Viral Perawat Pakai Baju Hazmat, Celana Jas Hujan, Tak Sempat Minum dan Makan

24 Maret 2020 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Viral sebuah twit soal cerita seorang perawat di sebuah rumah sakit yang terpaksa mengenakan jas hujan saat menangani pasien COVID-19 atau virus corona.
ADVERTISEMENT
Cerita itu ditulis dan dibagikan di media sosial Twitter pada Kamis (19/3). Dalam unggahannya, dia bercerita harus berjuang selama lima jam memindahkan pasien dari ruang biasa ke ruang isolasi. Dengan menggunakan APD seadanya rasanya tidak nyaman, baju basah, dan kepala sakit karena rekatnya masker N95 yang dipakai.
Unggahan itu disukai lebih dari 50 ribu akun, diretwit lebih dari 17 ribu kali. Unggahan berserta gambar seorang perawat yang menggunakan jas hujan sebagai pengganti hazmat itu juga telah dikomentari lebih dari dua ribu kali. Kepada kumparan dia menceritakan pengalamannya.
"Kebetulan di rumah sakit saya belum tersedia hazmat jadi memakai APD untuk baju dan celana berupa jas hujan," kata perawat yang minta identitasnya dirahasiakan ini, sebut saja namanya Rini, bukan nama sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Rini saat ini bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Tangerang. Meski minim baju hazmat, dia bersyukur karena di rumah sakitnya masih tersedia masker N95.
Perempuan yang baru menjadi perawat sejak September 2019 itu bercerita, selama mengenakan baju hazmat, ia tak bisa makan dan salat.
"Jangan makan, minum saja tidak sempat. Di tambah kepala sakit akibat mengenakan masker N95 berjam-jam. Menjalankan salat 5 waktu terasa susah," katanya.
"Ingin buang air kecil harus melepaskan semua alat pelindung, baru kemudian memakai yang baru lagi dari awal, " tambahnya.
Sejauh ini, menurut dia, rumah sakitnya belum merawat pasien positif corona. Meski begitu, ada beberapa pasien dengan status dalam pengawasan.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat Rini khawatir, sebab fasilitas untuk tenaga medis dirasa masih kurang. Padahal mereka adalah garda terdepan dalam memerangi virus corona.
"Sangat dilema ketika ada ODP yang memeriksakan diri, otomatis jika mereka memiliki gejala, mereka harus dirawat dan naik tingkat menjadi Pasien dalam Pengawasan (PDP). Sedangkan ruang isolasi terbatas," katanya.