Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pidato Megawati di HUT ke-51 PDIP, Tak Ada Sebut dan Singgung Jokowi
10 Januari 2024 12:06 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah menyampaikan pidato dalam puncak HUT ke-51 PDIP hari ini, Rabu (10/1).
ADVERTISEMENT
Puncak HUT partai berlambang banteng moncong putih ini digelar secara sederhana di sekolah partai PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP absen karena melakukan kunjungan kenegaraan ke Filipina. Tak hanya itu, Jokowi juga tidak memberikan sambutan secara virtual maupun selamat.
Selama berpidato hampir selama satu jam, Megawati tidak ada menyebut atau menyinggung nama Jokowi. Padahal, dalam setiap pidato di acara HUT PDIP, Megawati selalu menyinggung Jokowi karena merupakan salah satu kader terbaik PDIP.
Hubungan PDIP, Megawati dan Jokowi belakangan merenggang di Pemilu 2024. Sebab Jokowi dinilai berubah dan berbeda arah dengan PDIP dan Megawati.
Sebagaimana dalam awal sambutannya, Megawati tidak ada menyinggung Jokowi. Ia justru menyoroti ketidakadilan hingga pengalaman PDIP ketika mendapat penindasan dan diskriminasi dari penguasa.
ADVERTISEMENT
"Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, Allah SWT, sehingga PDIP bisa memperingati ultah ke-51, jadi kalau dipikir cukup panjang dari 1973 ke sekarang, dari PDI ke PDIP," kata Megawati.
"Inilah perjalanan panjang kita, pasang naik dan pasang surut telah kita alami sebagai dinamika kehidupan partai. berbagai ujian sejarah telah menempa kita. Apa yang telah kita alami selama 32 tahun rezim otoriter orba misalnya, itu ketika PDI, adalah gemblengan nyata terhadap ideologi, keteguhan terhadap semangat juang, dan soliditas organisasi. Betapa hebatnya tekanan yang kita alami saat itu hingga melahirkan kultur perlawanan terhadap segala sesuatu yang berbau penindasan. Watak dan karakter inilah yang muncul spontan ketika kita melihat ketidakadilan, kemiskinan, dan diskriminasi," tutur Megawati.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini banyak menyoroti netralitas TNI-Polri dan ASN dalam pidatonya. Ia meminta agar aparat bersikap netral di Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
"Maka kepada TNI, Polri, dan aparatur sipil negara harus menjaga prinsip netralitas. Ya emangnya pelor mau ditembakin ke rakyat? Emangnya itu rakyat sopo? Apa iya gitu? Ya enggaklah," kata Megawati.
Hingga akhir pidatonya, Megawati sama sekali tidak menyinggung Jokowi. Ia justru mengingatkan tidak ada kekuasaan yang abadi. Ia juga menekankan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
"51 tahun kita bisa menjadi begini bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri, tapi karena rakyat yang mendukung kita," kata Megawati.