Petobo, Daerah di Palu yang Tenggelam Ditelan Lumpur

1 Oktober 2018 20:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelurahan Petobo, Palu (tanda merah). (Foto: Dok. Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Kelurahan Petobo, Palu (tanda merah). (Foto: Dok. Google Maps)
ADVERTISEMENT
Salah satu fenomena alam yang mencekam saat gempa mengguncang Sulawesi Tengah, terjadi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu. Di daerah ini, tanah bergetar hebat dan menjadi lumpur menelan rumah-rumah yang ada.
ADVERTISEMENT
Kepala Humas dan Pusat Data BNPB Sutopo Purwo Nugroho, menyebut fenomena itu sebagai likuifaksi yaitu proses pencairan tanah atau fenomena perilaku tanah yang kehilangan kekuatan akibat gucangan yang menyebabkan tanah menjadi cair.
Sutopo membagikan suasana saat pemukiman yang berada tak jauh dari Bandara Palu itu bergerak dan menjadi lumpur.
Catatan BNPB, ada setidaknya 744 rumah yang tenggelam akibat lumpur di Petobo. Saat gempa, tanah ini bergerak hebat menjadi lumpur dalam massa dan volume yang sangat besar akibat sedimen tanah di dalam tanah mencair.
"Ada lebih kurang 744 unit rumah yang tertimbun oleh material lumpur hitam," ucap Sutopo dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (1/10).
Jalan Dewi Sartika, Palu. (Foto: Dok. Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Dewi Sartika, Palu. (Foto: Dok. Google Maps)
Tak hanya di Petobo, fenomena likuifaksi atau lumpur yang melumat perumahan itu juga terjadi 3 daerah lain, yaitu di Jalan Dewi Sartika (Palu Selatan), Biromaru (Sigi), Desa Sidera (Sigi).
Ketinggalan lumpur yang menenggelamkan perumahan. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Ketinggalan lumpur yang menenggelamkan perumahan. (Foto: Dok. BNPB)
Tim SAR kesulitan mengevakuasi korban di Petobo karena sulitnya mengakses daerah tersebut dengan kendaraan berat. Evakuasi yang dilakukan masih terbatas secara menual.
ADVERTISEMENT
"Kalau rumah tertimbun atau korban tertimbun longsor masih relatif mudah, tetapi dalam kondisi yang ada di Balaroa ini cukup sulit dalam proses evakuasi," terang Sutopo.
Fenomena perumahan yang 'hilang' itu juga terjadi di Balaroa, Palu. Namun di lokasi ini bukan karena lumpur, tapi karena tanah bergerak naik turun hingga 5 meter. Pergerakan tanah membuat bangunan hancur tak tersisa.
Data BNPB mencatat hingga siang tadi ada 844 korban meningal akibat gempa dan tsunami. Sementara data Mabes Polri menyebut ada 1.203 korban meninggal. Jumlah ini kemungkinan bertambah karena daerah seperti Petobo dan Balaroa belum dievakuasi seluruhnya.