Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
PKL Jatinegara Angkat Bicara: Zaman Ahok Kami Sering Digusur
25 Januari 2018 19:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Trotoar adalah hak pejalan kaki. Ucapan itu sempat dikeluarkan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Namun, kenyataannya, hak para pejalan kaki tersebut kerap kali terganggu oleh hadirnya PKL.
ADVERTISEMENT
Salah satunya terletak di Kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Tepat berada di seberang Pasar Jatinegara, berjajarlah para pedagang beraneka rupa komoditas. Mulai dari barang loak sampai burung hantu. Kawasan ini mulai menjadi perhatian khusus, karena beberapa warga mengeluhkan jalan trotoar di Pasar Jatinegara tersebut menjadi semrawut akibat ulah para PKL.
Setelah Rabu (24/1), kumparan (kumparan.com) mencoba menjajal trotoar di sana, Kamis (25/1) ini kami mencoba berdialog dengan beberapa pedagang kaki lima di kawasan tersebut.
Salah satunya adalah Joni (37), pedagang mainan yang lapaknya juga memakan trotoar. Lapak Joni terletak trotoar pintu masuk pasar Jatinegara.
"Kalau kita sudah dagang sejak zaman gubernurnya Foke (Fauzi Bowo), dulu aman, pas zaman Ahok, kami sering digusur, tapi setelah diberi anjuran untuk berdagang di belakang garis kuning (garis difabilitas), alhamdulilah sekarang sudah aman," ujar Joni yang merupakan warga pendatang dari Cirebon ini.
ADVERTISEMENT
Joni tidak memiliki rumah, ketika tiba saatnya tidur, ia tetap tinggal di lapaknya dan tidur di sana.
"Ya saya tinggal di sini, di trotoar ini, itu tidur ditutupin terpal doang," ujarnya.
Hal berbeda dialami oleh Firman (60), pedagang sandal dan sepatu. Ia sudah berdagang di kawasan tersebut sejak 30 tahun lalu.
"Sudah 30 tahun saya dagang di sini, anak sudah besar semua, salah satunya ada yang jadi dosen di Uhamka," ujarnya sembari tersenyum.
Mengenai penggusuran, Firman mengaku lapaknya sering digusur, namun setelah situasi mereda, Firman kembali berjualan di trotoar.
"Ya kalau digusur atau diusir sih sering, tapi ya bagaiman cari nafkah juga di sini," katanya.
Kendati sudah tidak memiliki beban untuk membiayai anak, ia bersikeras terus berjualan, meski lapaknya sedikit melanggar hak pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya enggak kerja, saya malah sakit, keringat enggak keluar," ujar Firman.
Sebelum kami beranjak pergi, Firman berujar, "Bang kalau mau yang rame dan ngawur, noh di seberang."
Kami lalu pergi ke seberang jalan, kawasan yang dimaksud Firman. Buktinya memang benar, di sana berjejal lapak penjual satwa. Mulai dari kucing anggora sampai ular. Ketika kami menyusuri jalan tersebut, perjalanan sempat terganggu di lapak para pedagang ikan, karena trotoar menjadi basah dan licin.
Beberapa plastik berisi ikan tergeletak di trotoar tersebut. Seorang pria berperawakan besar menghardik kami saat akan mengambil gambar. "Mas, enggak usah foto-foto, kasihan orang cari duit," serunya.
Salah satu pedagang ikan di sana, Seto (32), mau menuturkan pengalamannya pada kami.
ADVERTISEMENT
"Kalau dibilang salah sih ya salah, jualan di trotoar, cuma kenapa yang di seberang enggak diusik, kami berulang kali diusir. Wali Kota kemarin bilang mau dipindah ke Raden Inten, tapi Mas lihat sendiri, kita suruh buka lahan, bayangkan saja harus nebang pohon begitu banyaknya," keluh Seto.
Seto yang sudah mulai berdagang sejak 2003 ini memberikan pembelaan soal macet.
"Sekarang banyak yang bilang kami yang biang macet. Orangnya suruh kemari, apa benar kami biang macet. Tuh lihat di bawah jembatan arah stasiun, angkot pada ngetem yang bikin macet," tuding Seto.
Lapak Seto memang memakan sedikit dari garis kuning. Di depan lapak Seto, terdapat sebuah lapak penjual rokok yang memperparah keadaan. Situasi jalan tersebut jadi menyempit, sehingga pejalan kaki harus bergantian atau memilih turun dari trotoar untuk dapat melintasi jalan tersebut.
ADVERTISEMENT
kumparan memintai konfirmasi pada Kepala Satpol PP Kecamatan Jatinegara, Sadikin, soal diperbolehkannya PKL berdagang di trotoar.
"Ada kebijakan PKL boleh berdagang di trotoar tapi di belakang garis kuning yang ada di tengah," katanya melalui pesan singkat.
Satpol PP sudah melakukan dua operasi di bulan Januari ini, yakni pada tanggal 11 dan 21 Januari. Dari operasi tersebut, kebanyakan pedagang dan warga masih belum mematuhi instruksi gubernur tentang kegunaan trotoar.