Petani Gaspol Tanam Kedelai Lokal Asal Ada Jaminan Harga dan Pasar

28 Februari 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para penangkar benih di Jawa Tengah dan Jawa Timur optimis bisa penuhi produksi kedelai lokal. Foto: Kementan RI
zoom-in-whitePerbesar
Para penangkar benih di Jawa Tengah dan Jawa Timur optimis bisa penuhi produksi kedelai lokal. Foto: Kementan RI
ADVERTISEMENT
Harga jual dan jaminan pasar kedelai lokal sangat diharapkan oleh para petani. Pasalnya, selama ini mereka lebih tertarik menanam komoditas lain karena lebih menguntungkan. Hal ini menyebabkan produksi kedelai lokal setiap tahun mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal Tjipto Wahjono menilai hal tersebut menjadi 'PR' bersama.
"Petani akan kembali bergairah kalau ada jaminan harga dan pasar. Persoalan Ini tentu bukan hanya urusan Kementan tapi juga Kementerian Perdagangan. Yah, kalau di kabupaten berarti Dinas Perdagangan dan Perindustrian," kata Tjipto saat meninjau Desa Kaliyoso, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Sabtu (25/2).
Para penangkar benih di Jawa Tengah dan Jawa Timur optimis bisa penuhi produksi kedelai lokal. Foto: Kementan RI
Intinya, lanjut Tjipto, persoalan ini adalah tanggung jawab bersama, bagaimana agar harga jual kedelai tidak di bawah biaya pokok produksi (BPP), terutama kedelai konsumsi.
"Memang, harga jual kedelai untuk benih selama ini sudah di atas BPP namun jumlahnya kan terbatas. Selisih harganya antara kedelai konsumsi dan benih sebesar Rp 2.000," kata Tjipto.
Menurutnya, harga ideal kedelai konsumsi minimal Rp 8.500 atau Rp 8.000. Ia mencontohkan seperti pada 2022, harga kedelai sangat menarik bagi petani, mencapai Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Di Jawa Tengah, selain Kabupaten Grobogan, produksi kedelai Kendal selama ini peruntukannya juga sama, sebagian besar untuk benih. Sentra kedelai Kendal ada di Kecamatan Kangkung, Patean, Gemuh, dan Ringinarum.
Darmawan (37 tahun), petani kedelai Desa Kaliyoso, mengungkapkan varietas yang banyak ditanam di Kecamatan Kangkung adalah varietas Grobogan.
"Kami sudah kerja sama dengan penangkar benih karena memang hampir 90 persen hasil panen kedelai di Kecamatan Kangkung untuk kepentingan perbenihan," ungkap Wawan, biasa ia dipanggil.
Tanaman kedelai di Kabupaten Grobogan. Foto: Dok. Kementan
Varietas Grobogan dipilih menurutnya, karena umur pendek, memiliki biji besar sehingga tonase panen akan lebih banyak. Pengakuannya, hasil panen rata-rata di atas 2 ton per hektar bahkan ada yang, 2,2 ton. Hanya saja, lanjutnya, faktor cuaca sangat berpengaruh.
ADVERTISEMENT
"Kendalanya cuaca, kalau pas tanam langsung kena hujan, daya tumbuh dijamin tidak 100 persen. Yang lainnya kalau pas panen, kalau tidak tanam serempak, yang panen terakhir biasanya kena hama," imbuhnya.
Sementara itu, peneliti ahli utama Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balitbang Kementan, M Muchlish Adie, mengungkapkan Kementan menyiapkan benih kedelai sumber yang sudah adaptif terhadap berbagai kondisi agroklimat di lingkungan tropis.
"Benih sumber hasil penelitian Balitbangtan memiliki keunggulan yang sangat luar biasa dan mampu menghasilkan produk di atas rata-rata. Secara hitung-hitungan, satu ton benih sumber kedelai untuk 20 hektar, atau per hektarenya membutuhkan 50 kg," jelasnya.
Tanaman kedelai. Foto: Dok. Kementan
Tjipto Wahjono menambahkan, potensi pasar kedelai sebetulnya sangat terbuka karena produksi dalam negeri baru mencukupi dari total kebutuhan nasional.
ADVERTISEMENT
"Ini potensi yang luar biasa. Tapi memang masalah harga perlu ada upaya dan segera harus ada jalan keluarnya," tutupnya.