Pidato Megawati: Pernah Ditilang Polisi hingga Soroti IQ Anak RI Cuma 78

17 Februari 2023 7:38 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menjadi keynote speech di Seminar Nasional Pancasila bertajuk "Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana' di The Tribrata, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis (16/2).
ADVERTISEMENT
Dalam acara itu, turut hadir menteri Kabinet Indonesia Maju seperti MenPANRB Azwar Anas, Menteri PPPA Bintang Puspayoga, Mensos Tri Rismaharini, Menkes Budi Sadikin, juga ada Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit.
Kemudian turut hadir Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo, Kepala BPIP Yudian Wahyudi, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko hingga Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Megawati menyinggung banyak hal dalam acara itu. Mulai dari masalah stunting hingga internal TNI-Polri.
Berikut kumparan rangkum:
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri, MenpanRB Abdullah Azwar Anas dan Mensos Tri Rismaharini menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB

Singgung Pidato Presiden

Megawati Soekarnoputri menyinggung Presiden Jokowi terkait masalah pidato. Menurutnya, pidato merupakan hal yang melelahkan.
"Saya, kan, orang lapangan, kalau suruh pidato resmi menurut saya terus enggak da isi, wewewewe, loh bener loh. Dulu waktu (jadi) presiden, waktu wapres, terus ketemu kepala negara, saya ketawain Pak Jokowi, cape toh orasi? Ngomong formal?" kata Mega.
ADVERTISEMENT
"Iya ya, Bu, aku toh podo, Pak, sangat formal, nah kalau gini enak, biarin wae," sambungnya disambut tawa hadirin.
Lalu Mega juga menyebut TNI/Polri. Jadi pejabat di sana juga pasti orasinya panjang-panjang.
"Apalagi kalau di TNI/Polri. Eh, jangan salah saya pernah panglima tertinggi loh, kan enggak bisa duduk gini, ono toh mata aja enggak boleh lirik," katanya santai, lagi-lagi disambut tawa.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB

Megawati Ingatkan Wartawan

Megawati menyinggung para wartawan dalam paparannya. Ia mengingatkan masih banyak wartawan yang menyebarkan berita dengan seenaknya.
"Kalian (wartawan) awas, ini tahun politik, jangan seenak-enaknya. Ada kode etik jurnalistik. Tahu aturan itu?" kata Megawati.
Ketua Umum PDIP itu kemudian menjelaskan dari mana aturan kode etik jurnalistik berasal. Dia menjelaskan, aturan ini dibuat dari dasar negara Pancasila.
ADVERTISEMENT
"Tahu aturan itu berdasar dari mana? Itu dari Pancasila, untuk apa? Setiap orang, ini paling senang menyebutkannya, setiap warga negara itu punya hak yang sama di mata hukum, enggak tua, enggak muda, enggak miskin, enggak kaya, setiap warga negara, ingat loh ya," jelas Megawati.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini mengatakan, dia tidak terima jika ada seseorang dengan mudahnya dijelek-jelekkan di media tanpa ada klarifikasi.
Oleh sebab itu ia meminta kepada para jurnalis agar menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan kode etik jurnalistik.
"Saya enggak terima kalau seseorang langsung saja dijelekkan, kan sekarang modelnya gitu. Saya akan ngomong, ada aturan loh, ini adik-adik yang saya sayangi (wartawan). Kalian jangan loh coba, saya enggak mau," kata Megawati.
ADVERTISEMENT
"Karena apa? Tidak bisa begitu, kalau kita memang mau menerima Pancasila, setelah Pancasila, UU, setelah itu apa, sih? Secara faktual itu disebut para pendiri bangsa kita loh, ehh kalian kok enak-enak ini, enggaklah, itulah kenapa ada Bhinneka Tunggal Ika, kita beragam tapi satu jua, tujuannya apa, gotong royong," tutur Megawati.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB

