Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
ADVERTISEMENT

"Agus Sylvi siapa yang punya.. Agus Sylvi siapa yang punya.. yang punya kita semua.." nyayi sekelompok warga menyambut Agus di Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
Tak hanya suara para pendukung yang menyanyikan yel yel, sepasang ondel-ondel turut meramaikan dengan berlenggak-lenggok di barisan depan menyambut calon gubernur nomor urut satu itu.

Lalu di belakangnya, sekelompok ibu-ibu berkaos bergambar wajah Agus-Sylvi heboh memainkan kesenian marawis, menuntun rombongan Agus menuju lapangan tempat berorasi.

Gerilya --sebutan kampanye untuk tim Agus-Sylvi-- semacam itu sudah menjadi pemandangan rutin. Mungkin sambutan kampanye untuk Agus paling meriah dibanding cagub lain. Segala macam kesenian dan atraksi ditampilkan demi menyambut Agus.

Kelompok marawis ibu-ibu mungkin sudah menjadi hiburan wajib setiap kali Agus gerilya. Biasanya mereka mengenakan seragam berwarna cerah, berjalan rapi di barisan terdepan sambil memukul rebana dan bernyanyi.
Selain marawis, ada pula hiburan serupa yang menjadi ucapan selamat datang calon gubernur nomor urut satu ini: Rebana. Perbedaannya mungkin hanya di gender pemainnya dan sound system yang digunakan.
ADVERTISEMENT

Sejauh pantauan kumparan selama mengikuti gerilya Agus, marawis yang hampir selalu disuguhkan, tidak pernah menggunakan pengeras suara.

Tidak hanya ondel-ondel, terkadang ada pula kesenian betawi lain untuk menyambut Agus: Palang pintu.

Dalam sejarahnya, sebenarnya upacara yang memiliki arti "menghalangi pintu" ini mengandung makna seorang pria sebelum meminang wanita harus bisa silat dan mengaji. Ya, upacara palang pintu memang bagian dari upacara pernikahan adat betawi.
"Dorr! Dor! Dor!"

Jangan terkejut jika melihat seorang pria yang mengenakan baju sadariah, celana komprang, peci merah sambil mengalungkan rentetan petasan dengan bunyi memekakkan menari di tengah kerumunan.
Petasan yang masuk Nusantara pada abad 19 oleh Cina ini memang erat hubungannya dengan masyarakat Betawi. Pada masanya, petasan digunakan warga Betawi untuk mengundang warga lain ketika ada hajatan.
ADVERTISEMENT

Tidak hanya kesenian khas Betawi atau Indonesia saja, beberapa kali ada barongsai, reog dan jathilan (kuda lumping) ikut memeriahkan gerilya lapangan yang dilakukan oleh Agus Yudhoyono.
Ingin sedikit modern? Tidak jarang di panggung utama yang biasanya disediakan untuk orasi, sudah menunggu biduan dangdut atau DJ yang siap mengajak warga bergoyang setelah Agus berorasi.

Kesemua atraksi setidaknya membuat suasana Pilgub menjadi meriah dan mengundang warga untuk menggunakan hak suara di TPS 15 Februari mendatang. Bagaimana menurutmu?