Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Petani Minta Pemerintah Naikkan Harga Eceran Gula Jadi Rp 14.000/Kg
28 Agustus 2017 13:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Sebanyak 5.000 petani tebu dari berbagai daerah, Senin (28/8) melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta. Mereka menuntut pemerintah agar menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula konsumsi di tingkat konsumen sebesar Rp 14.000/ kg. HET yang dipatok Kementerian Perdagangan sebesar Rp 12.500/kg dianggap petani terlalu rendah.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen, mengatakan meski ada kenaikan HET hingga Rp 14.000/kg, tak akan memberatkan konsumen. Lantaran konsumsi gula tak sebesar kebutuhan bahan pangan lainnya.
"Katakanlah satu keluarga 5 orang, itu beli gula satu bulan paling habis 4 kg. Kalau harga gula naik Rp 2.000/kg, satu keluarga sebulan hanya keluar tambahan Rp 8.000. Kecil sekali pengeluaran segitu sebulan dibandingkan dengan bayar parkir. Padahal itu sangat membantu petani. Harga gula dua tahun lalu Rp 18.000/kg juga tidak ada yang komplain karena masih wajar. Tapi cabai naik semua komplain," ujar Soemitro, di Simpang Monas Barat Laut, Gambir, Jakarta, Senin (28/8).
Lebih lanjut, Soemitro menjelaskan saat ini harga gula dalam lelang dipatok Rp 9.700/kg. Harga tersebut menurutnya sangat rendah dari biaya pokok produksi (BPP) yang dikeluarkan petani yaitu berkisar Rp 10.600/kg.
ADVERTISEMENT
"Kita ingin harga beli gula di petani itu jangan Rp 9.700/kg, itu rugi kita, di bawah biaya produksi Rp 10.600/kg. Idealnya petani tidak rugi Rp 11.000/kg. Silakan pemerintah mau jual sesuai HET Rp 12.500, kan masih ada margin Rp 1.500/kg," imbuh Soemitro.
Menurut Soemitro, akibat kondisi harga yang rendah ini, menyebabkan petani merugi. Kondisi ini diperparah dengan masih banyaknya rembesan gula rafinasi impor di pasaran, yang menyebabkan harga gula produksi petani semakin tertekan.
"Gula kita sampai sekarang enggak laku. Itu gula yang keluar dari pabrik gula dari Juni, sudah 2 bulan belum laku, karena cuma ditawar Rp 9.700/kg. Rafinasi di pasaran banyak sekali, kalau itu dibiarkan petani tebu enggan tanam lagi, jangka panjangnya akan semakin tergantung impor," keluh Soemitro.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi para petani tebu akan berunjuk rasa di tiga lokasi, di mulai dari Istana Negara, Kementerian Perdagangan, hingga Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebanyak 5.000 petani tebu tersebut berasal dari berbagai daerah mulai dari Jawa Barat, Jawa tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, hingga Sulawesi Selatan.