'Pinjem Dulu Seratus' Justru Bikin Silaturahmi Putus?

16 September 2023 16:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi diteror penagih utang. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diteror penagih utang. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meme "pinjam dulu seratus" sedang mewarnai media sosial. Hal itu menjadi sindiran yang dilontarkan warganet terkait kebiasaan kerabat dan temannya yang suka meminjam uang.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan pinjam duit ini ternyata benar terjadi di kehidupan sehari-hari. Salah satunya dialami Siti, warga DKI yang berprofesi sebagai PNS.
Siti bilang, sudah bertahun-tahun banyak yang datang untuk meminjam uang ke dirinya. Mulai dari teman kerja, saudara, sampai keponakannya.
Alasan mereka yang pinjam uang berbeda-beda. Ada yang bilang untuk dipakai modal usaha sampai bayar kredit motornya. Siti bilang, dia mempertimbangkan hal tertentu saat memutuskan memberi pinjaman atau tidak.
"Kalau ngerasa dia emang butuh banget, saya kasih, kalau ada yang udah utang belum bayar, tapi mau minjam lagi dengan alasan entar nyicil, ini gak saya kasih," curhat Siti kepada kumparan.
Sudah kerap memberi pinjaman, tapi Siti berprinsip tak akan mau menagih utang sampai orang itu ingat dan bayar.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan meminjam uang tak hanya dilakukan secara langsung, di masa kini orang bisa datang bersilaturahmi secara online untuk menyampaikan maksudnya itu. Seperti yang dialami seorang karyawan swasta di Jakarta, Delia.
com-Finmas, ilustrasi utang Foto: Shutterstock
Sudah tak pernah bertemu lama tapi tiba-tiba saja teman lama Delia mengirimkan pesan lewat Direct Message (DM) di Instagram untuk meminjam uang. Delia sampai mengira kalau temannya itu kena hack.
"Aku langsung chat dia ke WhatsApp buat pastiin kena hack atau nggak. Ternyata emang mau pinjem beneran," curhat Delia diiringi gelak tawa.
Tapi Delia juga tak langsung mengiyakan permintaan temannya itu, dia mempertanyakan urgensi dan keperluannya. Delia juga memastikan apakah temannya itu sudah berdiskusi dengan kedua orang tuanya terlebih dulu sebelum meminjam.
ADVERTISEMENT
Mendengar jawaban temannya, Delia memutuskan untuk tidak memberikannya pinjaman. Saat itu, Delia juga mempertimbangkan kondisi keuangannya yang baru saja resign.

Dampak sering utang bisa membuat rasa percaya orang ke diri kita menurun

CFP Financial Planner Finansialku, Shierly, menjelaskan dampak dari kebiasaan utang alias pinjam uang ke orang lain. Menurut Shierly, ngutang bisa membuat reputasi seseorang menjadi buruk.
Selain itu, ngutang juga bakal membentuk kebiasaan mengandalkan orang lain.
"Karena itu jangan jadikan kebiasaan, mentang-mentang teman kita bisa mengandalkan dalam hal finansial. Justru sebagai teman, harusnya kita memberi, bukan menuntut untuk membayar," kata Shierly.
Shierly pun menyarankan, sebelum seseorang memutuskan untuk meminjam uang sebaiknya berdayakan aset yang dimiliki terlebih dahulu.
Aset tersebut dapat terdiri dari soft skill hingga aset yang dikelola secara teknik.
Shierly, CFP Financial Planner, Finansialku. Foto: Dok. Pribadi
"Nah, kita juga harus belajar membuat anggaran keuangan, sesimpel memisahkan kebutuhan kita yang mana sifatnya adalah kita harus bayar kewajiban, kebutuhan yang memang kalau gak kita penuhi kita gak bisa hidup, kebutuhan yang sifatnya buat seneng-seneng doang atau orang nyebutnya gaya hidup," paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang yang suka meminjam uang harus memperbaiki diri secara psikologi dan mencari tambahan penghasilan. Sebab, menurut Shierly, bisa jadi orang harus berutang karena penghasilannya terlalu kecil sehingga tidak bisa memenuhi pengeluaran yang dibutuhkan sebagai kewajiban apalagi keinginan.
"Jadi buat teman-teman yang masih muda harus menambah penghasilan. Sebisa mungkin pengeluaran kita ini dialokasikan untuk pengeluaran yang sifatnya bisa menambah penghasilan," imbuhnya.
Terakhir, tak selalu masalah kekurangan uang diselesaikan dengan meminjam. Ada opsi menarik lainnya seperti berkolaborasi. Alat tukar tak semuanya berupa uang, bisa jadi lewat voucher dan bertukar barang lainnya.