Saya Ini Manusia Unik di Indonesia, Anak Bung Karno, Jadi Beda

Megawati dalam sambutannya mengatakan, dirinya selalu merasa bingung jika diminta menjadi pembicara dalam setiap kegiatan. Sebab, ia memiliki banyak kapasitas mulai dari Presiden, BPIP hingga BRIN.
"Tadinya ketika saya ditugasi Presiden seperti tadi disebutkan, saya kalau disuruh hadir dalam sebuah pertemuan itu saya jadi enggak tahu saya sebagai apa," kata Megawati di The Tribrata, Kebayoran, Jakarta Selatan.
"Karena disebutnya selalu Presiden ke-5, lalu saya diberi tahu tugas saya dari Presiden adalah Ketua Dewan Pengarah BPIP, lalu saya diberi tahu ditugasi sebagai Ketua Dewan pengarah BRIN," lanjut dia.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri dan MenpanRB Abdullah Azwar Anas menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB
Megawati kemudian menyebut kalau dirinya merupakan manusia paling unik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ketika saya ditugasi oleh Bapak Presiden supaya Anda semua tahu, mungkin belum seperti sekarang, sudah tatap muka, saya sering katakan pada diri saya, saya ini manusia unik di Indonesia, supaya semua tahu dulu sedikit sisi saya," ucap Megawati.
"Saya ini anak Bung Karno, jadi beda," lanjut Megawati disambut tepuk tangan para hadirin.
"Itu menurut saya seorang visioner dan beliau (Bung Karno) terkenal di seluruh dunia itu realitas negara monggo kalau ada yang enggak percaya," ucap Megawati.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri, MenpanRB Abdullah Azwar Anas dan Mensos Tri Rismaharini menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB

Cerita Megawati di Depan Kapolri: Saya Pernah Ditahan dan Ditilang Polisi

ADVERTISEMENT
Megawati Soekarnoputri menceritakan pernah ditahan dan ditilang oleh polisi. Hal itu disampaikan Megawati di depan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Megawati mengatakan, kejadian itu terjadi saat dirinya berusia 17 tahun. Kala itu, dirinya sedang membawa kendaraan seorang diri.
ADVERTISEMENT
"Saya pernah loh ditahan sama polisi, saya enggak ngerti, saya waktu itu umur 17 tahun nyetir sendiri," ucap dia.
Jenderal Sigit hadir dalam acara itu dan duduk di depan Mega. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju juga hadir.
"Karena tandanya (rambu) diumpetin, ayo Pak Sigit, ini kan ada rambu karena saya terbiasa sendiri, jadi lurus, prittt, ya minggir saya diem saja, kan gitu," ucap Megawati.
Ilustrasi tilang manual. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Megawati lantas membeberkan percakapannya dengan polisi ketika diberhentikan. Berikut percakapannya.
ADVERTISEMENT
Megawati menyebut, setelah melihat kartu identitasnya, polisi itu langsung berkumpul di dekat pohon yang ada di dekat lokasi.
"Rupanya ada komandannya, bukan di pos, kan ini gerombolan di pohon, iya," ucap dia.
"Yang memisahkan polisi saya loh, Presiden Kelima, jadi saya boleh dong mengkritik, tahu enggak?" kata Mega disambut tepuk tangan hadirin.
Setalah polisi itu berkumpul, Megawati mengatakan para polisi tidak berani menilangnya. Ia langsung dipersilakan melanjutkan perjalanan.
"Aku diem wae, sudah merasa salah, tahu-tahu 'ibu' ya bagaimana Pak? 'Kenapa enggak bilang dari tadi ibu siapa', loh Bapak kan enggak bilang dari tadi ya gimana, Pak? Sini Pak kalau mau ditilang, 'ya enggak lah bu, silakan ini dua-duanya," kata Megawati.
ADVERTISEMENT
"Ya inilah Republik Indonesia tercinta," tutur dia.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri, MenpanRB Abdullah Azwar Anas dan Mensos Tri Rismaharini menghadiri Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan, di Jakarta, Kamis (16/02). Foto: KemenPANRB

