkup global. Sisa kembang api saat itu memenuhi langit daerah padat populasi dengan arsenik dan zat penyebab kanker lainnya.
Di lain sisi, kembang api juga berbahaya bagi binatang, secara khusus burung, yang menghabiskan sebagian besar waktunya di udara.
Di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat, ribuan burung hitam tiba-tiba jatuh dari langit. Burung-burung tersebut jatuh di atap, jalanan, dan halaman rumah. Seperti dilansir New York Times, matinya burung-burung itu sampai meresahkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Karen Rowe, koordinator konservasi burung di Arkansas mengatakan bahwa penyebab burung-burung tersebut mati adalah pesta kembang api tahun baru. Mengapa bisa seperti itu?
Malam tahun baru di Prambanan (Foto: AFP/Suryo Wibowo)
zoom-in-whitePerbesar
Malam tahun baru di Prambanan (Foto: AFP/Suryo Wibowo)
Dari olah laboraturium, tidak ada tanda-tanda burung-burung tersebut mati karena penyakit. Malahan, penelitian di laborat menyatakan mereka mati karena trauma fisik yang akut --yang menurut Karen disebabkan oleh pesta kembang api.
Karen berargumen, kembang api menyebabkan burung ketakutan. Waktu malam semestinya menjadi waktu istirahat bagi para burung, namun dengan adanya pesta kembang api, mereka takut dan harus kabur dari sarangnya.
Menurut Karen, burung yang panik tidak dapat terbang dengan benar, dan karena adanya kembang api di udara, mereka terbang rendah. Akhirnya, burung-burung tersebut menabrak cerobong, rumah, dan pohon, lalu mati karena cidera.
ADVERTISEMENT
Belum cukup banyak penelitian lebih lanjut mengenai dampak kembang api terhadap hewan. Namun melihat kasus burung hitam yang berjatuhan dari langit Beebe, Arkansas, diperlukan pertimbangan yang lebih matang terkait kondisi lingkungan sebelum kita berfoya-foya menggelar pesta kembang api.
Kembang api memang indah dan memukau. Namun apakah keindahan itu setimpal dengan dampaknya terhadap lingkungan?
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!