Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, gerah dengan respons pemerintah yang tertutup soal sebaran data positif corona di Indonesia. Padahal, kasusnya melonjak dari semula 34 menjadi 69 kasus hari ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu sebab kasus melonjak menurut Anies, karena terlambat menelusuri kasus, lantaran data pasien yang positif dirahasiakan lokasi asalnya. Padahal, jika diketahui bisa dicari riwayat interaksinya sehingga yang kontak dekat bisa diperiksa segera.
"Jaksel adalah termasuk yang awal (ada kasus) di situ. Beberapa kegiatan ada di situ, mungkin rapat atau makannya di situ, maka potensi penularannya di situ," ucap Anies di Balai Kota, Jakarta, Jumat (13/3).
Anies lalu menunjukkan slide yang menampilkan sebaran kasus positif corona di Jakarta. Lebih tepatnya, domisili pasien sebelum dia dirawat di rumah sakit.
Dalam slide tersebut, kecamatan yang ada kasus positif corona ditandai dengan warna merah (POSITIF COVID-19). Sementara yang diduga namun belum ada hasil lab ditandai dengan warna kuning (MENUNGGU HASIL). Satu lagi warna ungu (RS-COV) adalah tempat rumah sakit rujukan corona RS rujukan corona.
ADVERTISEMENT
Berikut 17 sebaran lokasi yang diketahui dari peta yang diungkap Anies:
Penjaringan (1), Cengkareng (2), Kelapa Gading (2), Tanjung Priok (2), Kebon Jeruk (1), Kebayoran Lama (2), Kebayoran Baru (1), Pancoran (1), Mampang Prapatan (2), Cilandak (1), Kramat Jati (1) Kembangan (1).
"Sekarang yang kita kerjakan adalah sesegera mungkin mendapat info tentang orang-orang yang positif sehingga tidak mencapai angka yang tadi disebutkan. Itulah kenapa kita harus gerak sangat cepat," kata Anies.
Anies menyebut, dari statistik yang ada, penularan tercepat adalah lewat kontak langsung. Karena itu, jika terjadi di satu daerah ada positif corona, maka orang-orang di wilayah itu berpotensi terjadi penularan.
"Itulah penting bagi kita untuk tahu siapa dan di mana. Jadi bisa tracing," kata mantan Mendikbud itu.
ADVERTISEMENT