Pipa Depo Pertamina dan Perkampungan Plumpang Ternyata Hanya Berjarak 28 Meter

4 Maret 2023 15:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
Foto udara usai kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: Instagram/@pakindro
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara usai kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: Instagram/@pakindro
ADVERTISEMENT
Kebakaran besar terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/3) pukul 20.11 WIB. Saat kebakaran terjadi, terdengar suara ledakan yang mengakibatkan kobaran api semakin besar.
ADVERTISEMENT
"Jujur awalnya saya kira ada yang mendobrak, ada maling masuk atau apa. Tapi saya lihat, kok enggak ada orang. Terus saya lihat ke langit, kok ada asap sama langitnya memerah kayak ada kebakaran," kata warga sekitar, Mario, kepada kumparan, Jumat (3/3).
Kebakaran ini disebut dipicu oleh pipa pertamina yang terbakar, karena diduga tersambar petir.
Akibat kebakaran besar tersebut, setidaknya jumlah pengungsi hingga saat ini mencapai 1.085 jiwa dikutip dari keterangan Pusdatin Kebencanaan BPBD DKI Jakarta per Sabtu (4/3) pukul 07.00 WIB. Untuk korban tewas, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut total ada 15 orang meninggal dunia.
Lantas, mengapa begitu banyak korban yang berjatuhan akibat kebakaran yang terjadi di Depo Pertamina Plumpang?
Foto udara usai kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: Instagram/@pakindro
Setelah ditelusuri kumparan melalui Google Earth, merujuk pada foto udara kondisi setelah kebakaran, lokasi depo Pertamina dengan pemukiman padat penduduk jaraknya hanya terpisahkan sejauh 28 meter. Jarak ini ditarik dari titik kawasan depo yang hangus terbakar ke titik terdekat perkampungan warga yang juga hangus.
ADVERTISEMENT
Sementara, jika jarak ini ditarik dari tangki minyak terdekat dari perkampungan warga, jaraknya diperoleh 50 meter. Antara depo dengan rumah-rumah warga pun hanya terpisahkan dengan tembok beton yang memanjang.
Saking padatnya, perkampungan tersebut memang hanya dilewati jalan gang-gang setapak. Berdasarkan video hingga foto yang beredar, setidaknya hanya satu sampai dua mobil yang bisa lewat saat berada di jalan utama pemukiman padat penduduk itu.
Citra Satelit Depo Pertamina dan Pemukiman Warga di Plumpang. Foto: Dok. Google Earth
Tentu, jalan yang sempit tersebut sangat menyulitkan warga dalam melakukan mitigasi ketika ada bencana, seperti kebakaran yang baru saja terjadi kemarin.
Jika dibandingkan citra satelit yang memperlihatkan kawasan Depo Pertamina Plumpang di tahun 2003 dan 2022, ternyata dari kedua citra tersebut memang tidak ada perbedaan yang signifikan. Sejak 2003, keberadaan depo tersebut sudah dikelilingi dengan kawasan padat penduduk.
ADVERTISEMENT

Tahun 2003

Citra Satelit Depo Pertamina dan Pemukiman Warga di Plumpang Tahun 2003. Foto: Google Earth

Tahun 2022

Citra Satelit Depo Pertamina 2022. Foto: Google Earth
Meski begitu, terlihat beberapa titik menunjukkan penambahan pembangunan rumah-rumah yang semakin padat. Citra satelit 2003 menunjukkan beberapa titik yang masih terlihat hijau.
Depo Pertamina Plumpang pertama kali dibangun pada tahun 1974 dengan memiliki kapasitas tangki timbun 291.889 Kiloliter.
Bila melihat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, pembangunan tangki penimbun bahan bakar cair memiliki ketentuan jarak aman minimum yang harus dipenuhi.
Dengan kapasitas tangki 291.889 Kiloliter itu, Depo Pertamina Plumpang masuk dalam kelas I-II B. Kelas tersebut meregulasi bahwa jarak minimum dari pagar pengaman ke jalan umum itu minimal 52,5 meter.