PKB Harap Jokowi Pilih Jubir yang Paham Urusan dan Tak Blunder

26 Oktober 2021 15:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengarahan Presiden Joko Widodo kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXiii dan Program Pendidikan Regurel Angkatan (PPRA) LXII Tahun 2021 Lemhannas RI, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10). Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Pengarahan Presiden Joko Widodo kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXiii dan Program Pendidikan Regurel Angkatan (PPRA) LXII Tahun 2021 Lemhannas RI, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10). Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rahman, telah dilantik sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan merangkap Tajikistan. Kini, posisi jubir Jokowi pun akan kosong setelah ditinggalkan Fadjroel.
ADVERTISEMENT
Ketua DPP PKB, Daniel Johan, mengatakan Jokowi masih membutuhkan seorang jubir. Menurutnya, sangat wajar jika seorang presiden memiliki jubir yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan visi misi presiden secara utuh.
"Hal yang wajar seorang presiden memiliki jubir yang berwawasan luas dan memang ahli komunikasi, terutama mampu memahami secara utuh apa yang menjadi visi presiden yang mau disampaikan," kata Daniel, Selasa (26/10).
Daniel mengatakan, almarhum Wimar Witoelar menjadi contoh jubir yang baik. Eks jubir Gus Dur ini dinilai sebagai sosok yang cerdas dan memahami apa yang harus ditanggapi.
"Sosok Wimar Witoelar memang jadi contoh yang baik, selain cerdas, paham urusan, dan tidak berlebihan," kata dia.
Wimar Witoelar. Foto: Instagram/@wimarwitoelar
Wakil Ketua Komisi IV ini pun menambahkan posisi jubir masih dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Namun, ia berharap jubir tidak membuat masyarakat menjadi bingung dengan informasi yang diberikan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Jokowi membutuhkan sosok jubir seperti Wimar Witoelar yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat dan tidak membuat blunder.
"Saya rasa memang dibutuhkan [jubir] selama bisa menjawab kebutuhan, bukan malah sebaliknya membuat blunder dan buat masyarakat makin bingung karena semakin tidak jelas informasi yang diberikan," kata dia.
"Apalagi pakai koreksi-koreksian informasi yang sudah disampaikan ke masyarakat," tutup Daniel.