Megawati Soroti Jenderal Buncit hingga Kemacetan

Megawati kemudian menyoroti situasi di internal TNI hingga Polri. Megawati mengaku heran dengan syarat penerimaan taruna TNI dari 163 cm menjadi 160, lalu untuk taruni dari 157 cm menjadi 155 cm. Kebijakan itu diterapkan di era kepemimpinan Andika Perkasa.
"Saya gembor-gemborin pemuda Indonesia itu tingginya 180, lah tahu-tahu kalau hari ini tinggi minimum 160, yo opo toh, ya Ibu enggak tahu lapangan memang susah nyari 180. Yo jangan 160 lah, 170 lah, sampe nawar gitu loh, ayo Pak Yudo," ucap Megawati.
Megawati menyinggung banyak jenderal buncit karena jarang olahraga. Ia mengetahui masalah ini karena dirinya pernah menjadi Presiden RI.
"Aku suka pikir gini, jenderal ora olahraga loh saiki, ko ono sing maju ke depan yo (buncit). Bener kan? Saya tau lah. Iya kan saya ngalami. Saya ini presiden yang turun ke bawah, saya ini presiden yang turun ke bawah," ucap dia.
Macet di GBK imbas konser Westlife, Sabtu (11/2) malam. Foto: Twitter/@TMCPoldaMetro
Ketua Dewan Pengarah BRIN itu lantas menyoroti kemacetan yang masih sering terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Menurutnya masalah kemacetan ini sudah terjadi sejak dirinya menjabat Presiden.
ADVERTISEMENT
"Polisi, ketika saya lihat jalan-jalan macet, Presiden loh ini, panggil Kapolri, itu ngapain dibiarkan macet gitu? Sekarang gini, karena mungkin keadaan jumlah polisi tidak cukup? Sini saya kasih intensif, beliin jas hujan, supaya di pos-pos polisi itu," ucap dia.
Megawati memaparkan, dirinya sudah pernah bertanya memberikan masukan kepada Jenderal Sigit untuk mengurai kemacetan.
"Karena saya perempuan, saya detail, saya tanya Pak Sigit, ini lampu lalin statis atau bisa dimainkan? Kenapa gak dimainkan? 'Siap karena orangnya enggak ada bu'," kata Megawati.
"Itu lah salah satu. Saya buat salah satu percobaan di Kuningan. Itu kalau ada 10 kendaraan umpannya, langsung drett, itu antara lain, mengurangi kemacetan selama ini. Kalau tidak dikerjakan , itu mari kita bergerak, mari dengan konstan, dengan fokus," lanjut dia.
Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri menjadi keynote speech dalam gerakan semesta berencana mencegah stunting. Foto: Youtube/BKKBN

Sekarang IQ Anak RI Sekitar 78, Kalau Dibiarkan Jadi Beban Negara

ADVERTISEMENT
Megawati Soekarnoputri menyebut, bonus demografi Indonesia pada tahun 2045 terancam. Pemicunya akibat kecerdasan intelektual (IQ) rata-rata orang Indonesia itu hanya 78.
“Sekarang IQ itu kasihan enggak? Hanya sekitar 78, betul kan? Selamat sore dah. Presiden kita bersemangat, Indonesia emas, itu kalau dibiarkan saja, ini akan daur ulang menjadi beban negara loh,” kata Megawati.
“Karena ininya (IQ) enggak tinggi, tingkat fisiknya juga di bawah rata-rata,” tambahnya sambil memperagakan menunjuk bagian kepala.
Megawati kemudian menyinggung soal tinggi badan rata-rata orang Indonesia.
Megawati mengingatkan masalah stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia. Ini yang seharusnya dihindari. Menurutnya, idealnya tinggi pemuda itu sampai 180 cm.
“Indonesia menurut saya sekarang seharusnya sekarang aja tidak tercapai, 160 belum tercapai,” ujarnya.
Umat menghadiri pemakaman mantan Paus Benediktus di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, 5 Januari 2023. Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Megawati lantas bercerita ketika dirinya diundang ke Vatikan. Ia menyebut, di Vatikan orang-orangnya berbadan tinggi dan tegak.
ADVERTISEMENT
“Jadi waktu itu lirik-lirik saya kan tingginya cuma 158 kebayang enggak, kayanya sengsara deh, aku pendek banget,” tuturnya.
“Maksud saya, kalau dunia aja bisa, ngapain kita enggak bisa, maksud saya gitu loh, itu kan visioner ke depan,” tambahnya.
Lebih jauh, Megawati mengatakan meskipun orang Indonesia tingginya masih di bawah rata-rata, tetapi harus memiliki jiwa petarung seperti prajurit Vietnam.
“Kan komandan pasukan Vietkong itu, orangnya kecil tapi kelihatan petarung, masa kalian pangkat-pangkat tempel-tempel ngono, enggak ada, ah, kubilang hm ngono loh, duh gawat deh,” ucap dia.