Pimpinan 'Hakikinya Hakiki' Temui MUI Makassar, Bantah Aliran Sesat

9 Januari 2023 20:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi diduga tempat ajaran sesat di Kabupaten Gowa, Sulsel. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi diduga tempat ajaran sesat di Kabupaten Gowa, Sulsel. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pimpinan aliran Hakikinya-Hakiki bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar di Kantor MUI Makassar, Sulawesi Selatan. Pertemuan itu membahas soal dugaan aliran sesat yang dijalankan Hakikinya-Hakiki.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan itu, Pimpinan Hakikinya Hakiki, Yoga mengatakan, bahwa kegiatan mereka bukan aliran sesat. Namun, hanya metode pengobatan.
"Metode pengobatan pak," kata Yoga saat menghadiri rapat bersama MUI Makassar di Kantor MUI Makassar, Senin (9/1) sore.
Metode pengobatan yang dilakukannya itu, dengan wadah kain kafan dan juga mantra-mantra. Ilmu ini didapat dari seseorang di Kabupaten Jeneponto, yang dipanggil guru.
"Guru saya asal Jeneponto, kami diajarkan obati orang dengan kain kafan," bebernya.
Keanggotaan Hakikinya hakiki juga diklaim hanya berjumlah sembilan orang. Tersebar di Kota Makassar.
MUI Makassar saat rapat dengan Hakikinya-Hakiki di Kantor MUI Makassar. Foto: Dok. Istimewa
Bantah Ketemu Allah dan Nabi
Yoga membenarkan, anggotanya bernama Akbar, sempat viral di media sosial setelah menyebut pernah ketemu Allah, Nabi dan rukun iman ada 13. Ia sebut, pernyataan itu hanyalah sepihak bukan aliran yang mereka ajarkan.
ADVERTISEMENT
"Kalau pernah bertemu Allah SWT dan nabi itu tidak pernah. Semata-mata, (Hakikinya Hakiki) hanya metode pengobatan. Hanya Akbar yang sebut itu," bebernya.
Terpisah, Akbar mengaku, merasa terdesak saat menyebut sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam tersebut, lalu viral.
"Saya terdesak karena ada yang mau borongi (keroyok) saya dan ada yang mau potong leher saya. Jadi saya panik, jadi sembarang saya bilang saat itu," katanya.
Akbar mengaku, semapt melakukan pengobatan di salah satu rumah warga di Tallo menggunakan kain kafan.
"Saat saya obati orang, ada pukul tripleks dan banyak orang datang mau cekik leher saya. Di situ, saya mulai panik, sembarang saya sebut," pungkasnya.