PM Australia Sebut Rencana Kehadiran Putin ke Indonesia Keterlaluan

24 Maret 2022 11:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Selasa (23/3). Foto: AAP Image/Mick Tsikas
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Selasa (23/3). Foto: AAP Image/Mick Tsikas
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan ingin menghadiri KTT G20 di Indonesia pada akhir tahun 2022. Informasi yang disampaikan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, pada hari Rabu (23/3) ini menimbulkan kekhawatiran Perdana Menteri Australia.
ADVERTISEMENT
PM Scott Morrison merasa tak nyaman duduk di meja yang sama dengan seseorang yang telah dituduh sebagai pelaku kejahatan perang. Morrison menyebut hal ini sebagai langkah yang keterlaluan.
“Untuk duduk di meja yang sama dengan Vladimir Putin, yang dikecam Amerika Serikat sebagai pelaku kejahatan perang di Ukraina, bagi saya adalah langkah yang keterlaluan,” kata Morrison saat konferensi pers, dikutip dari CNN.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri acara yang menandai ulang tahun kedelapan pencaplokan Krimea oleh Rusia di Stadion Luzhniki di Moskow, Rusia, Jumat (18/3/2022). Foto: Sputnik/Ramil Sitdikov/Kremlin via Reuters
“Kami telah meningkatkan kekhawatiran tentang ini. Rusia telah menginvasi Ukraina. Maksud saya, ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional,” tambah Morrison.
Indonesia adalah pemegang kepemimpinan G20 sepanjang 2022. Pertemuan antar kepala negara dan pemimpin negara anggota G20 di Indonesia akan digelar pada Oktober mendatang.
Dubes Vorobieva mengatakan Putin bersedia menghadiri KTT G20 apabila tidak ada halangan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Vorobieva disampaikan saat AS dan sekutu Baratnya sedang menilai apakah Moskow berhak tetap berada dalam aliansi G20 atau tidak.
Seorang sumber Uni Eropa mengkonfirmasi diskusi tentang status Rusia pada pertemuan G20 mendatang.
“Sudah sangat jelas bagi Indonesia bahwa kehadiran Rusia pada pertemuan tingkat yang akan datang akan sangat bermasalah bagi negara-negara Eropa,” kata sumber tersebut, dikutip Reuters.
Kementerian luar negeri Indonesia menolak mengomentari seruan agar Rusia dikeluarkan dari G20. Sementara, Dubes Vorobieva mendesak Indonesia untuk tidak terseret oleh seruan dari negara-negara Barat.
"Kami sangat berharap pemerintah Indonesia tidak menyerah pada tekanan mengerikan yang sedang diterapkan oleh Barat," kata Vorobieva.
“G20 bukan sekadar konferensi. G20 adalah sebuah proses. Ada banyak pertemuan yang diadakan oleh Indonesia baik online maupun offline dan Rusia berpartisipasi aktif dalam pertemuan tersebut,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Penulis: Airin Sukono.