Petugas Medis di RS Jonggol Pakai Jas Hujan Kresek: Daripada Enggak Ada

25 Maret 2020 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tabung reaksi menunjukkan positif virus Corona. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tabung reaksi menunjukkan positif virus Corona. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Petugas medis yang menggunakan jas hujan saat berjuang melawan COVID-19 atau virus corona silih berganti menghiasi sosial media di Indonesia.
Terbaru, sebuah twit viral dari akun @tamitamee, bercerita soal ia dan teman-temannya yang harus mengenakan jas hujan kresek saat bertugas.
Tangkapan layar Twitter dokter Tami. Foto: Dok. Istimewa
Akun @tamitamee tersebut milik dokter Tami, petugas medis di rumah sakit Permata Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Dalam unggahannya itu, ia mencantumkan empat foto yang berisi para petugas medis di rumah sakitnya.
"RS Permata Jonggol saat ini menjadi RS Rujukan di Kab. Bogor, kasus suspect COVID-19 semakin meningkat, kami pun tetap melayani dengan alat pelindung diri (APD) seadanya," tulis dokter Tami dalam twitnya, Selasa (24/3).
Menurut dokter Tami, petugas medis di rumah sakit tempatnya berdinas menggunakan jas hujan kresek sebagai alat pelindung diri (APD) sejak Senin (23/3).
"Belum pernah kami pakai hazmat di sini. Sebelumnya APD kami hanya masker aja. Ya enggak apa-apa dapat jas hujan dari pada enggak ada sama sekali," ujar dokter Tami kepada kumparan, Rabu (25/3).
Menurut dokter Tami, jas hujan kresek yang digunakan para petugas medis itu hanya sekali pakai. Mereka menggunakan jas hujan kresek itu selama di rumah sakit.
"Iya betul berisik banget, gerak sedikit, (bunyi) kresek, gerak sedikit (bunyi) kresek. Ya mau gimana lagi," ujar dokter Tami.
Dokter Tami menambahkan, rumah sakitnya kesulitan mendapatkan APD. Selain soal kelangkaan, harga yang dipatok pasar juga sudah terlampau tinggi.
"Bukannya tidak berusaha untuk mencari APD yang sesuai standard tapi kami terkendala di jumlah barang di supplier dan juga harga yang sudah terlalu tinggi," ujar dokter Tami.