Pidato di Kongres AS, Netanyahu Dituding Pamerkan Kebohongan

26 Juli 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perwakilan AS Rashida Tlaib, Demokrat dari Michigan, melakukan protes dengan mengangkat poster "Penjahat Perang" selama pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pertemuan gabungan Kongres di US Capitol pada 24 Juli 2024, di Washington, DC. Foto:  SAUL LOEB/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perwakilan AS Rashida Tlaib, Demokrat dari Michigan, melakukan protes dengan mengangkat poster "Penjahat Perang" selama pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pertemuan gabungan Kongres di US Capitol pada 24 Juli 2024, di Washington, DC. Foto: SAUL LOEB/AFP
ADVERTISEMENT
Kelompok pro-Palestina menuding PM Benjamin Netanyahu memamerkan banyak kebohongan saat berpidato di hadapan Kongres AS di Washington DC pada Rabu (24/7) waktu setempat . Salah satu kebohongan itu adalah soal korban tewas di Rafah, Gaza, yang menurutnya “hampir tidak ada”.
ADVERTISEMENT
"Dalam pidato Netanyahu di hadapan Kongres, ia memamerkan banyak kebohongan. Salah satu kebohongannya adalah ketika Netanyahu bertanya kepada salah satu jenderalnya berapa banyak warga sipil yang telah dibunuh Israel, dan ia menjawab, 'hampir tidak ada'," ujar kelompok Palestinian Youth Movement.
Para pelayat berdoa sambil berdiri di samping jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar di Rafah (6/5/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS

Cek Fakta Media

Media CNN juga mewartakan bahwa pernyataan Netanyahu salah dengan melakukan cek fakta.
Dalam pidato di depan Kongres, Netanyahu mengatakan bahwa dalam kunjungannya baru-baru ini ke Rafah, ia bertanya kepada komandan militer Israel berapa banyak warga sipil yang tewas di Rafah, komandan tersebut menjawab, "hampir tidak ada, kecuali satu insiden di mana pecahan bom menghantam depot senjata Hamas dan secara tidak sengaja menewaskan dua lusin orang."
Pernyataan Netanyahu ini mendapat tepuk tangan bergemuruh dari anggota Kongres (anggota DPR dan Senat) yang melakukan joint session khusus mendengarkan pidato Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Cek fakta CNN menyimpulkan klaim Netanyahu salah, sebab beberapa serangan di Rafah telah mengakibatkan korban sipil.
Seorang warga memegang jenazah anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar di Rafah, di Jalur Gaza Selatan (6/5/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS
Menurut media AS ini, insiden yang dirujuk Netanyahu terjadi pada bulan Mei 2024 dan menewaskan sedikitnya 45 orang di sebuah kamp pengungsi Palestina.
Serangan udara tersebut melukai lebih dari 200 orang setelah kebakaran terjadi di kamp tersebut akibat serangan Israel. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza dan petugas medis Palestina.
Pelayat memegang jenazah anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar di Rafah, di Jalur Gaza Selatan (6/5/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS
Pada minggu yang sama dengan serangan tersebut, sedikitnya 29 warga Palestina tewas dalam dua serangan Israel terpisah di kamp pengungsian di Rafah, menurut pejabat Palestina dan PBB.
CNN telah melihat rekaman video langsung yang diambil oleh para penjaga di Rafah dan berbicara dengan beberapa pejabat kesehatan, pekerja kemanusiaan, dan saksi mata yang telah melaporkan kematian warga sipil akibat serangan militer Israel di kota selatan tersebut.
ADVERTISEMENT

Kebohongan Besar

ADVERTISEMENT
Cek fakta atas statement Netanyahu tentang korban di Rafah yang "hampir tidak ada" juga dilakukan kantor berita Turki, Anadolu.
Anadolu mengungkapkan, telah terjadi beberapa serangan Israel di Rafah yang mengakibatkan jatuhnya korban sipil, termasuk satu serangan yang membakar kamp tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi pada bulan Mei, menewaskan sedikitnya 46 orang. Netanyahu sendiri mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan "kecelakaan lalu lintas.
Kesedihan pelayat ketika jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel dibaringkan di rumah sakit Abu Yousef Al-Najjar di Rafah, Jalur Gaza, Minggu (18/2/2024). Foto: Mohammed Salem/Reuters
"Ratusan orang lainnya dirawat karena luka-luka yang mereka alami selama serangan tersebut, termasuk luka bakar yang mengerikan. Para ahli PBB sangat marah dengan serangan tersebut. Sebelumnya pada bulan Februari, sekitar empat serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 95 warga sipil. Sekitar setengah dari korban tersebut adalah anak-anak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Amnesty International menyebut serangan tersebut "melanggar hukum," dan mengatakan hal itu menambah bukti bahwa "pasukan Israel terus mengabaikan hukum humaniter internasional, melenyapkan seluruh keluarga dengan impunitas total," pungkasnya.
Pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di luar Hotel Watergate, tempat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginap, pada hari Netanyahu berpidato di pertemuan gabungan Kongres, di Washington, AS 24 Juli 2024. Foto: REUTERS/Seth Herald

Netanyahu Memuntahkan Kebohongan

Sedangkan Palestinian Youth Movement dalam pernyataannya mengutip sebuah makalah di The Lancet, jurnal medis terkemuka di dunia, yang banyak dinukil. Mereka membeberkan banyaknya korban jiwa atas serangan Israel.
“Para akademisi berusaha memperkirakan jumlah korban tewas sebenarnya di Gaza, yang secara luas diketahui oleh warga Palestina di Gaza jauh lebih besar daripada jumlah korban tewas resmi yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza. Kementerian, dengan hanya melaporkan kematian yang dapat diverifikasi dan dicatat, hanya memberi kita sebagian kecil dari jumlah total yang terbunuh sebagai akibat langsung dari pengepungan Israel dan kampanye pembomannya,” beber kelompok ini di akun medsosnya yang diikuti lebih 600 ribu follower.
ADVERTISEMENT
“Selama 9 bulan terakhir, lebih banyak warga Palestina telah tewas sebagai akibat langsung dari pemboman Israel di seluruh Gaza dan pengepungannya terhadap lebih dari 2 juta warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza,” lanjutnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berpidato di Kongres AS, Rabu (24/7/2024) Foto: AP
“Kematian akibat kelaparan, kekurangan gizi, penyakit, dan komplikasi akibat cedera yang diderita akibat pemboman tidak dihitung dalam jumlah korban resmi, misalnya, meskipun kematian tersebut merupakan akibat langsung dari pemboman atau pengepungan Israel di Gaza, atau keduanya."
"Secara total, jumlah korban tewas yang masuk akal yang diberikan oleh para cendekiawan tersebut berarti bahwa Israel telah membunuh 7,9% dari populasi Gaza-melalui kombinasi pemboman udara, kelaparan buatan manusia, penyiksaan berkepanjangan terhadap tahanan Palestina, dan penolakan pasokan medis penting ke sistem perawatan kesehatan Gaza yang kekurangan pasokan dan hampir tidak beroperasi."
ADVERTISEMENT